Dari jumlah yang diproduksi itu, jelas dia, permintaan terbesar berasal dari Jakarta, Surabaya, dan Jember. Guna menyiasati permintaan yang naik drastis itu, para pekerja diberi tambahan jam kerja. “Kita kerjanya sampai lembur,”cetusnya. Menurut Saekoni, meski ada peningkatan permintaan hingga tiga kali lipat, perusahaannya tidak menambah tenaga kerja.
Sebab, proses produksi kopiah itu memakai sistem pasangan dan karyawan yang bekerja sudah menjadi kesatuan. “Kita ini kerja tim, salah satu berhalangan nanti malah menghambat,” dalihnya. Saekoni menyebut, persaingan produksi kopiah cukup tinggi. Selama ini yang menjadi saingan terberat adalah produsen dari Pasuruan. Selain harga, kerapian menjadi salah satu faktor yang dibandingkan oleh pasar. “Kita adu kerapian,” katanya. (radar)