sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Memasuki babak akhir musim panen tebu, sejumlah petani di Banyuwangi kembali diingatkan untuk menghentikan kebiasaan membakar lahan tebu, terutama di wilayah yang berdekatan dengan hutan dan permukiman warga.
Hingga saat ini, praktik berisiko tinggi penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu masih dijumpai di lapangan, Minggu (16/11).
“Masih banyak ditemui petani atau pemilik lahan garapan tebu membakar daun atau sisa tebangan tebu,” ungkap Koordinator Damkar Genteng, Sutikno.
Baca Juga: Manchester United Siap Menyergap! Incar Penyerang Bermasalah Dortmund dan Kiper Baru, Fulham Pertimbangkan Depak Marco Silva
Selama musim panen tahun ini, Damkar Genteng menerima beberapa laporan kebakaran yang terjadi di area tebu.
Walau intensitasnya menurun karena hujan, praktik pembakaran sengaja masih terus ditemukan.
“Saat ada laporan dan kami datangi, rupanya memang disengaja. Ini tidak dibenarkan,” tegasnya.
Lokasi Rawan dan Pola Pembakaran
Sutikno menyebut beberapa wilayah yang kerap melakukan pembakaran sisa tebangan tebu, antara lain Dusun Nganjukan, Desa Karangsari, serta Dusun Tlogosari, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu.
Baca Juga: BMKG Peringatkan Banyuwangi Dilanda Cuaca Ekstrem Sepekan, Waspada Hujan Lebat, Angin Kencang, hingga Longsor!
“Sampai hafal. Kalau ada laporan lahan terbakar, biasanya sengaja dibakar,” katanya.
Aksi pembakaran umumnya dilakukan pada sore hingga malam hari.
Meski biasanya ada penjagaan di area tersebut, Sutikno menilai praktik itu tetap berbahaya. “Meski dijaga, api bisa membesar kapan saja,” ujarnya.
Dilarang Pemerintah, Pelaku Bisa Kena Sanksi
Ia meminta petani mencari cara lain untuk membersihkan limbah panen tebu agar tidak memicu karhutla, terlebih saat musim kemarau yang rawan kobaran api.
“Upaya pencegahan harus diutamakan, meski memadamkan api sudah jadi tugas kami,” tambahnya.
Page 2
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Memasuki babak akhir musim panen tebu, sejumlah petani di Banyuwangi kembali diingatkan untuk menghentikan kebiasaan membakar lahan tebu, terutama di wilayah yang berdekatan dengan hutan dan permukiman warga.
Hingga saat ini, praktik berisiko tinggi penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu masih dijumpai di lapangan, Minggu (16/11).
“Masih banyak ditemui petani atau pemilik lahan garapan tebu membakar daun atau sisa tebangan tebu,” ungkap Koordinator Damkar Genteng, Sutikno.
Baca Juga: Manchester United Siap Menyergap! Incar Penyerang Bermasalah Dortmund dan Kiper Baru, Fulham Pertimbangkan Depak Marco Silva
Selama musim panen tahun ini, Damkar Genteng menerima beberapa laporan kebakaran yang terjadi di area tebu.
Walau intensitasnya menurun karena hujan, praktik pembakaran sengaja masih terus ditemukan.
“Saat ada laporan dan kami datangi, rupanya memang disengaja. Ini tidak dibenarkan,” tegasnya.
Lokasi Rawan dan Pola Pembakaran
Sutikno menyebut beberapa wilayah yang kerap melakukan pembakaran sisa tebangan tebu, antara lain Dusun Nganjukan, Desa Karangsari, serta Dusun Tlogosari, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu.
Baca Juga: BMKG Peringatkan Banyuwangi Dilanda Cuaca Ekstrem Sepekan, Waspada Hujan Lebat, Angin Kencang, hingga Longsor!
“Sampai hafal. Kalau ada laporan lahan terbakar, biasanya sengaja dibakar,” katanya.
Aksi pembakaran umumnya dilakukan pada sore hingga malam hari.
Meski biasanya ada penjagaan di area tersebut, Sutikno menilai praktik itu tetap berbahaya. “Meski dijaga, api bisa membesar kapan saja,” ujarnya.
Dilarang Pemerintah, Pelaku Bisa Kena Sanksi
Ia meminta petani mencari cara lain untuk membersihkan limbah panen tebu agar tidak memicu karhutla, terlebih saat musim kemarau yang rawan kobaran api.
“Upaya pencegahan harus diutamakan, meski memadamkan api sudah jadi tugas kami,” tambahnya.







