Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

ISI Surakarta Buka Kelas Lokal Banyuwangi

isi-surakarta-buka-kelas-lokal-banyuwangi
ISI Surakarta Buka Kelas Lokal Banyuwangi

Banyuwangi, Jurnalnews.com – Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum gelar diskusi dengan pemangku kepentingan dunia pendidikan seni budaya di Pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Jumat (11/04/25).

Dalam pertemuan ini, sebuah gagasan besar mengemuka: pembukaan program studi baru ISI Surakarta di Banyuwangi.

Menurut Bapak Dewa Alit Kabid Kebudayaan selaku Kepala Disbudpar Kabupaten Banyuwangi sampaikan, “Perguruan tinggi seni negeri di Banyuwangi merupakan hal yang diimpikan oleh masyarakat Banyuwangi yang mempunyai gen dan sinergi seni dan berkesenian dalam setiap nafasnya?”

Selanjutnya paparan dari, Rektor ISI Surakarta mengumumkan rencana pendirian dua program studi baru, yakni Etno-Psikologi dan Pendidikan Seni Berbasis Kawasan Unggulan (PSBKU). Keduanya akan menjadi embrio bagi lahirnya perguruan tinggi seni negeri di Bumi Blambangan. Menariknya, konsep pembelajaran nomenklaturnya mengikuti ISI Solo, namun kontennya murni dari lokal genius Banyuwangi. “Kami percaya, Banyuwangi punya potensi besar, dan inilah saatnya kita membangunnya bersama,” terang Dr. Sukerna.

Hadir dalam pertemuan tersebut tokoh seni Banyuwangi seperti Ketua Dewan Kesenian Belambangan Hasan Basri, budayawan Samsudin Adlawi, Yon DD, , Aekanu Haryono, Punjul Ismuwardoyo, , Nanik, Ni Luh penari legendaris, Yeti Chotimah dan Pramoe Soekarno selaku pegiat teater serta masih banyak lagi para penggerak seni, budaya dan sastra Banyuwangi.

Dukungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui program “Banyuwangi Cerdas” turut diapresiasi oleh pihak ISI Surakarta. Program ini telah mengirimkan puluhan mahasiswa Banyuwangi untuk melanjutkan studi S2 di Solo, dan kini menjadi bagian penting dalam rencana pengembangan institusi seni di kampung halaman mereka. ISI Surakarta juga memperkenalkan jalur Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) sebagai bentuk penghargaan kepada pelaku seni yang telah lama berkarya namun belum memiliki jenjang pendidikan formal.

Sementara Ni Luh yang salah satu karya tarinya melegenda dengan tajuk mong mo limo menyampaikan, “Banyuwangi ini tanah yang subur untuk budaya adi luhung. Tinggal visi besar ini bisa memasyarakat dan menanamkan karakter untuk menjaga kesakralan nilai adi luhung. Sehingga tatanannya tetap terjaga dan makin kompetennya para penari dengan adanya S1 tari di Banyuwangi, maka nilai budaya yang tertanam juga makin digargai dan bisa menghargai diri sendiri, ” Ungkap guru SMA Taruna Budaya Rogojampi Ni Luh optimis akan banyak generasi tari dan musik yang menanfaatkan peluang pendidikan ini sebagai gerbang kesuksesan Banyuwangi.

Forum diakhiri dengan komitmen: bahwa pendirian kampus seni di Banyuwangi harus mencerminkan identitas lokal.

“ Bukan sekadar cabang, tapi tempat lahirnya pemikiran dan karya seni khas Blambangan.,” tandas Dr. Sukerna, menambah optimis positif para pelatih muda Banyuwangi, diantaranya Mbak Reni dan Mbak Gina yang hikmat mengikuti.(YC/Aguk/JN)