Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Hemat Anggaran dengan Lampu Rakitan Sendiri

KREATIF: Masduri dengan peralatan di ruang kerjanya.
KREATIF: Masduri dengan peralatan di ruang kerjanya.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
KREATIF: Masduri dengan peralatan di ruang kerjanya.
KREATIF: Masduri dengan peralatan di ruang kerjanya.

Sebagian besar traffic light di Banyuwangi ternyata sudah uzur. Sayang, peremajaan lampu tersebut tidak bisa dilakukan karena terbentur anggaran.

A.F. ICHSAN RASYID, Banyuwangi

BANYUWANGI memiliki 17 titik traffic light. Dari 17 titik itu, empat titik masih menggunakan lampu pijar. Namun, sebagian besar titik yang lain sudah menggunakan lampu model light emitting diode(LED). Menggunakan lampu model LED lebih awet ketimbang mengguna-kan lampu pijar. Kalau lampu pijar,  jika kumparannya putus, maka traffic lighttidak akan berfungsi.

Tetapi, jika menggunakan lampu model LED, walau satu lampu mati, traffic lighttersebut masih tetap ber-fungsi. “Model LED menggunakan banyak lampu, tapi ukurannya kecil-kecil. Lampu pijar biasanya hanya satu bola lampu (bohlam),” papar Kabid Perhubungan Darat Dinas Perhubungan, Hendra Lesmana. Pengadaan traffic lightdibutuh-kan dana minimal Rp 250 juta hing-ga Rp 350 juta untuk satu titik. Un-tuk menyiasati traffic lightyang su-dah uzur, Dinas Perhubungan me-miliki tim khusus untuk mengawasilampu lalu-lintas itu.

Selain mengawasi operasional be-lasan titik traffic light, tim juga ber-tugas membenahi kerusakan tanpa harus melakukan pengadaan. Tim yang dipimpin Masduri siap bekerja selama 24 jam guna memastikan traffic light berfungsi secara normal. Tim yang hanya beranggota dua pegawai itu memiliki tanggung ja-wab cukup besar. Mereka harus be-kerja mengawasi 17 traffic light yang tersebar di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Muncar, dan Gambiran  Masduri memulai tugas sebagai petugas traffic lightsejak tahun 1986.

Saat memulai tugas, traffic lightdi Banyuwangi masih tiga titik, yakni di Sukowidi, Simpang Lima, dan Karengente. Awalnya, Masduri hanya bertugas me ngawasi dan melakukan pemeliharaan. Saat ini, tugas itu bertambah dan harus me mutar otak untuk memperbaiki traffic lighttanpa harus melakukan pengadaan de ngan biaya besar. Kerusakan yang sering terjadi selama ini, trafo, power supply, program, module post, dan beberapa peralatan lain. Untuk membenahi kerusakan itu, tim harus kerja sendiri tanpa melibatkan pihak ketiga.

Jika kerusakan alat-alat itu masih bisa di-benahi, tim memilih memperbaiki sendiri. Jika tidak memungkinkan diperbaiki, solusi te rakhir yaharus melakukan pengadaan. “Ka-lau hanya LED-nya mati, kita atasi sen diri. Kita sudah dibekali peralatan yang cukup untuk memperbaiki kerusakan ringan,” tutur Masduri. Walau memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat, Masduri tidak memiliki latar be lakang pendidikan yang tinggi di bidang elek tronik. Pengetahuan elektroniknya ha nya diperoleh di bangku kursus. “Pengetahuan tentang elektronik, lebih banyak saya peroleh dari pengalaman dan belajar sendiri dari buku-buku,” katanya.

Di beberapa daerah, pemeliharaan traffic lightdiserahkan kepada pihak ketiga. Di Ba nyuwangi, pemeliharaan dilakukan sen-diri oleh tim. Selain biayanya lebih mu rah,
pelayanan lebih cepat ketimbang di serahkan kepada pihak ketiga. “Kalau diserahkan pihak ketiga, kalau ada kerusakan tidak cepat ditangani,” ucap Hendra.

Kalau dikerjakan sendiri, kerusakan bisa cepat ditangani tanpa harus menunggu. Pelayanan traffi c light membutuhkan reaksi cepat dan tepat. Kerusakan traffic light tidak bisa dibiarkan berlangsung lama. Sebab, kalau terlalu lama akan mengganggu kenyamanan dan keamanan serta keselamatan pengguna kendaraan di jalan raya.

Terkait operasional, satu titik traffic light disediakan 900 hingga 1300 watt. Setiap satu unit lampu membutuhkan 100 hingga 130 watt. Selama ini, sistem pembayaran rekening traffic lightmasih menggunakan sistem kontrak dengan PLN sebagai penyedia strum. Ke depan, traffi c lightakan menggunakan sistem meterisasi demi menghemat strum.

Selain akan menggunakan sistem meterisasi, Dinas Perhubungan juga sedang merancang traffi c lightbertenaga surya. Itu akan lebih hemat ketimbang menggunakan strum PLN. “Kita sedang mencari inovasi agar bisa mengganti traffi c light bertenaga surya,” papar Hendra. (Radar)

Kata kunci yang digunakan :