Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Overload Hingga Tidak Ada Lashing, Ini Temuan KNKT pada Tragedi KMP Tunu Pratama – TIMES Banyuwangi

overload-hingga-tidak-ada-lashing,-ini-temuan-knkt-pada-tragedi-kmp-tunu-pratama-–-times-banyuwangi
Overload Hingga Tidak Ada Lashing, Ini Temuan KNKT pada Tragedi KMP Tunu Pratama – TIMES Banyuwangi

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Mulai dari Overload hingga tak ada Lashing untuk kendaraan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) paparkan seluruh data temuan faktual terhadap tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, pada Rabu (2/7/2025) di Perairan Selat Bali.

Untuk diketahui, data faktual hasil investigasi tidak dapat menyimpulkan penyebab tenggelamnya kapal karena belum ada analisis lebih lanjut dari KNKT.

Adapun sejumlah data investigasi tersebut dipaparkan oleh Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam kesempatan Kunjungan Kerja (Kuker) Spesifik Komisi V DPR-RI, di Kantor Pelabuhan ASDP Ketapang Selasa (22/7/2025).

Pemaparan KNKT diawali dengan mengulas spesifikasi KMP Tunu Pratama Jaya. Dimana, kapal dibuat tahun 2010 berjenis Landing Craft Tank (LCT) dan dimodifikasi pada 2016 menjadi jenis Ferry Roll-On Roll-Off Pax. Kapal bisa menampung sebanyak 60 penumpang dan 12 awak serta 23 mobil atau Truk dengan beban maksimal keduanya 138 Ton.

Jika mengacu pada data manifest KMP Tunu Pratama Jaya terdapat 22 Kendaraan yang terdiri dari, 1 unit kendaraan golongan II, 4 unit kendaraan golongan IV, 3 unit kendaraan golongan IV B, 3 unit kendaraan golongan V B, 3 unit kendaraan golongan VI B, dan 8 unit kendaraan golongan VII, serta 53 penumpang dan 12 awak.

Meski begitu hasil temuan KNKT menyebut, total penumpang dan kendaraan yang masuk KMP Tunu Pratama Jaya saat kejadian kurang lebih 538 Ton. Hal itu bisa terjadi karena tercatat banyak penumpang yang diduga tak terdaftar manifest, termasuk truck yang overload.

“Jadi lebih dari 3 kali lipat beban yang dibawa,” kata Soerjanto, Selasa (22/7/2025).

Soerjanto juga menyebut, akibat dari overload tersebut membuat permukaan air laut menyentuh apa yang disebut Pisang-pisang kapal yang tingginya sekitar 30 Centimeter (Cm).

“Artinya garis muatnya sudah terlewati,” tuturnya.

Tak hanya itu, hasil investigasi dari sejumlah awak kapal, temuan yang juga menurut Soerjanto krusial yakni, proses pemuatan kendaraan pada KMP Tunu Pratama Jaya tidak dilakukan pengikatan muatan atau disebut Lashing. Pengikatan Lashing dirasa penting untuk membuat kapal lebih stabil dan tak mudah bergeser.

Terlebih, lanjut Soerjanto, pada proses pemuatan kendaraan tidak dibuat rencana pemuatan atau istilahnya Storage Plan.

“Oleh sebab itu, KPM Tunu Pratama Jaya jatuh tenggelam pada sisi kanan kapal akibat kendaraan di buritan bergeser dan bertumpuk ke sisi kanan,” terangnya.

Selain Overload dan tak ada Lashing. KNKT juga menemukan data faktual minor dari kapal sejenis yaitu sebagian Life Jacket berisi lose foam yang tipis walau sebagian juga berjenis foam tebal. Kemudian sebagian rakit penolong kembung atau Inflattable Life Raft (ILR) masih terikat Nylon Securing Strap yang berpotensi menghalangi kapsul untuk mengembang pada kondisi darurat.

Tak hanya itu, kerap kali kamar mesin dibiarkan terbuka. Hal itu akan berbahaya ketika ada air laut masuk dan terkumpul disudut kapal.

“Seharusnya malah pintu kamar mesin harus tertutup dan kedap suara. Dan temuan kapal sejenis kunci pintu hanya terdapat 1 yang seharusnya ada 6,” ungkap Soerjanto dalam pemaparanya.

Lubang Freeing Port dan Freeboard selebar 1,2 m, yang seharusnya tak sepanjang itu.

“Yang paling banyak kami temukan di pelabuhan ketapang adalah banyak kapal berlayar dengan rampa terbuka. Ini mungkin bisa dicari solusinya karena jika tertutup semua akan menghalangi pandangan nahkoda,” jelas Soerjanto.

KMP Tunu Pratama Jaya terakhir kali pengedokan pada 21 Oktober 2024. Dimana kapal diperiksa surveyor klas dari BKI. Kapal juga menjalani ramp check menjelang libur lebaran oleh marine inspector pada 3 Juni 2025.

“Dengan hasil keseluruhan baik,” cetus Soerjanto. (*)

Pewarta : Anggara Cahya
Editor : Ferry Agusta Satrio