Detik.com
Banyuwangi –
Implementasi kinerja pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam pengolahan sampah, menjadi dasar Pemerintah Norwegia untuk membangun kerja sama lebih lanjut. Kini, Banyuwangi dipilih korporasi asal Norwegia sebagai lokasi pabrik pengolahan plastik low value pertama di Indonesia.
Kerja sama ini diteken usai pembangunan tempat pengelolaan sampah (TPS 3R) di Desa Balak Songgon. Pabrik pengolahan sampah plastik tersebut bakal dibangun oleh perusahaan asal Norwegia Infrastructure for Marine Plastic Waste (Inframar) berkapasitas produksi 12.500 ton/tahun.
“Dua hari lalu, CEO Inframar ke Banyuwangi membahas rencana pendirian pabrik. Norwegia ini senang dan terkesan dengan kerjasama yang selama ini kita jalin. Kini pemerintah Norwegia membawa salah satu korporasinya untuk membangun pabrik pengolahan sampah plastik yang bernilai rendah,” jelas Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Minggu(19/11/2023).
Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia Rut Krüger Giverin menilai, selama ini Pemkab Banyuwangi serius dalam menangani sampah. Mulai dari regulasi, pelibatan masyarakatnya dalam pengelolaan sampah hingga kemitraan dengan sektor privat.
Banyuwangi juga telah membangun fasilitas pengolahan sampah atau TPS3R sebanyak 19 unit yang tersebar di sejumlah wilayah. Salah satunya adalah TPS3R terbesar yang berlokasi di Desa Balak, Kecamatan Songgon, yang merupakan hasil kerja sama dengan Pemerintah Norwegia.
“Pabrik ini bakal yang pertama di Indonesia. Akan sangat bermanfaat, karena plastik jenis low value itu paling sulit pengolahannya karena tidak bernilai jual yang ujungnya menjadi sampah tak terolah. Jadi ini sangat bermanfaat untuk kita semua,” jelas Ipuk.
Sementara itu, CEO Inframar, Aron Uher mengatakan, pihaknya telah mengenal Banyuwangi sebelumnya lewat project pemerintah Norwegia di Banyuwangi, Clean Ocean Through Clean Community (CLOCC). Aron melihat komitmen dan keseriusan pemkab yang fokus untuk mencari solusi terbaik pengelolaan sampah plastik di daerah.
“Kami merasa ada ikatan yang kuat untuk terus bekerjasama dengan Banyuwangi. Jadi saat berencana membangun pabrik pengolahan plastik ‘low value’ di Asia Tenggara, kami tidak ragu memilih Banyuwangi,” ujar Aron.
Inframar dikenal sebagai perusahaan pengolahan sampah plastik yang melakukan terobosan mengolah jenis plastik bernilai rendah yang selama ini paling sulit pengolahannya. Seperti kantong kresek dan bekas bungkus sabun atau makanan.
“Kami telah mengembangkan teknologi pengolahan sampah plastik terbaru. Sampah plastik low value akan diolah jadi produk setengah jadi lalu diekspor sebagai bahan mentah minyak mentah (crude oil),” ujarnya.
Plastik low value, lanjut Aron, akan dibeli dari TPS3R ataupun pengepul plastik di sekitar Banyuwangi dan Bali. Ditargetkan, pembangunan pabrik akan dimulai pertengahan 2024 dan beroperasional awal 2025.
“Pada tahap awal, target kami mengolah 12.500 ton sampah plastik. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan peningkatan kapasitas produksi pabrik secara bertahap. Kami juga berkomitmen untuk merekrut sebanyak mungkin SDM lokal untuk mengelola pabrik,” tutupnya.
Simak Video “Greenpeace Sebut Arab Saudi Tak Berambisi Atasi Sampah Plastik Global“
[Gambas:Video 20detik]
(hil/iwd)