Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Material Lebih Mahal karena Dipasok dari Bondowoso

KERJA KERAS: Mesin excavator mengepras tanah di tikungan S Erek-Erek.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
KERJA KERAS: Mesin excavator mengepras tanah di tikungan S Erek-Erek.

Perbaikan jalan menuju Ijen di tikungan S Erek-Erek menyedot anggaran cukup besar. Selain menelan anggaran besar, pelaksanaan proyek itu berliku dan menyedot energi cukup besar.

PERBAIKAN kerusakan jalan menuju Gunung Ijen sudah dimulai tahun 2011, tapi waktu itu tidak sampai tuntas. Untuk menuntaskan perbaikan jalan rusak tersebut, pemerintah daerah mengadakan perbaikan melanjutkan pada tahun anggaran 2012. Dalam APBD 2012 ini, anggaran perbaikan dibagi menjadi dua tahap.

Anggaran pertama masuk dalam APBD induk sebesar Rp 3,1 miliar dan anggaran tahap kedua dalam Perubahan APBD sebesar Rp 2 miliar lebih. Dengan anggaran Rp 5 miliar, pemerintah menargetkan kerusakan infrastruktur jalan menuju objek wisata tuntas pada tahun 2012.

Jalan menuju kawasan Ijen menjadi perhatian pemerintah daerah, karena sering dilewati pelaku wisata. Pada acara Banyuwangi Gathering Night di Bali beberapa waktu, Bupati Abdullah Azwar Anas menerima banyak keluhan terkait alan. Sebagian besar pelaku wisata di Bali mengeluhkan infrastruktur menuju Ijen yang sangat hancur anggaran untuk menuntaskan kerusakan jalan yang sudah bertahun-tahun tidak tersentuh perbaikan itu.

Perbaikan tahap pertama dilakukan mulai Desa Tamansari Kecamatan Licin hingga tikungan Erek-Erek. Perbaikan jalan tahap pertama berjalan lancar dan tidak banyak hambatan. Nah, yang menguras konsentrasi adalah perbaikan tahap kedua. Dalam merehab beberapa jalan menuju objek wisata ini, Bupati Anas harus bolik-balik Jakarta-Banyuwangi untuk menemui Menteri Kehutanan Zulkifl i Hasan.

Meski anggarannya sudah disediakan di APBD, tapi proyek itu tidak serta merta bisa dilaksanakan. Butuh waktu berbulan-bulan untuk memulai proyek itu. Kenapa untuk memperbaiki jalan itu, pemerintah daerah harus berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan (Kemenhut). Sebab, jalan yang akan diperbaiki itu berada dalam area hutan lindung milik Perhutani dan hutan Balai Konservasi Sumbedaya Alam (BKSDA).

Setelah beberapa kali berkoordinasi di Jakarta, Kemenhut akhirnya memberi dukungan penuh atas perbaikan lanjutan jalan menuju Ijen. Perbaikan tahun 2012 lebih berat dibanding perbaikan di tahun sebelumnya. Saat ini, pemerintah daerah harus mengepras jalan menikung dan menanjak di tikungan Erek-Erek.

Dalam mengepras jalan itu, ada beberapa aturan ketat yang harus diikuti pemerintah daerah dan pelaksana proyek. Salah satu syarat yang tidak bisa ditawar adalah tidak boleh memotong pohon di dalam hutan. Oleh karena itu, Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang sebagai leading sector proyek itu menghindari menebang pohon apa pun. “Kalau mau potong pohon harus mengajukan izin kepada Menteri Kehutanan dulu,” papar Plt.

Kepala Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang, Mudjiono. Agar dalam pengeprasan tidak memotong pohon, maka harus menghindari setiap pohon yang ada. Sejatinya, pengeprasan jalan itu harus memotong beberapa pohon. Namun, karena aturannya tidak boleh, maka pohon di sekitar tanjakan itu di biarkan berdiri dengan segala risiko. Dalam perbaikan jalan itu, tidak ada satu pun pohon yang dipotong.

Anggaran yang dialokasikan untuk perbaikan jalan sepanjang 1,8 km lebih itu tergolong besar, yakni Rp 3,1 miliar. Anggaran tersedot besar karena tingkat kesulitannya cukup tinggi jika dibandingkan perbaikan jalan lain. Jika digunakan memperbaiki jalan biasa, anggaran Rp 3,1 miliar itu bisa untuk memperbaiki jalan rusak sepanjang lima kilometer. Lantaran medan cukup berat, maka anggaran Rp 3,1 miliar itu hanya cukup digunakan sepanjang 1,8 kilometer.

Tidak hanya pemerintah daerah yang mengalami banyak hambatan, pihak pelaksana proyek juga dihadang sejumlah persoalan. Salah satunya, mobilisasi material yang digunakan dalam proyek tersebut. Material yang berasal dari Banyuwangi tidak bisa diangkut menuju lokasi karena terkendala jalan. Material yang dibawa dari Banyuwangi hanya bisa memenuhi kebutuhan proyek di sisi timur atau sisi bawah.

Sedangkan kebutuhan material sisi atas atau barat, pihak pelaksana harus menda tangkan material dari Bondowoso. Har ga material di Bondowoso lebih mahal daripada material di Banyuwangi. Har ganya berbeda karena jarak tempuh Bon dowoso menuju Erek-Erek cukup jauh dibanding dari Banyuwangi. Selain pengeprasan jalan Erek-Erek, saat ini juga ada pembangun Geat House di Paltuding. Seluruh kebutuhan material yang dibutuhkan di datangkan dari Bondowoso, karena jalan Erek-Erek belum bisa dilalui. ()