The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

A Piece of History When the Dutch Spent It 8 Tons of Gold Conquer Blambangan

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Detik.com



Banyuwangi

It turned out that the Dutch needed expensive capital when conquering the Earth of Blambangan, atau yang kini kerap disebut Banyuwangi. In 10 tahun masa penaklukan, Belanda menghabiskan 8 ton emas.

Fakta ini memang tidak tertulis dalam catatan sejarah nasional. However, fakta ini terungkap dalam Daghregister atau catatan harian kolonial Belanda. Di mana di dalamnya juga ditemukan catatan tentang pengeluaran periodik pemerintah Belanda saat VOC melakukan penyerangan salah satu wilayah di Indonesia tersebut.

Dalam catatan harian kolonial, tercatat secara rinci berapa besar pengeluaran pembiayaan perang melawan Blambangan pada masa itu.

Sejarawan Banyuwangi Hidayat Aji Ramawidi membeberkan awalnya Blambangan tidak pernah menarik perhatian VOC Belanda. However, saat kerajaan Inggris membuka rute kapal dagang di pesisir Blambangan, Belanda mulai tertarik untuk menaklukkan Blambangan, yang tampak potensial bagi jalur dagang.

Awal mulanya Belanda menganggap Blambangan hanya kerajaan kecil yang apabila kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah seperti Surakarta dan Yogyakarta serta di Jawa Barat Cirebon Banten sudah takluk semua ya sudahlah, Blambangan tidak penting,” ungkap Mas Aji, sapaan akrabnya saat membuka cerita, Wednesday (30/8/2023).

“However, tiba-tiba tahun 1766 bulan Agustus seperti sekarang, armada dagang Inggris datang ke Blambangan dan menjalin kerja sama. Di antara butir kerja sama itu, Inggris diizinkan untuk membuka pos dagang dan gudang untuk menampung barang-barang yang dibeli dari masyarakat setempat,” he added.

Hal ini membuat Belanda mulai kelimpungan. Mereka khawatir Blambangan akan dikuasai Inggris dan menggagalkan rencana mereka menguasai seluruh Pulau Jawa.

Lalu Belanda atau VOC yang merasa memiliki seluruh tanah Jawa kaget ketika tiba-tiba Inggris yang merupakan lawan saingan dagangnya membuat pos di wilayah Blambangan. Belanda khawatir Inggris akan menancapkan kukunya di Jawa dan akan mengganggu eksistensi mereka dalam menguasai seluruh tanah Jawa, akhirnya setahun kemudian 1767 Belanda menginvasi Blambangan, tujuannya untuk mengusir Inggris dan menguasai Blambangan secara utuh,” clear.

Akhirnya dari situ, pertempuran VOC Belanda dengan Kerajaan Blambangan terjadi. Invasi yang dimulai tahun 1767 itu ternyata di luar perhitungan VOC Belanda, pasukan Blambangan memiliki kekuatan militer besar dan tangguh.

So that, Belanda membutuhkan waktu 10 tahun ‘hanyauntuk menaklukkan kerajaan kecil Blambangan. Bukan hanya pada kekuatan strategi tempur, Blambangan disebut juga memiliki pemimpin yang loyal, serta bisa secara cepat meregenerasi pimpinan saat panglima mereka tertangkap dan dihabisi VOC.

Blambangan itu ketika satu pemimpin jatuh atau gugur atau dibuang tertangkap, itu langsung muncul pemimpin baru. Kalau di daerah lain mungkin hanya memiliki ikon satu orang pahlawan, lain di Blambangan, tidak bisa dipilih-pilah perlawanannya,” tambah Mas Aji.

Kekuatan-kekuatan ini, lanjut Mas Aji, membuat pihak Belanda sempat kelimpungan. Mas Aji menceritakan, saat VOC datang pada tahun 1767, mereka langsung menghadapi Wali Negara Dewa Kabakaba.

Sepeninggal Dewa Kabakaba di Plupangpang Muncar, on 31 March 1767 tak berlangsung lama langsung ada kekuatan baru. On 6 bulan setelah itu, sudah terhimpun lagi kekuatan baru di bawah pimpinan Pangeran Agung Wilis.

Mereka menyerang benteng VOC Belanda sampai Sang Pangeran dibuang ke Pulau Banda di Maluku. Setelah itu muncul lagi pemimpin ketiga, maka terhimpun lagi persiapan perang yang baru, Bagus Sutanagara,” ungkap Mas Aji kala meruntut sejarah panjang perlawanan Blambangan atas invasi VOC Belanda.

Furthermore, Mas Aji menyampaikan, pertempuran demi pertempuran pasukan Blambangan tidak pernah mengenal kata menyerah. ‘Patah tumbuh hilang berganti’. Itulah istilah yang patut disematkan pada semangat juang rakyat Blambangan kala itu.

Mas Aji menceritakan usai Bagus Sutanagara menemui ajalnya, muncul lagi perlawanan di bawah pimpinan Rempeg Jagapati dalam perang heroik yang dikenal dengan Perang Bayu 1771. Kepahlawanannya diperingati setiap 18 Desember sebagai Hari Jadi Banyuwangi.

Then, mengapa Blambangan kemudian dapat ditaklukkan? Mas Aji menyebut karena para pengganti Rempeg Jagapati tidak bersatu dan tidak kompak lagi.

Especially, tokoh muda bernama Jagalara yang menjadi pemimpin pengganti Rempeg, tidak mau hormat dan taat pada Ki Keboundha, sesepuh para pejuang yang merupakan orang kepercayaan Pangeran Agung Wilis dan guru dari Rempeg Jagapati.

Kemunculan demi kemunculan pemimpin-pemimpin baru di satuan pasukan perang rakyat Blambangan ini membuat Belanda harus membumihanguskan pulau Nusa Barong hingga tidak ada lagi yang boleh tinggal di pulau tersebut.

Then, dilanjutkan oleh Jagalara, Sayu Wiwit, dan Keboundha dalam Perang Bayu II tahun 1772 until 1773. Final, perang di pedalaman dekat pantai selatan Puger dan Nusa Barong dipimpin Sindhu Brama tahun 1777.

Terhitung, in 10 tahun invasi Belanda ke Blambangan, Daghregister mengumpulkan catatan kalkulasi biaya perang Belanda mencapai kisaran setara 8 ton emas.

Sisa-sisa perjuangan pasukan perang dan rakyat Blambangan masih ada hingga kini. Ada gua-gua tempat persembunyian saat perang gerilya, serta pelabuhan-pelabuhan tua yang menjadi saksi bisu pertumpahan darah pejuang dalam mempertahankan Bumi Blambangan yang kini disebut Banyuwangi.

Watch Video “Cerita Prabowo Soal Tulisan di Kolam Eks Belanda Lecehkan Indonesia
[prawns:Video 20detik]
(hil/iwd)

source