Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

3 Tradisi Pranikah Suku Osing: Perjodohan Saat dalam Kandungan-Kawin Colong

Detik.com


Surabaya

Ada tiga tradisi prapernikahan warga Suku Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi. Mulai dari perjodohan saat masih dalam kandungan hingga tradisi Kawin Colong.

Mengenai tiga tradisi pranikah tersebut dikutip dari jurnal Universitas Negeri Surabaya, yang berjudul Tata Laksana Upacara Pernikahan Adat Suku Osing di Desa Kemiren Banyuwangi (2020). Jurnal tersebut disusun oleh Linda Ratna Sari dan Dindy Sinta Megasari.

Desa Kemiren masuk Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Di desa ini ada perkampungan asli warga Suku Osing. Masyarakat Desa Kemiren melestarikan adat yang dilatarbelakangi keyakinan kuat, yang diajarkan secara turun temurun tentang sosok danyang desa yang bernama Buyut Cili.

Dalam kehidupan masyarakat Suku Osing di Desa Kemiren, tujuan pernikahan yakni untuk mendapatkan keturunan dan melanjutkan sejarah keluarga. Dalam penelitiannya, Linda mewawancara Suhaimi selaku Ketua Adat Desa Kemiren waktu itu, dan Subari Sofyan selaku budayawan Banyuwangi.

Sehingga diketahui bahwa sebelum upacara pernikahan ada 3 tradisi prapernikahan atau pranikah warga Suku Osing di Desa Kemiren. Berikut ini ulasannya.

3 Tradisi Pranikah Suku Osing di Desa Kemiren Banyuwangi:

1. Angkat-angkatan

Angkat-angkatan merupakan tradisi prapernikahan yang dianggap ideal di kalangan masyarakat Osing. Tradisi ini didasari sebuah perjodohan.

Di Desa Kemiren, adat angkat-angkatan dapat dilakukan sejak calon pengantin masih kecil. Bahkan sejak calon pengantin masih dalam kandungan, sudah mulai dijodohkan.

Untuk tradisi ini, ada pantangan yang harus diperhatikan dalam adat mencari jodoh. Misalnya Adu Tumper, yaitu pantangan warga Osing melakukan pernikahan antara anak sulung.

Pantangan yang lain yakni Papangan Wali, atau pernikahan anak dari dua bersaudara kandung laki-laki. Juga ada pantangan Ngrubuhake Jajan Sabarang, yaitu perkawinan anak dari saudara perempuan kandung.

2. Ngleboni

Tradisi ini terjadi apabila seorang laki-laki dan perempuan saling mencintai. Akan tetapi orang tua laki-laki menentang adanya pernikahan. Mereka tidak setuju dengan gadis pilihan anaknya.

Dalam tradisi Ngleboni, suatu hari pihak laki-laki akan mendatangi dan memasuki rumah pihak perempuan. Ia melakukan Sembah Sungkem kepada ayah dari perempuan tersebut.

Apabila anak perempuan tersebut menyetujui untuk dinikahkan, maka kedua pihak orang tua harus menyetujuinya. Pada saat itulah laki-laki tersebut menetap di rumah calon mertua, dan melakukan suatu pekerjaan untuk mertuanya.

3. Kawin Colong

Kawin Colong merupakan tradisi yang dilakukan sepasang kekasih dengan alasan-alasan tertentu, setelah adanya kesepakatan bersama. Penyebab umum terjadinya Kawin Colong ialah restu yang tak kunjung didapat dari orang tua atau pihak perempuan.

Pada tradisi Kawin Colong harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak yang terlibat. Tidak boleh dilakukan atas persetujuan dari salah satu pihak saja.

Dalam prosesi Kawin Colong, pihak laki-laki diam-diam menculik pihak perempuan. Lalu membawa ke rumahnya dan tinggal di sana.

Dalam tradisi Kawin Colong, pihak laki-laki harus mengirimkan seorang Colok untuk bertemu dengan orang tua pihak perempuan, dan menyampaikan bahwa putrinya sedang berada dalam prosesi Kawin Colong.

Tugas Colok hanya menyampaikan, maka selanjutnya akan menjadi urusan dan tanggung jawab kedua belah pihak. Setelah ada persetujuan dari kedua belah pihak, maka pihak laki-laki dan perempuan yang melakukan tradisi Kawin Colong akan dinikahkan.

Rangkaian Prosesi Upacara Pernikahan Adat Suku Osing di Desa Kemiren Banyuwangi:

1. Ngirim Doa

2. Buka Terop atau Godong Lemes

3. Mocoan Lontar Yusuf

4. Akad Nikah

5. Sedekahan

6. Arak-Arakan, membawa:

  • Godong Kolang-kaling
  • Bokor Kinangan
  • Peras Suhun
  • Bokor Kendi
  • Picis Punjen
  • Petek Ngerem
  • Cingkek
  • Bantal Kloso

7. Petekan

8. Ngosek Ponjen

9. Hiburan

10. Mbuang Kuro

Simak Video “Protes Jalan Rusak, Warga Blitar Tanam Pohon Pisang
[Gambas:Video 20detik]
(sun/dte)

source