TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka meninjau Pasar Rogojampi, Banyuwangi, Selasa (24/6/2025). Ia berkeliling menyapa para pedagang. Menanyakan kondisi harga dan ketersediaan barang.
Kunjungannya kali ini didampingi oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Emil Dardak, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto dan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
Salah satu pedagang ikan, Zadik (43), menyampaikan harapannya. Ia meminta pemerintah ikut menstabilkan harga jual di pasar. “Kadang mahal, kadang turun drastis. Kami bingung,” ujarnya.
Kondisi ini menjadi perhatian pemerintah daerah. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi terus berupaya menjaga kestabilan harga dan kelancaran distribusi barang.
Kepala dinas, Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi Nanin Oktaviantie, menjelaskan peran pihaknya dalam mengelola pasar. Saat ini, pemerintah daerah membina 21 pasar daerah. Sedangkan 53 pasar desa dikelola oleh pemerintah desa masing-masing.
“Di 21 pasar daerah ini, kami rutin menyosialisasikan berbagai program. Mulai dari digitalisasi hingga manajemen keuangan pedagang,” kata Nanin.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah memperkenalkan sistem pembayaran digital berbasis QRIS. Pedagang diajak bekerja sama dengan perbankan agar bisa menerima pembayaran non-tunai.
Namun, tak semua pedagang langsung paham. Ada yang masih gagap teknologi. “Makanya kami dampingi. Kami latih soal manajemen usaha dan keuangan,” jelas Nanin.
Manajemen keuangan dianggap penting. Supaya pedagang bisa mengelola untung rugi dan mengembangkan usahanya dengan lebih baik. “Kita ajari juga soal pencatatan. Biar mereka bisa berkembang,” katanya.
Selain itu, dinas juga memantau harga harian di pasar-pasar tersebut. Upaya ini bagian dari peran Banyuwangi sebagai tim pengendali inflasi daerah.
“Jangan sampai harga naik terlalu tinggi atau malah jatuh. Ketersediaan stok juga terus kami jaga,” ucapnya.
Perubahan perlahan mulai terlihat. Beberapa pedagang sudah mulai terbiasa menerima pembayaran digital. Bahkan, ada yang mulai menjual produk secara online.
“Yang jualan baju, kita dorong mulai promosi lewat media sosial. Biar nggak hanya mengandalkan pembeli datang langsung,” tambahnya.
Namun, Nanin mengakui transisi ini tidak mudah. Perlu waktu dan kesabaran. “Mereka sudah terbiasa dengan cara konvensional. Jadi butuh pendekatan bertahap,” tuturnya.
Pemerintah daerah pun tidak tinggal diam. Selain edukasi, mereka menyediakan fasilitas. Termasuk menggandeng perbankan untuk menyediakan QRIS secara gratis.
Fasilitas fisik juga terus diperbaiki. Meski terkendala anggaran, pemkab mencari cara untuk meningkatkan kualitas pasar.
“Kita tahu, kondisi beberapa pasar daerah memang kurang representatif. Kalah bersaing dengan toko modern atau warung dekat rumah,” katanya.
Keluhan ini juga muncul dari pedagang. Pengunjung berkurang, dagangan sepi. Mereka butuh sentuhan baru agar pasar kembali hidup.
Karena itu, dinas mendorong para pedagang agar lebih kreatif dan inovatif. Tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah.
“Kebersihan, tampilan dagangan, keramahan itu semua harus diperhatikan. Biar masyarakat tertarik masuk pasar,” ujarnya.
Meski terkendala anggaran, perbaikan tetap berjalan. Tahun 2020, Pemkab Banyuwangi mendapat bantuan dari APBN untuk membangun 1.001 los di sisi timur pasar.
Namun, masih banyak yang belum tersentuh. Dari total 1.364 los, baru sekitar 101 yang diperbaiki. “Masih ada lebih dari 1.200 los yang butuh perhatian,” ucap Nanin.
Harapannya, ke depan ada tambahan bantuan dari pemerintah pusat. Terutama untuk merenovasi sisi barat pasar yang masih kumuh.
“Kalau pasarnya bagus, bersih, lengkap, masyarakat pasti mau belanja di sini. Pedagang pun senang,” ucapnya. (*)
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |