Selama ini
Banyuwangi khususnya Bangsring Underwater merupakan wilayah menjadi percontohan, di mana masyarakatnya secara mandiri mampu membentuk kelompok masyarakat yang sadar akan lingkungan dan kelastarian laut. Para nelayan Bangsring telah dikenal sebagai penggerak
konservasi yang mampu memperbaiki ekosistem laut, yang dulunya sering menangkap ikan dengan bom, kini beralih lebih memilih
konservasi ekosistem laut.
Bupati
Banyuwangi Ipuk FIestiandani mengapresiasi kerja sama antara
Pelni dan
UB ini untuk mendukung ekosistem laut
Banyuwangi yang terjaga. Menurutnya,
konservasi terumbu karang tidak hanya bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan ekosistem laut, tetapi juga untuk menguatkan kelompok nelayan dan pelaku wisata kelautan di
Banyuwangi.
“Dengan adanya kerja sama ini, kami berharap dapat terus menjaga dan memanfaatkan sumber daya kelautan secara bertanggung jawab,” kata Ipuk.
Pantai Bangsring Underwater terletak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten
Banyuwangi itu, merupakan kawasan
konservasi terumbu karang. Terdapat sekitar 15 hektare dan masuk zona perlindungan bersama dari masyarakat dan pemerintah, di mana area ini tidak boleh ada aktivitas penangkapan ikan.
Penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan oleh Direktur Keuangan dan Manajemen PT
Pelni Anik Hidayati dan Rektor
Universitas Brawijaya Prof Widodo, dengan disaksikan oleh Kepala Dinas Perikanan
Banyuwangi Alief R Kartiono.
Dalam kerja sama itu,
Pelni dan
UB berkolaborasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dalam mendukung pengelolaan pesisir dan laut berkelanjutan. Selain itu juga dilakukan rehabilitasi melalui rumah
terumbu karang di Pantai Bangsring Underwater.
Rumah
terumbu karang dibangun dari struktur besi berukuran 12 meter x 12 meter dan tinggi 1.5 meter ini, diharapkan dapat mendukung ekosistem dan ekowisata di
Banyuwangi.
“Rumah
terumbu karang ini memiliki desain seperti labirin yang dapat menjadi daya tarik bagi para penyelam. Kami berharap ini dapat meningkatkan potensi wisata dan kesejahteraan masyarakat di sekitar pantai,” kata Anik.
Sementara Widodo menambahkan, kerja sama ini adalah bagian dari transformasi pendidikan tinggi yang berorientasi pada masyarakat. Ia mengatakan,
UB melibatkan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dalam kerja sama ini, agar mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang masalah nyata di lapangan.
“Kami ingin mahasiswa
UB tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ada di masyarakat,” ujarnya.