“OPD (Organisasi Perangkat Daerah) teknis dan berbagai pihak terkait sudah melakukan tinjau lokasi untuk mematangkan tindak lanjutnya. Tadi disepakati, akan dilakukan pembuatan rorak dan konservasi lingkungan dengan penanaman tanaman keras. InshaAllah, minggu depan mulai dikerjakan senyampang masih musim hujan,” ungkap Ipuk, Selasa (14/2/2022).
Menurut Ipuk, konservasi lingkungan di lereng Gunung Ijen sangat diperlukan. Di kawasan yang memiliki ketinggian 500-900 meter di atas permukaan laut tersebut ini, terdapat 3 perkebunan, yang bisa dioptimalkan sebagai catchment area (daerah tangkapan air) agar air hujan tidak langsung mengalir ke hilir.
“Pembuatan rorak dan penanaman tanaman keras yang kita lakukan sebagai salah upaya menyiapkan catchment area di daerah hulu, khususnya lereng Ijen,” kata Ipuk.
“Per hektar bisa kita buat 5-10 rorak, tergantung kondisi lahan. Kalau perhitungan kami, sekitar 1.000 lebih rorak yang diperlukan agar air tertampung maksimal di hulu,” urai Ilham.
Untuk tanaman keras, lanjut Ilham, dipilih tanaman durian, mahoni, petai dan sukun. Selain untuk penyerapan, tanaman tersebut juga memiliki nilai ekonomi.
“Untuk program ini, dibutuhkan sekitar 1000 pohon. Selain dari pihak perkebunan Lidjen, sebagian bibit juga akan disupport dari pemkab. Untuk kawasan hutan di lereng Ijen, Perhutani juga menyatakan siap melakukan reboisasi,” tambahnya. (*)