radarbanyuwangi.jawapos.com – Udara dini hari di Silir Sari menusuk kulit. Jam baru menunjukkan pukul 02.00 WIB ketika seorang perempuan sepuh mulai mengayuh sepedanya.
Roda tuanya berdecit pelan, menembus embun yang masih menggantung di dedaunan.
Dia adalah Sulami (63), sosok periang dan humoris yang setiap hari mengabdikan diri untuk membersihkan Masjid Miftahul Huda. Di saat sebagian besar warga masih terlelap, Sulami justru memulai hari.
Di halaman masjid, ia menurunkan sepeda, meletakkannya di parkiran, lalu meraih sapu ijuk. Dengan langkah mantap, ia menyapu seluruh lantai masjid.
Setiap sudut, bahkan celah kecil di bawah lemari, ia singgahi. Jemarinya yang kasar tak kenal lelah merapikan sajadah, sarung, dan mukena.
Tak ada suara lain selain gesekan sapu dan serok. Dalam keheningan itu, sesekali ia berhenti untuk menatap sampah yang tertiup angin di halaman.
Mata tajamnya langsung mengarah ke sana, lalu tangan tuanya memungutnya satu per satu.
“Upah saya cuma Rp300 ribu sebulan, Mas. Tapi itu rezeki dari Gusti Allah. Harus saya syukuri,” ucap Sulami suatu pagi, sambil membetulkan jilbabnya.
Namun, di balik senyum dan keikhlasannya, Sulami memendam doa yang ia bisikkan setiap selesai salat wajib. Doa agar rumahnya yang reyot, berdinding bambu, atap bocor, dan tiang lapuk, bisa diperbaiki.
Puluhan tahun doa itu ia panjatkan. Hingga suatu siang, seorang prajurit TNI mengetuk pintu rumahnya. “Ibu, kami dari TMMD akan memperbaiki rumah ibu,” ucapnya singkat.
Sulami tertegun. Kata-kata itu seperti petir yang membelah sunyi hatinya. Air matanya tumpah, tangan tuanya gemetar. “Gusti Allah… ini nyata?” batinnya.
Sejak akhir Juli 2025, ia menyaksikan sendiri rumah reyotnya dibongkar. Prajurit TNI dan warga desa bergotong royong membangun rumah baru.
Tiang-tiang kokoh berdiri, atap rapat tanpa bocor, jendela dan pintu terpasang rapi.
“Saya cuma buruh, Mas. Tidak mungkin bisa bangun rumah seperti ini. Tapi bapak-bapak TNI ini datang dan bilang, ‘Ibu, rumah ini akan kami bangun.’ Saya terharu sekali,” katanya dengan suara bergetar.
Page 2

Senin, 11 Agustus 2025 | 13:28 WIB
Page 3
radarbanyuwangi.jawapos.com – Udara dini hari di Silir Sari menusuk kulit. Jam baru menunjukkan pukul 02.00 WIB ketika seorang perempuan sepuh mulai mengayuh sepedanya.
Roda tuanya berdecit pelan, menembus embun yang masih menggantung di dedaunan.
Dia adalah Sulami (63), sosok periang dan humoris yang setiap hari mengabdikan diri untuk membersihkan Masjid Miftahul Huda. Di saat sebagian besar warga masih terlelap, Sulami justru memulai hari.
Di halaman masjid, ia menurunkan sepeda, meletakkannya di parkiran, lalu meraih sapu ijuk. Dengan langkah mantap, ia menyapu seluruh lantai masjid.
Setiap sudut, bahkan celah kecil di bawah lemari, ia singgahi. Jemarinya yang kasar tak kenal lelah merapikan sajadah, sarung, dan mukena.
Tak ada suara lain selain gesekan sapu dan serok. Dalam keheningan itu, sesekali ia berhenti untuk menatap sampah yang tertiup angin di halaman.
Mata tajamnya langsung mengarah ke sana, lalu tangan tuanya memungutnya satu per satu.
“Upah saya cuma Rp300 ribu sebulan, Mas. Tapi itu rezeki dari Gusti Allah. Harus saya syukuri,” ucap Sulami suatu pagi, sambil membetulkan jilbabnya.
Namun, di balik senyum dan keikhlasannya, Sulami memendam doa yang ia bisikkan setiap selesai salat wajib. Doa agar rumahnya yang reyot, berdinding bambu, atap bocor, dan tiang lapuk, bisa diperbaiki.
Puluhan tahun doa itu ia panjatkan. Hingga suatu siang, seorang prajurit TNI mengetuk pintu rumahnya. “Ibu, kami dari TMMD akan memperbaiki rumah ibu,” ucapnya singkat.
Sulami tertegun. Kata-kata itu seperti petir yang membelah sunyi hatinya. Air matanya tumpah, tangan tuanya gemetar. “Gusti Allah… ini nyata?” batinnya.
Sejak akhir Juli 2025, ia menyaksikan sendiri rumah reyotnya dibongkar. Prajurit TNI dan warga desa bergotong royong membangun rumah baru.
Tiang-tiang kokoh berdiri, atap rapat tanpa bocor, jendela dan pintu terpasang rapi.
“Saya cuma buruh, Mas. Tidak mungkin bisa bangun rumah seperti ini. Tapi bapak-bapak TNI ini datang dan bilang, ‘Ibu, rumah ini akan kami bangun.’ Saya terharu sekali,” katanya dengan suara bergetar.