Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Moncernya Desa Wisata Penggerak Ekonomi Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Detik.com



Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 kecamatan, 28 kelurahan, dan 189 desa. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi banyak ditopang dari sektor pariwisata. Sejumlah desa di Kota Blambangan bersolek menjadi desa wisata mandiri sebagai salah satu kekuatan penggerak ekonomi mikro.

Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari menjadi salah satu desa yang dinilai berhasil menjadi penggerak ekonomi mikro. Desa yang kini disebut sebagai penghasil kerajinan bambu ini menggelar Festival Bambu Papring setiap tahunnya. Melalui festival tersebut, masyarakat didorong kreatif dan inovatif menghadirkan berbagai produk dari bambu yang selalu memiliki variasi desain baru.

Salah satu perajin bambu Gintangan Widodo BA mengungkapkan, selama tiga tahun terakhir Pemkab Banyuwangi menggelar festival yang dapat menjadi pendorong pemasaran baik domestik maupun internasional.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tentu saja dengan adanya Gintangan Bambu Festival, nama Gintangan lebih dikenal, kemudian lebih kreatif karena warga diajak membuat kostum-kostum dari bambu dengan berbagai bentuk. Sehingga nama Gintangan lebih dikenal masyarakat luas,” kata Widodo kepada detikJatim, Rabu (22/11/2023).

Selain itu, dalam festival tersebut pengunjung disuguhkan dengan aneka kerajinan bambu yang dijajakan melalui stan pameran. Dari stan-stan tersebut pemasaran produk menjadi lebih masif di tingkat domestik.

Perajin bambu di Desa Wisata Gintangan, Banyuwangi.Aktivitas perajin bambu di Gintangan Banyuwangi saat memproduksi sejumlah kerajinan anyam bambu yang akan dikirim ke sejumlah negara eksportir. Foto: Eka Rimawati/detikJatim

Pemkab Banyuwangi juga mengoptimalkan penggunaan berbagai platform, seperti pemberitaan melalui media mainstream dan media sosial untuk membantu publikasi dan pemasaran.

“Ada festival kan ada kunjungan orang-orang dari jauh, terus dimuat di media-media itu, jadi membuat lebih dikenal lagi,” tambah Widodo.

Berkat dukungan publikasi dan kemudahan kebijakan di sektor industri mikro, Widodo mampu bertahan dan tumbuh di masa pandemi COVID-19. Hingga saat ini, Widodo mampu mengekspor 1.000 unit aneka kerajinan bambu ke sejumlah negara Eropa, Dubai, dan Australia. Omzet per bulannya mencapai Rp 70 juta. Ia pun berharap Pemkab Banyuwangi terus mendukung pemasaran.

Selain Desa Gintangan, sejumlah desa lain menjadi potret kecil keberhasilan Banyuwangi dalam membentuk desa inklusi secara ekonomi. Desa Tamansari, Kecamatan Licin menjadi salah satu desa yang mendapat penghargaan bergengsi kategori Community Based Tourism (CTB) di ajang ASEAN Tourism Standart 2023. Penghargaan tersebut langsung diberikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno di Yogyakarta, Minggu (5/2/2023).

Desa Tamansari mampu membentuk ekosistem pariwisata di tingkat desa dengan terintegrasi. Destinasi wisata desa yang mengedukasi wisatawan untuk hidup dengan cara masyarakat desa menjadi daya tarik bagi masyarakat yang bosan dengan kehidupan perkotaan.

Bagi pengunjung yang datang ke Tamansari bisa menjajal aneka kegiatan mulai susur sawah dan sungai, memberi makan hewan ternak, memerah susu kambing etawa, menikmati kesegaran air sendang dengan fasilitas homestay berstandar hotel bintang tiga.

Penghargaan ASEAN Tourism Standards Awards ini merupakan penghargaan yang dibentuk atas dasar inisiatif dari ke-10 negara anggota ASEAN. Penghargaan ini bertujuan mendorong kemajuan pariwisata. ASEAN Tourism Standards Award dimaksudkan menciptakan satu destinasi di kawasan ASEAN yang bermutu tinggi.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menegaskan, pariwisata di Banyuwangi menjadi payung untuk mengkonsolidasi potensi yang lain. Mulai pemberdayaan ekonomi hingga pelestarian lingkungan.

“Pariwisata di Banyuwangi menjadi umberella bagi yang lain. Tidak hanya sekadar industri hiburan, tapi juga harus memiliki nilai lain yang berdampak langsung pada masyarakat. Baik ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan,” tegas Ipuk.

Di samping itu, festival-festival yang digelar hingga tingkat desa juga menjadi ajang konsolidasi yang baik antar sejumlah pihak, terutama untuk meningkatkan sinergi membangun Banyuwangi.

Tak hanya optimalisasi kinerja dan capaian program kemandirian ekonomi mikro hingga tingkat desa. Banyuwangi juga memiliki program unggulan yang disebut Bunga Desa atau Bupati Ngantor di Desa yang diluncurkan sejak 2021.

Melalui program Bunga Desa, Pemkab Banyuwangi mengoptimalkan pelayanan publik hingga mendorong pertumbuhan ekonomi mikro di tingkat desa. UMKM menjadi motor penggerak ekonomi Banyuwangi selama masa kepemimpinan Ipuk.

Selama pandemi COVID-19, UMKM-UMKM berbagai sektor di seluruh desa di Banyuwangi bisa bertahan, bahkan terus tumbuh. Akselerasi UMKM melalui program Bunga Desa membuat Kabupaten Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali, atau selama empat tahun berturut-turut. Hal tersebut dibuktikan dengan sejumlah penghargaan dan sokongan dana hingga miliaran rupiah berkat prestasi tersebut.

Simak Video “Menikmati Keindahan Alam Banyuwangi Naik Kereta Wisata
[Gambas:Video 20detik]
(irb/dte)

source