Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Batik Sidoarjo Dipasarkan hingga Luar Jawa, Motif Udang-Bandeng Paling Laku

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Detik.com



Sidoarjo

Sidoarjo menjadi salah satu kota dengan potensi ekonomi penghasil kerajinan batik. Selain kampung Batik Jetis, masih banyak warga di wilayah lain di Sidoarjo yang menekuni batik. Salah satunya Al-Huda Batik di Taman Pinang Sidoarjo.

Perajin batin kenamaan bernama Nurul Huda menyebut kampung batik terkenal di Sidoarjo adalah Kampung Jetis. Namun, saat ini banyak masyarakat perajin batik di Kampung Jetis pindah ke tempat lain.

“Meski kami sudah tidak tinggal di Kampung Batik Jetis, tapi masih eksis memproduksi batik,” kata Huda di Rumah Batik Al-Huda kepada detikJatim, Jumat (20/10/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Huda menjelaskan ia hanya memproduksi batik tulis yang diberi nama Al-Huda, manifestasi karya desain yang diciptakan sendiri sejak 1982. Ia sudah hobi mendesain batik sejak duduk di bangku sekolah.

“Saya berasal dari Kampung Jetis, sejak masih duduk di bangku sekolah sudah gemar membatik. Karena setiap hari melihat kedua orang tua membatik,” jelas Huda.

Al-Huda Batik di Taman Pinang Sidoarjo.Al-Huda Batik di Taman Pinang Sidoarjo. Foto: Suparno/detikJatim

Meski pada awalnya dipandang sebelah mata, Huda tetap semangat mendesain batik dan menawarkan kepada instansi-instansi pemerintahan. Terutama ke Dinas Pendidikan seperti sekolah-sekolah.

“Sewaktu saya masih kuliah, saya juga menunjukkan karya batik ke dosen-dosen. Selesai kuliah saya tetap usaha membatik, menjahit, dan sebagainya. Sampai sekarang saya tetap membatik, meski sudah menjadi dosen,” ungkapnya.

Huda menerangkan, dalam karya desainnya, batik Al-Huda lebih banyak menonjolkan ciri khas Sidoarjo. Salah satunya, jenis beras utah, kembang tebu, kembang bayam, yang paling tren saat ini udang dan bandeng.

Saat pandemi COVID-19, pesanan batik di Sidoarjo sangat minim, hanya antara 20-50 pesanan. Meski begitu, pesanan tetap dilayani dan ia tetap membatik dan memberikan pelatihan-pelatihan membatik.

“Bahkan sampai saat ini ada belasan tenaga kerja saya dari anak-anak kebutuhan khusus. Mereka sangat telaten belajar mendalami membatik. Banyak juga anak-anak sekolah yang magang di batik Al-Huda,” terang Huda.

Saat ini batik di Sidoarjo mulai kembali bangkit. Banyak pesanan dari luar kota seperti Surabaya, Malang, Banyuwangi, Semarang. Ada juga dari luar Jawa Timur, seperti Banjarmasin, Pontianak, Denpasar, serta Sulawesi.

“Syukur alhamdulillah saat ini pesanan batik mulai banyak, terutama dari luar Jawa Timur. Mereka terkesan batik khas Sidoarjo seperti jenis udang dan bandeng,” ujar Huda.

Bermunculan motif-motif batik modern yang cukup populer, di antaranya motif beras utah, kembang bayem, dan kembang tebu, dan udang bandeng. Motif tersebut merupakan bentuk visualisasi hasil bumi yang banyak ditemukan di Sidoarjo.

Menurut Huda, sekarang mulai ada pergeseran motif asli batik sebagai akibat permintaan pasar. Beberapa perajin batik dari kelompok masyarakat modern memodifikasi motif asli dengan motif baru yang disebut batik kontemporer.

Batik kontemporer dinilai lebih cepat diproduksi dalam jumlah banyak sehingga harganya relatif lebih murah. Namun, sebagian besar kelompok masyarakat tradisional masih mempertahankan keaslian batik tulis yang menjadi warisan leluhur.

“Kami hanya memproduksi batik tulis, meski prosesnya agak lama namun tetap kami pertahankan. Alhamdulillah musim panas ini sangat membantu proses pengeringan,” tandasnya.

Simak Video “Berulah Lagi, Masriah Penyiram Tinja Nggak Ada Kapoknya!
[Gambas:Video 20detik]
(irb/fat)

source