Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tahun Politik, Kongco di Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi Gunakan Jubah Hitam

tahun-politik,-kongco-di-klenteng-hoo-tong-bio-banyuwangi-gunakan-jubah-hitam
Tahun Politik, Kongco di Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi Gunakan Jubah Hitam
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Radarbanyuwangi.id– Pemandangan berbeda tampak pada prosesi pergantian jubah Kongco Tan Hu Cin Jin jelang Tahun Baru Imlek Minggu (4/2).

Setelah puluhan tahun, rupang (patung) sosok yang dimuliakan warga keturunan Tionghoa di Banyuwangi itu akhirnya mengenakan jubah berwarna hitam.

Jubah hitam selama ini nyaris tidak pernah digunakan karena sebagian umat Tri Dharma yang beribadah di Kelenteng Hoo Tong Bio percaya penggunaan jubah hitam hanya boleh dikenakan di saat-saat darurat.

Selama ini, Kongco hanya berganti jubah dengan warna merah atau kuning saja.

Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hoo Tong Bio Sylvia Ekawati mengatakan, pergantian warna jubah dari sebelumnya kuning menjadi hitam dilakukan sesuai dengan kesepakatan pengurus.

Selama ini, jubah warna hitam memang hanya dipasang saat situasi tengah gawat.

Sylvia mengatakan, tahun ini Indonesia tengah dalam situasi politik.

Karena itu, pengurus akhirnya sepakat menggunakan jubah warna hitam untuk menetralkan agar keadaan tetap aman.

”Biasanya memang ada Pwapewe (Pak Pui) untuk menentukan jubah warna apa yang digunakan Kongco. Tapi kali ini pengurus sepakat menggunakan warna hitam,” jelasnya.

Sylvia berharap, dengan menggunakan jubah hitam, kedamaian akan meliputi Banyuwangi dan Indonesia dalam suasana perpolitikan saat ini.

Bahkan untuk menjaga suasana kondusif, Sylvia mengatakan tidak ada perayaan berlebihan untuk peringatan Tahun Baru Imlek.

Atraksi Barongsai tahun ini ditiadakan. Menurutnya, umat akan lebih banyak beribadah bersama dengan sembahyang dan makan-makan di kelenteng.

”Tahun ini sederhana saja, kita ingin semuanya kondusif. Kita berdoa agar Banyuwangi terhindar dari hal-hal buruk,” ucap Sylvia.

Pembina TITD Hoo Tong Bio Soegianto menambahkan, sudah lama sekali jubah hitam tak pernah dikenakan oleh Yang Mulia Kongco. Pria berusia 72 tahun itu bahkan mengaku tak ingat kapan terakhir kali jubah hitam dikenakan.

Soegianto juga membenarkan bahwa untuk kali ini penentuan warna jubah tak dilakukan dengan prosesi Pwapewe.


Page 2

Pengurus kelentenglah yang menentukan warna apa yang digunakan pada tahun ini.

”Selama ini jubah hitam selalu kami siapkan, tapi tidak pernah dipakai. Kali ini dipakai karena saat ini sedang tahun politik juga,” jelasnya.

Tapi sebagai umat, pria yang memiliki nama Tionghoa Oei Penggi tersebut percaya tidak akan ada hal buruk pada tahun ini.

Dia meyakini semua akan berjalan lancar. Termasuk sesudah pelaksanaan pemilu.

”Yang kami doakan tidak hanya orang Banyuwangi, tapi orang Indonesia juga. Kami yakin akan aman-aman saja,” kata Soegianto.

Sementara itu, selain membersihkan puluhan rupang yang ada di dalam kelenteng, pengurus dan umat Hoo Tong Bio kemarin juga melakukan pergantian lampion-lampion yang selama ini terpasang.

Lampion-lampion itu diganti dengan yang baru setelah satu tahun terpasang di langit-langit kelenteng.

Selain lampion, ada juga puluhan lilin berukuran besar yang disumbang oleh umat untuk dipasang di kelenteng.

Soegianto mengatakan, baik lilin maupun lampion sama-sama memiliki makna harapan bagi pengirimnya. Lilin yang menyala menurutnya akan memberikan penerangan kepada umat selama setahun.

Begitu juga lampion berwarna merah yang melambangkan kebahagiaan untuk umat hingga Imlek tahun depan.

”Setiap lilin dan lampion ada namanya. Jadi, ada harapan doa dari umat yang mengirim. Tidak hanya dari Banyuwangi, dari luar kota seperti Surabaya dan Jakarta juga ada,” tandasnya. (fre/sgt/c1)


Page 3

Radarbanyuwangi.id– Pemandangan berbeda tampak pada prosesi pergantian jubah Kongco Tan Hu Cin Jin jelang Tahun Baru Imlek Minggu (4/2).

Setelah puluhan tahun, rupang (patung) sosok yang dimuliakan warga keturunan Tionghoa di Banyuwangi itu akhirnya mengenakan jubah berwarna hitam.

Jubah hitam selama ini nyaris tidak pernah digunakan karena sebagian umat Tri Dharma yang beribadah di Kelenteng Hoo Tong Bio percaya penggunaan jubah hitam hanya boleh dikenakan di saat-saat darurat.

Selama ini, Kongco hanya berganti jubah dengan warna merah atau kuning saja.

Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hoo Tong Bio Sylvia Ekawati mengatakan, pergantian warna jubah dari sebelumnya kuning menjadi hitam dilakukan sesuai dengan kesepakatan pengurus.

Selama ini, jubah warna hitam memang hanya dipasang saat situasi tengah gawat.

Sylvia mengatakan, tahun ini Indonesia tengah dalam situasi politik.

Karena itu, pengurus akhirnya sepakat menggunakan jubah warna hitam untuk menetralkan agar keadaan tetap aman.

”Biasanya memang ada Pwapewe (Pak Pui) untuk menentukan jubah warna apa yang digunakan Kongco. Tapi kali ini pengurus sepakat menggunakan warna hitam,” jelasnya.

Sylvia berharap, dengan menggunakan jubah hitam, kedamaian akan meliputi Banyuwangi dan Indonesia dalam suasana perpolitikan saat ini.

Bahkan untuk menjaga suasana kondusif, Sylvia mengatakan tidak ada perayaan berlebihan untuk peringatan Tahun Baru Imlek.

Atraksi Barongsai tahun ini ditiadakan. Menurutnya, umat akan lebih banyak beribadah bersama dengan sembahyang dan makan-makan di kelenteng.

”Tahun ini sederhana saja, kita ingin semuanya kondusif. Kita berdoa agar Banyuwangi terhindar dari hal-hal buruk,” ucap Sylvia.

Pembina TITD Hoo Tong Bio Soegianto menambahkan, sudah lama sekali jubah hitam tak pernah dikenakan oleh Yang Mulia Kongco. Pria berusia 72 tahun itu bahkan mengaku tak ingat kapan terakhir kali jubah hitam dikenakan.

Soegianto juga membenarkan bahwa untuk kali ini penentuan warna jubah tak dilakukan dengan prosesi Pwapewe.