Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Keluarga Remaja Disabilitas Luk Luul Berharap Ada Relawan Gotongroyong Di Hari Pahlawan

keluarga-remaja-disabilitas-luk-luul-berharap-ada-relawan-gotongroyong-di-hari-pahlawan
Keluarga Remaja Disabilitas Luk Luul Berharap Ada Relawan Gotongroyong Di Hari Pahlawan

Banyuwangi – Senyum cerah terpancar dari wajah Luk Luul Maknun (19), penyandang daksa asal Dusun Krajan, Desa Kedaleman, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Gadis yang mengalami disabilitas fisik sejak lahir ini mendapat kunjungan dari Komunitas Gotong Royong 45, media online Sastrawacana.id, dan pegiat sosial yang peduli terhadap penyandang disabilitas di daerah, Minggu (9/11).

Luk Luul tinggal bersama kedua orang tuanya, Mansur (57) dan Sumiyati (53). Ayahnya bekerja sebagai kernet bus Minto jurusan Banyuwangi–Situbondo, sementara ibunya menjadi ibu rumah tangga.

Sejak kecil, Luk Luul tidak mengenyam pendidikan secara penuh, hanya sempat bersekolah di taman kanak-kanak selama dua tahun. Hal itu disebabkan keterbatasan orang tua, sang ayah sibuk bekerja, sementara sang ibu tidak bisa mengendarai kendaraan bermotor untuk mengantar.

Kunjungan Komunitas Gotong Royong 45 yang dipimpin oleh Bung Aguk Darsono yang juga aktif di Forum Banyuwangi Sehat (FBS) dan Forum Pembauran Kebangsaan {FPK) menjadi awal harapan baru bagi keluarga ini.

Dalam kesempatan itu, turut hadir Pemimpin Redaksi Sastrawacana.id sekaligus Direktur Penerbit Lintang Banyuwangi, Maulana Affandi, S.S., serta beberapa pegiat sosial Banyuwangi.

“Luk Luul ini anak yang cerdas dan ceria. Walau ada sedikit kesulitan berbicara, tapi semangatnya luar biasa. Dia tidak malu, malah terlihat senang saat diajak ngobrol,” ujar Bung Aguk yang juga merupakan pemandu bakat talenta yatim piatu.

Ditemani pamannya, Iwan (50), yang juga penyandang disabilitas akibat kram dingin saat musibah kapal nelayan di Pantai Puger, Jember, Luk Luul menyampaikan keinginannya yang sederhana, yakni ingin bisa keluar rumah karena ejak kecil, hampir seluruh waktunya dihabiskan di dalam rumah.

Pamannya menuturkan, jika Luk Luul memiliki kursi roda, ia akan lebih mudah beraktivitas di luar rumah.

“Selama ini dia hanya bisa duduk atau berbaring di kasur, jarang sekali keluar,” ujar Pakdhe Iwan, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang servis elektronik dan dapat dihubungi melalui nomor ponsel 082341828320.

Menanggapi hal tersebut, Bung Aguk langsung menghubungi Khoirul Hidayat, S.STP., M.Si., Kepala Bidang Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Banyuwangi, untuk menyampaikan kondisi Luk Luul.

Khoirul Hidayat menyampaikan, pihaknya siap memberikan bantuan dan berharap pemerintah desa turut aktif memantau kondisi warganya serta memperbarui data agar ia dapat menerima bantuan sosial yang selama ini belum pernah diterimanya.

“Kami akan segera tindak lanjuti. Tapi ke depannya, pihak desa perlu lebih aktif melaporkan dan memperbarui data agar bantuan sosial bisa tepat sasaran,” ujarnya melalui pesan singkat.

Sementara itu, Maulana Affandi menyampaikan apresiasi terhadap respons cepat Dinas Sosial Banyuwangi.

“Langkah cepat Pak Khoirul dan tim Dinsos patut diapresiasi. Ini bukti bahwa kepedulian Dinsos Banyuwangi kepada warga yang membutuhkan sangat tinggi,” ujarnya.

Menurut Affandi, pihaknya masih menunggu tindak lanjut dari pekerja sosial di Rogojampi untuk mendata Luk Luul, karena namanya belum tercatat dalam data penyandang disabilitas Kabupaten Banyuwangi

Ia juga menambahkan, Dinas Sosial Banyuwangi memang dikenal tanggap terhadap berbagai persoalan sosial.

“Bukan hanya kali ini, sebelumnya Dinas Sosial juga sigap membantu warga lain, seperti Aripin yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan kerja. Hal itu menunjukkan adanya kesinambungan kepedulian yang nyata, salah satunya melalui pemberian kursi roda 3 in 1,” ujarnya.

Kehadiran komunitas sosial, rekan media, dan pegiat kemanusiaan di rumah Luk Luul membawa semangat baru bagi keluarganya.

Mereka berharap Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) juga dapat melakukan survei dan memberikan bantuan bagi Luk Luul, yang kini tinggal di rumah warisan kakek-neneknya dari pihak ayah.

Selain menantikan bantuan berupa kursi roda dan popok, Luk Luul yang memiliki hobi bernyanyi juga direncanakan akan tampil dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) mendatang. Ia akan didampingi oleh relawan dari Komunitas Gotong Royong 45 dan Yayasan Aura Lentera Indonesia (YALI).

Koordinator Divisi Program YALI, Indah Catur Cahyaningtyas, mengatakan dirinya hanyalah relawan, bukan pahlawan.

“Bersamaan dengan momentum Hari Pahlawan, Luk Luul kami catat sebagai anggota dampingan kami. Harapannya, keluarga bisa lebih responsif dan kami juga akan mengikutkan mereka dalam pelatihan bagi orang tua yang memiliki anggota keluarga penyandang disabilitas,” tutur aktivis Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) ini.

Melalui kegiatan itu, Luk Luul akan mendapat ruang untuk menyalurkan bakatnya dan tampil bersama para penyandang disabilitas lainnya. Lewat gawai milik ibunya, ia juga diharapkan bisa menjalin silaturahmi agar tidak merasa sendirian.

Dengan nada pasrah, sang ibu, Sumiyati, berharap ada pihak yang peduli terhadap putrinya, terutama dalam hal mobilitas agar bisa beraktivitas di luar rumah.

“Bukan karena malu, tapi saya enggan merepotkan tetangga dan kerabat. Ternyata saya salah, dulu tidak menyekolahkan, tidak membuatkan KIA, dan baru mengurus KTP setelah usianya lebih dari 18 tahun,” ujarnya lirih.

Semangat dan senyum Luk Luul menjadi pengingat bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti bermimpi. Di balik segala keterbatasan, tersimpan keyakinan bahwa kuasa Tuhan selalu hadir bagi hamba-Nya, pada waktu dan cara yang paling tepat. (AWN/AM/JN)