
TribunJatim.com/Aflahul Abidin
KROMOSOM LAKI-LAKI – Nur Laili Eka Febrianti (23), warga Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah menunjukkan Hasil analisis kromosom yang dikeluarkan URJ Andrologi RSUD dr Soetomo. Lia mengajukan permohonan pergantian status jenis kelamin ke PN Banyuwangi.
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Aflahul Abidin
TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI – Nur Laili Eka Febrianti (23), warga Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi sudah sejak lama merasa bahwa dirinya adalah laki-laki. Perasaan itu bahkan sudah terasa sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.
Remaja yang akrab disapa Lia itu lahir dengan status jenis kelamin perempuan. Saat memeriksakan diri ke RSUD dr Soetomo Surabaya, Lia diketahui memiliki kromosom 46, XY yang merupakan kariotipe kromosom yang dimiliki oleh laki-laki.
Kini, Lia tengah berjuang untuk permohonan ganti status jenis kelamin secara sah melalui permohonan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Banyuwangi.
Lia merasa sudah berbeda dengan teman-teman perempuannya sejak sekolah dasar. Saat teman-temannya tertarik dengan sosok pria, Lia justru menyimpan rasa kepada temannya yang perempuan.
“Yang bikin aneh, cewek-cewek lain itu sukanya sama cowok. Tapi aku kok sukanya sama cewek. Cuma waktu itu masih bodoh amatlah,” terang Lia, saat ditemui di kediamannya, Selasa (18/2/2025).
Ketika akan masuk ke Madrasah Tsanawiyah (MTs), mulai ada perubahan fisik pada tubuh Lia. Suaranya mulai membesar selayaknya suara laki-laki. Hal itu sempat membuat Lia minder. Ia juga sempat menerima perundungan dari teman-temannya.
“Sejak saat itu, mulai tidak nyaman dengan keadaan,” terang Lia.
Baca juga: Nasib Mantan Karyawan Inul Daratista Kini Jadi Artis Besar Meski Ganti Kelamin, Bunda Inul: Heboh
KROMOSOM LAKI-LAKI – Nur Laili Eka Febrianti (23), warga Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah menunjukkan Hasil analisis kromosom yang dikeluarkan URJ Andrologi RSUD dr Soetomo. Lia mengajukan permohonan pergantian status jenis kelamin ke PN Banyuwangi. (TribunJatim.com/Aflahul Abidin)
Lia merasa yakin bahwa dirinya adalah laki-laki ketika menginjak kelas XI Madrasah Aliyah (MA).
“Sampai saat itu, aku tetap suka sama cewek. Suka tapi tidak bisa ngapa-ngapain. Itu bikin risih awal-awal. Saat itu walaupun merasa cowok, aku tetap pakai hijab,” lanjutnya.
Meski sudah tampil sebagai perempuan, tetap ada saja orang yang mengiranya laki-laki gara-gara suaranya yang maskulin.
Kondisi demikian membuat Lia tak nyaman. Ia mengaku punya banyak masalah ketika sekolah. Hingga akhirnya tahun 2020, Lia memutuskan untuk keluar dari sekolah pada tiga bulan menjelang kelulusan.
“Banyak banget pikiran. Bukan karena satu masalah. Sebenarnya masalah sepele. Karena aku tidak pernah cerita ke siapa-siapa, akhirnya masalahnya nimbun-nimbun,” terangnya