Banyuwangi, Jurnalnews.com – Gesah Sejarah tentang Kerajaan Blambangan 2 digelar kembali oleh Desa Tembokrejo Kerajaan Muncar yang bertepatan dengan hari lahirnya Desa Tembokrejo Rabu (25/06/25) yang bertempat di Pendopo Balai Desa Tembokrejo.
Dalam gesah sejarah kali ini dihadiri oleh Perwakilan dari Camat Muncar, Staff Desa Temborejo, BPD Tembokrejo, Karang Taruna, Dosen dan Mahasiswa Sejarah Uniba, Sejarahwan, Perwakilan Kopat dan Matra dan narasumber oleh Thonas Racharto dari Omahseum, Titin Fatimah dari ahli arkeologi cagar budaya Banyuwangi.
Sekdes Wendi Prasetityo dalam sambutannya mengatakan tanggal 1 Suro jadi hari lahirnya desa Temborejo sejak tahun 1922.
“Pemerintah desa Tembokrejo ingin mempertahankan kultur budaya yang telah ada sejak tempo dulu dan banyak situs purbakala yang ada di Tembokrejo seperti Situs Setinggil, Ompaksongo, Lungur, Gumuk putri. Tembokrejo sendiri berasal karena dari banyak tembok yang mengelilingi desa sehingga dinamakan Temborejo, “katanya.
Beliau menambahkan merawat situs budaya perlu peran serta semua pihak termasuk masyarakat jika menemukan barang purbakala harus lapor ke desa dulu yang nanti bisa jadi bukti real bahwa Tembokrejo menjadi kawasan purbakala.
Hariyanto dari BPD Desa Tembokrejo juga menyampaikan banyak sekali penyebaran uang logam di beberapa titik di Muncar yang ditemukan oleh masyarakat Muncar sendiri maupun pemburu barang antik.
Khoiri Sekcam Muncar dalam sambutannya mengatakan bahwa selama ini cerita Kerajaan Blambangan hanya berdasar legenda dan cerita rakyat saja yang tidak valid.
“Untuk itu masyarakat butuh sejarah Kerajaan yang valid sehingga masyarakat betul-betul mengetahui sejarah wilayahnya, “kata Sekcam Khoiri.
Acara dilanjutkan dengan MoU kerjasama antara Uniba yang diwakili oleh Kaprodi Sejarah Miskawi, M.Pd. dan Sekdes Desa Tembokrejo Wendi Prasetyo.
Gesah sejarah dilanjutkan paparan oleh narasumber dari tim Cagar Budaya Banyuwangi Titin Fatimah yang mengatakan bahwa pengumpulan benda purbakala sudah dimulai di era kolonial Belanda sekitar tahun 1913.
“Maka dari itu benda purbakala harus dijaga dan dirawat agar generasi penerus kita tahu akan sejarah masa lalu di daerahnya, “tutur Titin Fatimah.
Lucky dari Traveler Heritage mengungkapka perlu sekali siswa dan siswi sekolah yang ada di daerah situs untuk mengetahui dan kenal dengan peninggalan sejarah.
“Perlu branding situs yang ada sehingga para pelajar mengetahui sebagai edukasi sejarah di daerah masing-masing, “ungkap Lucky.
Narasumber utama adalah Thomas Racharto owner Omahsium dan penulis Buku Blambangan Kuno memberikan paparan mengenai asal mula kerajaan Blambangan yang ada di Muncar dengan bukti ditemukannya tembok bebteng kraton yang seluas 250 hektar yang berdasarkan penemuan Balai Arkeologi Yogyakarta.
Blambangan di era kejayaan Majapahit telah ditunjuk Raja bawahan yaitu Sri Krisna Kepakisan keturunan bangsawan Kediri menjadi Raja Pasal di wilayah Blambangan yang termuat dalam kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca.
“Jadi sudah jelas bahwa Kerajaan Blambangan itu ada dan menjadi bawahan Kerajaan Majapahit pada tempo dulu, “ujar Thomas Racharto.
Beliau juga menambahkan bahwa cerita rakyat dan legenda biarlah menjadi kekayaan karya sastra masyarakat asalkan cerita sejarah mengenai wikayahnya sudah ada dan valid.
Selanjutnya diadakan diskusi tentang sejarah Kerajaan Blambangan tempo dulu dan diteruskan dengan peserta mengunjungi situs lungur yang merupakan tembok benteng peninggalan Kerajaan Blambangan yang sampai saat ini masih ada berdiri di tanah warga Blambangan.(AM)