Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Penampilan Akustik Puisi, dan Lagu dalam Pameran Seni Rupa “Banyu Kening”

Banyuwangi. Jurnalnews.com – Malam kelima pameran seni rupa dalam rangka Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) ke-253 yang bertema Banyu Kening berlangsung meriah di Gedung Juang 45 Banyuwangi, Rabu (4/12/24). Acara ini dimeriahkan oleh penampilan akustik puisi dan lagu yang memukau para pengunjung.

Salah satu momen yang paling dinanti adalah penampilan Elvin Hendratha, mantan vice president Bank Mandiri yang sekarang aktif dalam aktivitas seni dan pengurus DKB. Di tengah kesibukannya, Elvin turut berkontribusi menyemarakkan acara dengan menyanyikan beberapa lagu khas Banyuwangi. Suara merdu dan alunan musik akustik dari Ribut Kalembuan dan Wowok Meirianto menghidupkan suasana malam itu. Lagu-lagu seperti Kelangan yang dibawakan dengan penuh penghayatan berhasil memikat hati para hadirin.

“Acara ini tidak hanya menunjukkan kreativitas seniman Banyuwangi, tetapi juga mempererat ikatan budaya lokal yang harus kita jaga bersama,” ujar Elvin Hendratha saat ditemui setelah penampilannya.

Tidak hanya hiburan musik, malam tersebut juga menjadi panggung bagi Lentera Sastra Banyuwangi. Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, dengan penuh semangat, membacakan beberapa puisi bertemakan Banyu Kening. Puisi-puisi tersebut menggambarkan filosofi air sebagai sumber kehidupan yang selaras dengan tema pameran.

Salah satu puisi yang dibacakan berjudul Banyu Kening, yang menggambarkan perjalanan air dari hulu hingga hilir sebagai simbol kebersamaan dan harmoni alam Banyuwangi. Puisi tersebut mendapat sambutan meriah dari para penonton yang hadir.

“Kami ingin menyampaikan pesan bahwa seni, baik dalam bentuk lukisan, puisi, maupun musik, adalah medium yang efektif untuk memperkuat identitas dan kearifan lokal Banyuwangi. Banyu Kening tidak hanya tentang air secara harfiah, tetapi juga tentang keseimbangan dan kehidupan,” ujar Ketua Lentera Sastra Banyuwangi di sela-sela acara.

Sebagai bentuk dukungan terhadap kesenian lokal, Komite Bahasa dan Sastra Dewan Kesenian Belambangan turut hadir memberikan apresiasi. Muttafaqurrohmah, salah satu perwakilan komite Bahasa dan Sastra, menyampaikan penghargaan kepada para pengisi acara yang telah berkontribusi dalam menyukseskan pameran seni rupa ini.

“Seni rupa, musik, dan sastra adalah bagian tak terpisahkan dari kebudayaan kita. Melalui kegiatan seperti ini, kita dapat melihat betapa kayanya budaya Banyuwangi yang harus kita jaga dan kembangkan bersama,” ujar Muttafaqurrohmah.

Ia juga berharap kolaborasi antara seniman, penyair, dan musisi lokal dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan di masa mendatang.

Muttafaqurrohmah, bersama beberapa pengurus DKB lainnya seperti Slamet Hariyanto (Momo) juga Sugiono menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam melestarikan budaya lokal. Menurutnya, keterlibatan kaum muda dalam acara seperti ini menjadi indikator positif bahwa seni dan budaya Banyuwangi masih relevan dan diminati.

Pameran seni rupa yang berlangsung sejak 30 November hingga 7 Desember 2024 ini menampilkan karya-karya dari berbagai seniman lokal Banyuwangi: serta beberapa kegiatan seminar hingga bershalawat.

Mengusung tema Banyu Kening, pameran ini menyuguhkan beragam interpretasi visual tentang air sebagai elemen penting dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi.

Lukisan-lukisan yang dipamerkan menggambarkan kekayaan alam Banyuwangi, seperti budaya, keindahan alam, dan mata air yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat. Beberapa karya juga mengeksplorasi filosofi air sebagai simbol ketenangan, keseimbangan, dan kekuatan alam.

Pengunjung yang hadir malam itu tidak hanya berasal dari kalangan seniman dan budayawan, tetapi juga masyarakat umum yang antusias menikmati pameran seni rupa sekaligus pertunjukan musik dan puisi. Salah satu pengunjung, Siti Rahmawati, mengaku terkesan dengan konsep acara yang memadukan berbagai jenis seni dalam satu panggung.

“Saya sangat menikmati pameran ini. Selain bisa melihat karya seni yang indah, saya juga terhibur dengan penampilan musik dan puisi yang penuh makna. Acara seperti ini sangat menginspirasi dan membuat saya semakin mencintai budaya Banyuwangi,” ujar Siti

Pameran lukisan Harjaba ke-253 ini menjadi bukti bahwa seni dan budaya lokal Banyuwangi memiliki daya tarik yang kuat dan mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat. Penyelenggara berharap acara ini dapat menjadi agenda tahunan yang terus berkembang dan menjadi wadah bagi para seniman untuk mengekspresikan karya-karyanya.

“Kami berharap pameran ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya dan melestarikan budaya Banyuwangi. Kolaborasi antara seni rupa, musik, dan sastra ini menjadi langkah awal untuk menciptakan ekosistem seni yang lebih dinamis di Banyuwangi,” ujar salah satu Panitia Pameran, Kang Momo.

Pameran Banyu Kening masih akan berlangsung hingga 7 Desember 2024 di Gedung Juang 45 Banyuwangi, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati karya seni yang mengangkat nilai-nilai lokal, dan beberapa kegiatan edukasi lainnya.

Duet Ribut Kalembuan dan Wowok Meirianto menutup acara yang mengundang detak kagum pengunjung, Wowok Meirianto dengan menggunakan Painles Guitara yang merupakan owner Kemarang sangat intens dalam seni dan budaya lokal.(Syaf)