Banyuwangi, Jurnalnews – Berbagai macam jenis tosan aji seperti : keris, tombak, pedang luwuk dipamerkan, mulai dari keris peninggalan kerajaan Kediri, Majapahit, Mataram, Demak, Blambangan dan juga keris Kamardikan keris yang dibuat baru pasca 1945 dengan tangguh kamardhikan saat ini. Dalam kegiatan itu juga dilaksanakan Jamasan Pusaka Tosan Aji, Pameran Pusaka Blambangan dan Konsultasi Pusaka Tosan Aji.
Diawali serambi museum Banyuwangi Tempo Doeloe di Disbudpar, jalan A. Yani no 78 Banyuwangi, diselenggarakan kegiatan “Gelar Budaya Keris” 2024 yang merupakan acara tahunan Budaya Kearifan Lokal Suroan, mulai dibuka pagi pukul 09.00 sd, 17.00. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Paguyuban Pelestari Tosan Aji Blambangan “Panji Blambangan” yang dipimpin oleh KRT.H. Ilham T. Hadinagoro
Berbagai macam jenis tosan aji seperti : keris, tombak, pedang dipamerkan, mulai dari keris peninggalan kerajaan Kediri, Majapahit, Mataram, Demak, Blambangan dan juga keris buatan baru dengan tangguh kamardhikan saat ini. Dalam kegiatan itu juga dilaksanakan Jamasan Pusaka Tosan Aji, Pameran Pusaka Blambangan, Konsultasi Pusaka Tosan Aji.
Menurut Ilham tujuan dari kegiatan ini adalah kegiatan rutin dilakukan setiap bulan Suro yaitu sebagai bentuk pelestarisn kearifan lokal yang mana keris merupakan simbol kehidupan manusia sehingga harus sesuai dengan maksud penyucian bukan hanya kerisnya, tetapi juga pemiliknya dari pengaruh energi negatif menjadi energi positif, penyucian orangnya juga dari tidak baik menjadi baik. “Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap bulan. Gelar Budaya Keris ini rencananya akan berlangsung dari tanggal 7-11 Juli 2024 dan bisa diperpanjang lagi sesuai dengan persyaratan atau permintaan masyarakat. Kepada masyarakat umum tertarik untuk melihat, menyimpan, dan berkonsultasi masalah keris dan benda pusaka bisa langsung ke tempat di Dinas Budaya Pariwisata Banyuwangi Jalan Ahmad Yani No. 78 Banyuwangi.
Sebagai pelestarian Keris Indonesia, Panji Belambangan menggelar pameran keris setiap tahunnya dirangkai dengan acara lain seperti jamasan keris, konsultasi perawatan pusaka yang waktunya bertepatan dengan awal tahun baru jawa yang disebut suro.
Menurut ketua panitia KRT. H. Ilham T. Hadinahoro, MPd, “Keris yang dipamerkan disini bukanlah keris yang mistis dan memiliki nilai magis. Tetapi, pameran ini menyampaikan pesan bahwa keris adalah senjata yang benar-benar dimiliki oleh Bangsa Indonesia, keris ini bisa diakui oleh siapapun karena kerajaan di Indonesia ini sangat besar. Sehingga kita perlu melestarikan keris ini,” ujarnya.
“Keris mempunyai makna sendiri-sendiri. Misalnya, pada besinya memiliki makna dan pegangannya pun juga memiliki makna. Karena warisan leluhur jadi semua keris ada harapan di dalamnya,” jelas Ilham .
Lebih, lanjut Ilham menambahkan, keris diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.
“Benar-benar ini sebuah karya yang luar biasa namun sempat hampir punah. Alhamdulillah, saya dibantu teman-teman keris yang ada di Banyuwangi dan sekitarnya untuk paling tidak keris ini tidak diklaim negara lain. Sehingga generasi penerus kita akan tahu bahwa keris ada maknanya tersendiri,” urai Ilham .
Terakhir, Ilham berharap, kegiatan pameran ini bisa menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat. Sehingga, generasi penerus akan tahu bahwa dalam suatu karya memiliki cipta rasa yang luar biasa. Seperti halnya, dalam goresan-goresan lukisan para seniman juga berbeda dan ada maknanya.
“Saya berharap, keris yang diakui oleh UNESCO tanggal 25 November 2005, bisa jadi tolok ukur bahwa keberhasilan kebudayaan itu menjadi hal penting dalam peradaban yang ada,” ujar Ilham.(Tim)