Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sampah Plastik Ancam Pertumbuhan Padi, Kesadaran Warga Untuk Tidak Membuang Sampah Di Sungai Masih Rendah

sampah-plastik-ancam-pertumbuhan-padi,-kesadaran-warga-untuk-tidak-membuang-sampah-di-sungai-masih-rendah
Sampah Plastik Ancam Pertumbuhan Padi, Kesadaran Warga Untuk Tidak Membuang Sampah Di Sungai Masih Rendah

RadarBanyuwangi.id – Masalah sampah di Banyuwangi, tampaknya masih belum terpecahkan secara menyeluruh. Kesadaran warga untuk tidak membuang sampah di sungai, masih tergolong rendah, dan itu punya andil besar dalam persoalan tersebut.

Keberadaan sejumlah Sarana Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Banyuwangi, seperti di Desa Balak, Kecamatan Songgon dan Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, memang menjadi solusi konkret. Namun, itu terasa tak berdampak signifikan jika pekerjaan rumah (PR) besar soal sampah, yakni tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampahnya tidak selesai.

Berdasarkan laporan Sungai Watch, mayoritas sampah yang masuk sungai itu sampah rumahan. Jika dikerucutkan lagi, sebagian besar dari sampah itu plastik. “Mayoritas sampah plastik dan styrofoam yang tidak bisa diurai,” kata Manajer Sungai Watch Area Banyuwangi, Hary S pada Jawa Pos Radar Genteng.

Menurut Hary, banyak masalah akan muncul akibat menumpuknya sampah plastik di sungai. Selain pendangkalan sungai yang sejalan dengan peningkatkan potensi banjir, bahaya besar lain saat sampah tersebut bermuara ke persawahan. “Sampah plastik yang masuk ke sungai itu bisa masuk ke persawahan petani,” terangnya.

Baca Juga: Truk Nekat Masuk Kota, Pusat Kota Genteng Banyuwangi Macet Total

Sampah plastik yang banyak ditemukan di sungai, itu dapat menimbulkan bahaya mikroplastik. Partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter, bisa terbentuk dari degradasi atau pemecahan benda plastik seperti botol, tas plastik, dan kantong keresek, akan mengancam kesehatan lingkungan dan manusia. “Sampah plastik yang masuk sungai, juga bisa menimbulkan mikroplastik yang banyak bahayanya,” katanya.

Hary menyampaikan, permasalahan sampah tidak bisa selesai dengan hanya eksekusi pembersihan sampah alias clean up saja. Sosialisasi mendalam kepada warga dengan melibatkan berbagai pihak, juga harus digalakkan. “Agar warga tahu seperti apa bahaya yang timbul jika sampah itu dibuang ke sungai,” terangnya.

sas-Bahaya-mikroplastik-3670549342.jpg

BAHAYA: Ilustrasi konsumsi plastik akibat munculnya mikroplastik. (Sali Ali/Radar Genteng)

Sebagai gambaran, lanjut dia, gawatnya masalah sampah yang masuk sungai dan berpotensi bermuara di laut itu, pernah ada penelitian yang dilakukan dengan melepaskan kantung plastik berisi Global Positioning System (GPS) di Sungai Kalisetail dan sejumlah sungai lain. “Hasilnya, dalam kurun waktu beberapa tahun ada yang terdeteksi sampai di Bali,” katanya.

Selain itu, jelas dia, saat mikroplastik sudah terdegradasi dan masuk ke lahan tanaman padi petani, dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan padi tersebut. “Saya tidak paham yang itu, tapi kalau sampah plastik masuk ke sawah, tanaman jadi tidak normal,” kata Anggota Kelompok Tani Pancaroba Dusun Krajan, Desa Sempu, Durahman, 53.

Secara teknis, Durahman menggambarkan saat petani tandur alias menanam bibit padi ke tanah yang di dalamnya juga terkubur sampah plastik, akar padi tidak akan bisa menancap ke tanah dengan maksimal. Itu mengakibatkan tanaman padi tidak tumbuh dengan baik. “Akarnya itu numpang ke plastik, itu pasti tidak akan tumbuh dan bisa mati,” tandasnya.(sas/abi)