Pagelaran seni kolosal Banyuwangi, Gandrung Sewu siap digelar sore ini, Sabtu (29/10). Sebanyak 1.248 penari Gandrung dengan busana yang menyala akan menari di Pantai Marina Boom berlatar Selat Bali.
Festival kesenian rakyat ini menyajikan tarian yang dibalut dalam sendratari dan berkisah perjuangan heroik rakyat Blambangan melawan wabah penyakit (pageblug). Gandrung merupakan tarian khas Banyuwangi, sementara Sewu memiliki arti seribu dalam bahasa Jawa.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan festival ini bisa menjadi momentum untuk membangkitkan kembali pariwisata Banyuwangi. Setelah sempat terhenti karena COVID-19, festival ini kembali dihelat di Pantai Marina Boom.
Ribuan Gandrung dari berbagai penjuru Banyuwangi berkumpul dan berlatih bersama untuk menghadirkan atraksi seni kolosal yang memikat. Beralaskan pasir pantai, mereka akan menari dengan lincahnya membentuk beragam formasi yang bakal menjadi pemandangan yang tak terlupakan.
“Yang penasaran, jangan lewatkan Gandrung Sewu hari ini m, pukul 14.00 WIB,” kata Ipuk Sabtu (29/10/2022).
Ipuk menambahkan Gandrung Sewu merupakan event budaya yang digelar setiap tahun sejak 2012 dalam rangkaian Banyuwangi Festival (B-Fest).
“Kemegahan Gandrung Sewu telah menjadikan event ini beberapa kali masuk Calendar of Event Wonderful Indonesia dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” katanya.
Di perhelatannya kali ini, Gandrung Sewu mengusung tema Sumunare Tlatah Blambangan yang bermakna Kilau Bumi Blambangan. Tema ini diambil sebagai spirit Banyuwangi bangkit seusai menghadapi pandemi. “Ini sesuai dengan tagline yang dicetuskan oleh Bupati Banyuwangi, yakni Banyuwangi Rebound,” ungkap Ipuk.
Ditambahkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda, tema Sumunare Tlatah Blambangan berangkat dari kisah Banyuwangi semasa masih menjadi kawasan Kerajaan Blambangan. Kala itu, kerajaan dilanda wabah.
Bahkan, sang putri raja bernama Dewi Sekardadu, terjangkit. Tak seorangpun mampu menyembuhkan. Hingga nanti datang seorang ulama bernama Syekh Maulana Ishak ke Blambangan.
“Kedatangan Syekh Maulana Ishak yang berhasil menyembuhkan wabah di Blambangan inilah yang menjadi fragmen utama dalam Gandrung Sewu kali ini,” papar Bramuda.
Ditambahkan Bramuda, para talent yang terlibat diseleksi dari hampir 3000 pelajar tingkat SD dan SMP yang mendaftar, hingga terseleksi 1.248 peserta. “Mereka tidak hanya dari sekolah umum, namun juga dari madrasah dan sekolah berbasis pesantren se-Banyuwangi,” pungkasnya.
Perlu diketahui, tarian Gandrung juga sudah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah. Gandrung pun terus lestari hingga saat ini, karena adanya upaya Pemkab Banyuwangi terus menjadikan gandrung sebagai tarian khas dan pembuka setiap acara serta penyambutan tamu dalam setiap event.
Simak Video “Pakaian Khusus yang Digunakan untuk Tari Gandrung, Banyuwangi“
[Gambas:Video 20detik]
(abq/sun)