Banyuwangi, Jurnalnews – Guide senior yang banyak menerbitkan buku legenda dalam bahasa Using dan Asing, Aekanu Haryono (64), kini menikmati profesi barunya sebagai Toekang Tjeritha. Sebagaimana ia tampil di hadapan anak-anak SD di arena Festival Banyuwangi Kolosemono di pelataran Disbudpar,Senin (3/5/24).
Yang spesial juga untuk pertama kalinya pakai alat peraga berbahan anyaman bambu untuk menampilkan tokoh alur ceritanya.Kali ini menampilkan 2 cerita tentang Buaya dan Kancil serta Legenda Nama Banyuwangi yang juga ada wayang tokoh termasuk raja dan Dewi Uma.
“Mendadak yang menyenangkan dapat amanah membuat wayang dari anyaman bambu lalu dicat kayu. Sebelumnya juga pelopori Wayang Osing dengan dalang Ki Ronggo.Sesekali untuk content ya saya sendiri yang main, ” ungkap Syukron Makmun dari Sanggar Bamboo Gintangan yang turut menyaksikan wayang garapannya dimainkan budayawan yang awali jadi PNS sebagai guru bahasa Inggris di SD.
“Saya mengapresiasi kreasi pengrajin wayang berbahan bambu dan diharapkan bisa menghidupkan sentra pengrajin khas Gintangan, ” tutur Aekanu seraya sampaikan harapannya akan sering memainkan ragam tokoh dengan wayang anyaman bambu, bukan berbahan kulit sapi atau lembu seperti biasanya.
Biasanya juga Aekanu bercerita ke tamu negara dan VVIP pemkab yang mampu menangkap abstraksi dari paparannya. Begitu audience anak-anak maka perlu pengejawantahan tokoh maka perlu media yang bantu pemahaman anak.
“Anak-anak adalah aset jangka panjang bangsa, maka ini tantangan sekaligus panggilan batin untuk membuat mereka senang dulu, pilih bahasa dan sikap yang bisa jadi panutan serta ada pesan moral yang disampaikan. Maka disela cerita saya juga selipkan lagu anak karya Ibu Sud yang berkarakter seperti oh ayah dan ibu serta desaku.Serta nilai nasionalisme dengan lagu-lagu nasional dan perjuangan lewat petikan gitar, ” tukas Ketua Komunitas Kiling Osing dan Lembaga Pendidikan Seni Nusantara ini.
“Saya senang dengan kecerdikan kancil. Tapi saya lebih kagum pada tokoh Sritanjung yang jujur dan berani untuk tegakkan kebenaran, ” kata Novita Azzahra (11) siswi SDN 4 Penganjuran yang datang bersama 4 kawannya.Juga ada murid dari SDN Kepatihan dan SDN 1 Mojopanggung.
Usai 2 jam menyaksikan Toekang Tjeritha,anak-anak dipandu melihat museum Blambangan dan Stand Pameran Banyuwangi Tempo Doeloe.(Aguk/AM/JN)