Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Nama Suaminya Tak Ada di Manifes, Yatini Tetap Setia Menunggu di Pelabuhan Ketapang

BANYUWANGI, KOMPAS.com – Sudah sepekan Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali, namun Yatini (55) masih setia menunggu kabar sang suami, Fauzey bin Awang (60), di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur.

Fauzey merupakan warga negara Malaysia yang tiga tahun terakhir menikah dengan Yatini, warga Kecamatan Genteng, Banyuwangi.

Pada malam kejadian, Rabu (2/7/2025), Fauzey menaiki kendaraan travel untuk menyeberang ke Bali. Ia berencana terbang ke Malaysia melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai pada Kamis (3/7/2025) siang.

Namun nahas, kapal yang ditumpanginya, KMP Tunu Pratama Jaya, tenggelam di tengah perairan Selat Bali.

Hingga kini, keberadaan Fauzey dan puluhan penumpang lainnya masih belum diketahui.I ronisnya, nama Fauzey tidak tercatat dalam daftar manifes penumpang kapal.

Baca juga: Operasi SAR Korban KMP Tunu Pratama Jaya Diperpanjang

Saat ditemui Kompas.com di Pelabuhan Ketapang, Selasa (8/7/2025) malam, Yatini menceritakan bahwa suaminya sempat berjanji akan menelepon ketika tiba di bandara.

“Abang janji mau telepon begitu sampai bandara, tapi sampai malam tidak ada kabar. Saya pikir dia kelelahan, jadi saya tidur duluan,” kata Yatini.

Keesokan paginya, Yatini mendengar kabar bahwa sebuah kapal tenggelam di Selat Bali.

“Saya telepon abang tapi tidak bisa. Lalu saya hubungi pihak travel, katanya semua penumpang selamat. Tapi saya tetap khawatir karena ponsel abang tak bisa dihubungi,” ujarnya.

Yatini yang panik kemudian meminta bantuan tetangganya, Arin, untuk mengantarnya ke Pelabuhan Ketapang. Mereka menempuh perjalanan sekitar satu jam dengan sepeda motor.

“Saya sampai di sini jam 11 siang. Lemas rasanya. Nama suami saya tidak ada di manifes, tapi nama sopir travel yang bawa suami saya tercantum,” ungkapnya.

Baca juga: 2 Jenazah Korban KMP Tunu Pratama Jaya Teridentifikasi, Tak Masuk Manifes

Sejak itu, Yatini memutuskan menginap di pelabuhan bersama keluarga korban lainnya. Ia masih berharap suaminya ditemukan dalam keadaan selamat.

“Saya masih berharap ada keajaiban, tapi sekarang saya pasrah. Yang penting, suami saya ditemukan,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Selama menunggu di pelabuhan, Yatini mengaku sudah ratusan kali mencoba menghubungi nomor ponsel suaminya, namun tidak pernah mendapat respons.

Ia juga berharap bisa melihat barang-barang milik penumpang yang ditemukan di laut, dengan harapan dapat mengenali milik suaminya.


Page 2

“Kami yang tahu barang milik keluarga. Hanya ingin tahu, tidak harus diambil. Yang penting ada kepastian,” ujarnya.

Yatini mengisahkan, sebelum bertemu dengan Fauzey, ia pernah bekerja di Malaysia selama 11 tahun dan menghidupi dua anaknya sejak suami pertamanya meninggal.

“Lalu saya bertemu abang. Dia serius ingin menikah. Kami menikah di Malaysia, dan dua bulan kemudian meresmikannya secara negara di Indonesia,” kata dia.

Baca juga: 2 Jenazah Korban KMP Tunu Pratama Jaya Teridentifikasi, Tak Masuk Manifes

Sejak menikah, Fauzey berkeinginan menetap di Banyuwangi sebagai petani. Namun karena masih ada pekerjaan di Malaysia, ia kerap bolak-balik dua negara.

“Biasanya di sini dua minggu, baru balik ke Malaysia. Tapi yang terakhir ini cuma seminggu,” jelasnya.

Yatini menambahkan, mereka telah merencanakan membangun rumah untuk ditinggali bersama di masa tua.

“Setelah kejadian ini, saya belum tahu harus bagaimana ke depannya. Saya hanya ingin ada kejelasan tentang nasib suami saya,” ujarnya.

KNKT: Pintu Geladak Terbuka Jadi Penyebab KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga penyebab tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya adalah pintu kamar mesin yang dalam kondisi terbuka, sehingga air laut masuk saat kapal berlayar di tengah gelombang tinggi.

Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Sub Komite Keselamatan Pelayaran KNKT, Anggiat PTP Pandiangan, menjelaskan bahwa pintu geladak menuju ruang mesin seharusnya tertutup saat kapal beroperasi.

Namun dalam insiden ini, pintu tersebut terbuka, membuat air laut masuk dengan mudah.

“Di geladak kapal ini ada akses untuk turun ke kamar mesin. Saat itu pintunya dalam kondisi terbuka, sehingga air masuk dan menyebabkan kapal miring ke kanan,” kata Anggiat dalam Rapat Kerja Komisi V DPR RI, Selasa (8/7/2025).

Ia juga menyebutkan bahwa kapal jenis ini memiliki freeboard rendah, sehingga saat muatan berlebih, benaman kapal bertambah dan air laut lebih mudah masuk ke geladak.

“Muatan yang ada juga menambah benaman kapal, sehingga mengurangi freeboard-nya. Pintu ini seharusnya selalu tertutup ketika kapal berlayar,” tegasnya.

Baca juga: KNKT: Tak Ada Anomali Saat KMP Tunu Pratama Jaya Bertolak

Basarnas Perpanjang Operasi Pencarian Korban

Badan SAR Nasional (Basarnas) memutuskan untuk memperpanjang masa pencarian korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.

“Kami akan memperpanjang operasi selanjutnya, mengingat masih adanya korban yang perlu dievakuasi,” kata Deputi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan Basarnas, Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno, Selasa (8/7/2025).


Page 3

Menurut Eko, keputusan tersebut diambil atas dasar pertimbangan kemanusiaan serta arahan dari koordinator pencarian dan evaluasi dari tim pendukung.

Ia juga meminta doa dan dukungan masyarakat agar proses pencarian berjalan lancar dan membuahkan hasil maksimal.

Hingga hari ketujuh pencarian, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi 40 orang korban.

“Korban ke-39 dan ke-40 telah teridentifikasi atas nama Muhammad Aris Setiawan (23), warga Kabupaten Blitar, dan Ridho Anggoro (29), warga Kecamatan Kabat, Banyuwangi,” ungkap Eko.

Baca juga: Nahkoda KMP Tunu Pratama Jaya yang Tenggelam Masih Hilang, Dianggap Jadi Saksi Kunci

Namun, dua korban tersebut tidak tercatat dalam manifes, menambah daftar ketidaksesuaian data penumpang yang ditemukan pada kasus ini.

Sesuai data manifes, KMP Tunu Pratama Jaya diketahui mengangkut 65 orang yang terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru kapal, serta 22 unit kendaraan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.