Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Ngopi di Gombengsari Banyuwangi, Luhut: Kopinya Mantap!

ngopi-di-gombengsari-banyuwangi,-luhut:-kopinya-mantap!
Ngopi di Gombengsari Banyuwangi, Luhut: Kopinya Mantap!

detik.com

Banyuwangi

Kampung Kopi Gombengsari di Kecamatan Kalipuro dikenal sebagai penghasil kopi Robusta dan Lanang bersertifikat Indikasi Geografis (IG). Di sela kunjungan kerjanya, Ketua Komite Percepatan Transformasi Digital Pemerintah (KPTDP) Luhut Binsar Panjaitan menyempatkan diri menikmati kopi berkualitas langsung dari pusatnya, Kamis (3/10/2025).

Didampingi Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Luhut menyeruput kopi tubruk khas Banyuwangi yang disajikan dalam cangkir tradisional. Begitu tegukan pertama masuk, ia langsung berteriak lantang.

“Mantap, kopinya mantap!” seru Luhut sambil terus menyeruput Kopi Gombengsari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Luhut tak hanya mencicipi kopi, tetapi juga melihat proses pengolahan kopi yang masih dilakukan secara tradisional oleh petani setempat. Mulai proses sangrai biji, penumbukan, hingga menghasilkan bubuk kopi halus yang siap seduh.

Gus Ipul dan Luhut juga melihat produk-produk kopi Banyuwangi milik UMKM Banyuwangi yang turut dipamerkan. Mereka tampak kagum dengan berbagai produk kopi Banyuwangi yang dikemas dengan apik.

Luhut menyebut Banyuwangi berpotensi besar dalam pengembangan kopi. Oleh karena itu, pihaknya merencanakan melakukan riset sekaligus pembangunan laboratorium pengembangan kopi di daerah tersebut.

“Di sini ekosistemnya sudah terbentuk, ini yang sangat penting. Kita akan coba riset kopi di sini, juga rencana membangun laboratorium (pengembangan kopi) di Banyuwangi,” ujar Luhut.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menambahkan, Gombengsari merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di Banyuwangi. Desa ini memiliki luas kopi rakyat sekitar 600 hektare.

Ekosistem pertanian di kawasan ini juga terintegrasi dengan peternakan, sehingga lebih berkelanjutan.

“Dari hulu ke hilirnya sudah tertata. Dari peternakan, kotorannya diolah menjadi pupuk. Pupuk organiknya untuk menyuburkan tanaman kopi mereka,” kata Ipuk.

Ketua Gapoktan Gombengsari Haryono mengatakan, potensi produksi kopi di desanya cukup besar. Dari luasan kebun, produksi bisa mencapai 1-2 ton per hektare. Kopi di sini diproduksi menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi.

“Dulu sebelum ada dukungan pemerintah, harga kopi kami hanya Rp 18 ribu-Rp20 ribu. Sekarang harga kopi jauh lebih baik di Rp 70 ribu-Rp80 ribu per kilogramnya. Sehingga petani yang tergabung dalam masyarakat perlindungan indikasi geografis (MPIG), lebih diuntungkan,” tegas Haryono.

Tak jauh dari lokasi itu, rombongan juga mengunjungi peternakan kambing perah milik kelompok ternak setempat. Luhut dengan didampingi Gus Ipul sempat mencicipi susu etawa segar hasil produksi peternakan lokal.

20D

(auh/hil)