RADARBANYUWAGI.ID – Kementerian Perhubungan membuka pintu kerja sama bagi pihak swasta untuk terlibat dalam pembangunan kereta gantung atau skytrain sebagai moda pengumpan (feeder) LRT Jabodebek pada rute Dukuh Atas–Bogor.
Kesempatan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemenhub, Antoni Arif Priadi, dalam Rapat Koordinasi Nasional Kadin Indonesia di Jakarta.
Rencana pengembangan ini bertujuan meningkatkan konektivitas LRT Jabodebek yang saat ini berhenti di Stasiun Harjamukti, Cibubur.
Baca Juga: Kasus Suap Proyek Kereta Api, Billy Haryanto Dipanggil KPK untuk Pemeriksaan Lanjutan
Melalui proyek tersebut, jalur LRT akan disambungkan ke wilayah Mekarsari dan area sekitarnya menggunakan kereta gantung, sehingga mobilitas masyarakat di koridor Bogor–Jakarta dapat lebih efisien.
Pemanfaatan kereta gantung dipilih karena keterbatasan lahan di jalur pengembangan rute.
Teknologi ini dianggap lebih fleksibel, membutuhkan area yang relatif lebih kecil, serta dapat dikonstruksi tanpa mengganggu lingkungan perkotaan yang padat.
Baca Juga: Update Truk Semen Terguling di Porong-Bangil, Dua Kereta ke Jember dan Banyuwangi Tertahan Lebih dari 3 Jam!
Dengan jalur elevated sepanjang kurang lebih 21,44 kilometer, skytrain direncanakan dapat melaju pada kecepatan 40–50 km/jam dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Kemenhub memaparkan indikasi biaya pembangunan skytrain berada pada kisaran Rp4,48 triliun hingga Rp10,61 triliun.
Proyek ini akan menggunakan skema investasi murni non-fiskal, sehingga pembiayaannya sepenuhnya diserahkan kepada investor.
Baca Juga: Truk Terguling di Jalur Porong–Bangil, Perjalanan Kereta Api Terganggu
Skytrain tersebut diproyeksikan mampu melayani sekitar 26 ribu penduduk di kawasan yang dilalui.
Kementerian Perhubungan juga tengah mengkaji potensi penggunaan skytrain di wilayah lain, termasuk jalur yang menghubungkan Tangerang Selatan dan Bogor.
Page 2
Gus Ilham Minta Maaf dan Akui Khilaf
Rabu, 12 November 2025 | 11:18 WIB
Page 3
RADARBANYUWAGI.ID – Kementerian Perhubungan membuka pintu kerja sama bagi pihak swasta untuk terlibat dalam pembangunan kereta gantung atau skytrain sebagai moda pengumpan (feeder) LRT Jabodebek pada rute Dukuh Atas–Bogor.
Kesempatan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemenhub, Antoni Arif Priadi, dalam Rapat Koordinasi Nasional Kadin Indonesia di Jakarta.
Rencana pengembangan ini bertujuan meningkatkan konektivitas LRT Jabodebek yang saat ini berhenti di Stasiun Harjamukti, Cibubur.
Baca Juga: Kasus Suap Proyek Kereta Api, Billy Haryanto Dipanggil KPK untuk Pemeriksaan Lanjutan
Melalui proyek tersebut, jalur LRT akan disambungkan ke wilayah Mekarsari dan area sekitarnya menggunakan kereta gantung, sehingga mobilitas masyarakat di koridor Bogor–Jakarta dapat lebih efisien.
Pemanfaatan kereta gantung dipilih karena keterbatasan lahan di jalur pengembangan rute.
Teknologi ini dianggap lebih fleksibel, membutuhkan area yang relatif lebih kecil, serta dapat dikonstruksi tanpa mengganggu lingkungan perkotaan yang padat.
Baca Juga: Update Truk Semen Terguling di Porong-Bangil, Dua Kereta ke Jember dan Banyuwangi Tertahan Lebih dari 3 Jam!
Dengan jalur elevated sepanjang kurang lebih 21,44 kilometer, skytrain direncanakan dapat melaju pada kecepatan 40–50 km/jam dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Kemenhub memaparkan indikasi biaya pembangunan skytrain berada pada kisaran Rp4,48 triliun hingga Rp10,61 triliun.
Proyek ini akan menggunakan skema investasi murni non-fiskal, sehingga pembiayaannya sepenuhnya diserahkan kepada investor.
Baca Juga: Truk Terguling di Jalur Porong–Bangil, Perjalanan Kereta Api Terganggu
Skytrain tersebut diproyeksikan mampu melayani sekitar 26 ribu penduduk di kawasan yang dilalui.
Kementerian Perhubungan juga tengah mengkaji potensi penggunaan skytrain di wilayah lain, termasuk jalur yang menghubungkan Tangerang Selatan dan Bogor.








