ngopibareng.id
Ratusan guru dan orang tua dari anak berkebutuhan khusus (ABK) di Banyuwangi mengikuti pelatihan fisioterapi. Pelatihan ini dilakukan untuk memperkuat pendidikan bagi para ABK. Mereka diajarkan fisioterapi dasar untuk anak dengan hambatan fisik agar mereka bisa mencapai potensi yang maksimal.
Pelatihan ini difasilitasi organisasi dunia, Perkins International. Peserta digembleng langsung oleh pakar Fisioterapis Pediatrik Neuro asal India, DR Loganathan Gurusamy. Peserta diajarkan cara mengaktifkan otot-otot anak.
Menurut DR Loganathan, budaya Asia Tenggara menunjukkan adanya keterikatan yang sangat erat antara orang tua dan anak. Ini membuat orang tua cenderung terlalu melindungi anak, sehingga membuat mereka menjadi kurang mandiri. Dia menyebut, melindungi anak harus tahu kapan dlakukan.
“Tidak boleh berlebihan, sehingga tidak menyebabkan anak terlalu bergantung pada orang tua, terutama pada anak-anak penyandang disabilitas,” terangnya.
Dia menyebut, anak harus dilatih untuk bisa berpartisipasi aktif dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu tujuannya, agar ototnya tidak semakin melemah. Dia menunjukkan sejumlah gerakan yang bisa dilakukan guru dan orangtua untuk menstimulus gerakan anak.
“Anak jangan langsung digendong jika ingin dipindahkan atau diantarkan ke ruang tertentu, tapi mereka diminta menggerakkan tubuhnya secara aktif ke depan sesuai instruksi yang diberikan guru atau orang tua,” ujarnya.
Baca Juga
Salah satu orang tua ABK yang mengikuti pelatihan fisioterapi, Wartini, mengatakan, pelatihan ini sangat berguna dirinya yang memiliki anak penyandang Cerebral Palsy.
“Sekarang usianya 11 tahun, tapi jalannya masih ngesot. Belum bisa berdiri tegak. Dengan mengikuti pelatihan seperti ini saya mendapatkan cara yang pas untuk mengajarkan anak saya untuk bisa berdiri,” katanya.
Ariensa Gita Pralistyo, seorang guru SLB Negeri Banyuwangi mengatakan, melalui pelatihan ini, dirinya mengetahui cara yang tepat untuk memperlakukan siswanya terutama dengan keterbatasan fisik yang cukup berat.
“Selama ini saya tahunya kalau mengangkat anak ya langsung diangkat saja. Ternyata itu justru bahaya buat tulang punggung mereka dan ada caranya tersendiri yang aman. Saya juga belajar bagaimana kita harus berkomunikasi aktif dengan anak agar mau melakukan gerakan,” ujarnya.
Like






