Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Penggubah Selawat Badar KH Ali Mansur Raih Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden: Karyanya Menjadi Lagu Penyemangat dalam Fase-Fase Heroik Bangsa

penggubah-selawat-badar-kh-ali-mansur-raih-bintang-budaya-parama-dharma-dari-presiden:-karyanya-menjadi-lagu-penyemangat-dalam-fase-fase-heroik-bangsa
Penggubah Selawat Badar KH Ali Mansur Raih Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden: Karyanya Menjadi Lagu Penyemangat dalam Fase-Fase Heroik Bangsa

Radarbanyuwangi.id – Penghargaan dari Presiden RI Joko Widodo berupa tanda kehormatan bukan hanya diterima Menpan-RB Abdullah Azwar Anas dan sejumlah tokoh nasional. Almarhum KH Ali Mansur selaku penggubah ”Selawat Badar” juga mendapatkan penghargaan berupa Bintang Budaya Parama Dharma.

Penghargaan untuk KH Ali Mansur dituangkan dalam keputusan Presiden nomor 107/TK/TH 2024 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma. Penghargaan diterima oleh KH Ahmad Syakir Ali, putra sulung KH Ali Mansur yang didampingi putra bungsu, Gus Saiful Ali.

Usai menerima penghargaan Kiai Syakir Ali dan Gus Ali sempat ditemui Menpan-RB Abdullah Azwar Anas dan Bupati Ipuk Fiestiandani. ”Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berinisiatif dan bekerja keras untuk memberikan perhatian pada Selawat Badar. Berkat dukungan semua pihak, Selawat Badar mendapat pengakuan resmi dari presiden,” ungkap Kiai Syakir dihubungi tadi malam.

Baca Juga: Yamaha Luncurkan NMax Turbo, Skutik Canggih dengan Fitur dan Performa Terdepan

Ketua Komunitas Pegon Ayung Notonegoro mengapresiasi penghargaan yang sangat luar biasa tersebut. Menurut penulis buku Selawat Badar: dari Banyuwangi untuk Dunia, penghargaan dari Presiden tersebut menandakan bentuk pengakuan negara atas kemasyhuran ”Selawat Badar”.

Menurut Ayung, ”Selawat Badar” tidak semata sebagai karya ta’abudiyah (ibadah), namun memiliki aspek sosio-historis yang luar biasa. Karya ini ditulis oleh Kiai Ali Manshur saat beliau berada di Banyuwangi tahun 1962. Saat itu, Kiai Ali Manshur menjadi Ketua Pengurus Cabang NU Banyuwangi.

Ayung mengatakan, ”Selawat Badar” telah menjadi lagu penyemangat dalam fase-fase heroik bangsa ini. Seperti saat masa-masa Gestapu melawan PKI dan lain sebagainya. ”Selama berkiprah di Banyuwangi inilah, Kiai Ali melahirkan karya fenomenal Selawat Badar tersebut. Selama bertugas di Banyuwangi, ia tinggal di Kelurahan Karangrejo, di kompleks kediaman Haji Mahfudz, salah seorang tokoh NU Banyuwangi. Di tempat ini pula, Kiai Ali menuliskan karyanya itu,” ungkapnya.

Baca Juga: Banyak Beredar Nomor dan Akun Palsu, BRI Himbau Nasabah Kenali Akun dan Kontak Resmi

Pada 21 Oktober 2022, ”Selawat Badar” resmi ditetapkan pemerintah menjadi warisan tak benda Indonesia (WTBI) dari Provinsi Jawa Timur. Pengakuan itu dituangkan dalam sertifikat yang dikeluarkan dan ditandatangani Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim.

Setahun berikutnya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga memberikan penghargaan kepada Kiai Ali Mansur. Penghargaan diberikan langsung oleh Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf kepada KH Ahmad Syakir, anak dari KH Ali Mansur saat peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Banyuwangi pada 9 Januari 2023. 

”Selawat Badar” saat ini dikenal luas ke seluruh nusantara tidak hanya kalangan NU, bahkan juga dilantunkan di berbagai negara. KH Ali menciptakan Selawat Badar untuk keselamatan Indonesia. Gus Yahya juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga KH Ali Mansur yang telah mengijazahkan Selawat Badar kepada NU. (aif/c1)