Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Thomas Racharto : Bedah Buku Blambangan Kuno Abad 13 – 14

thomas-racharto-:-bedah-buku-blambangan-kuno-abad-13-–-14
Thomas Racharto : Bedah Buku Blambangan Kuno Abad 13 – 14

Banyuwangi  Jurnalnews – Thomas Racharto bedah buku Blambangan kuno abad 13  sampai 14 M telah dilaksanak di Oemahsium Desa Banjarsari Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi, Kamis (07/03/24)

Dalam acara bedah buku ini dihadiri oleh Disbudpar Banyuwangi,  ketua DKB Hasan Basri, Samsudin Adlawi dari Radar Bsnyuwangi,  Dewa 19 sibukin azrawi dari Radar Banyuwangi, Lurah  Banjarsari Kecamatan Glagah, Lesbumi, Komunitas Purnama, Kopat,  kemudian seniman budayawan, dan sejarahwan Kabupaten Banyuwangi

Dalam sambutannya Hasan Basri selaku ketua dewan kesenian Blambangan mengatakan selama ini Thomas Racharto orang yang sabar dan ulet dalam menyusun buku Blambangan Kuno.

20240307_112401

“Beliau yang begitu sepuh masih mampu untuk membuat sebuah buku sejarah yang valid tentang Blambangan,  padahal Saya  sendiri dengan beberapa teman pernah menyusun Satu buku saja capeknya dan ribetnya bukan main dengan kesabaran dan ketelitiannya Pak Thomas mampu untuk mewujudkan sebuah buku sejarah Blambangan, “ungkap Hasan Basri.

Syamsudin Adlawi dari Radar Banyuwangi mengatakan bahwa di dalam buku Blambangan kuno yang dibuat oleh Pak Thomas ini banyak sekali kata-kata baru yang selama ini belum pernah muncul dan dapat melengkapi referensi daripada Blambangan yang ada selama ini.

“Banyak kosakata  baru dari buku Pak Thomas Racharto, dari kosa kata yang berceri selama ini akhirnya  dapat terwujud sebuah buku yaitu Blambangan Kuno, “kata Samsudin Adlawi.

Sebelum acara dilanjutkan dengan sebuah tarian tentang laku dari tahapan kehidupan manusia yang ditarikan oleh Romo Adi. Kemudian diteruskan dengan acara inti yaitu bedsh buku Blambangan Kuno oleh  narasumber Thomas Racharto sendiri.

20240307_113138

“Kegiatan menulis buku ini diawali dari 10 tahun yang lalu dimana Saya  sebagai kolektor benda-benda kuno atau antik yang berasal dari wilayah Banyuwangi atau Blambangan.  Benda-benda antik tersebut yang Kami peroleh berasal dari penemuan-penemuan yang ada sehingga mengilhami untuk penulisan  tentang buku Blambangan Kuno ini di mana sejarah Blambangan  Kuno saat ini masih belum valid, “ungkap Thomas Racharto.

Beliau menambahkan bahwa saat ini syukur bisa mewujudkan daripada Buku kerajaan Blambangan yang saat ini bisa dirasakan oleh masyarakat umum, khususnya di kabupaten Banyuwangi  yang belum mengetahui secara gamblang sejarah wilayahnya.

“Menyusun buku Blambangan kuno ini setahaP demi setahap sehingga terwujudlah buku Blambangan Kuno ini yang bisa dinikmati atau bisa dibaca oleh seluruh masyarakat Banyuwangi bahkan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia sehingga kerajaan Blambangan banyak orang mengetahuinya, ”

Menurutnya kerajaan Blambangan tidak bisa dilepaskan dari Kerajaan Majapahit tempo dulu terutama pada waktu Majapahit di pegsng Hayam Wuruk di mana ternyata pada masa Hayam Wuruk tersebut sudah ada pasal  Kerajaan Majapahit yang ada di Blambangan yaitu dengan ditempatkannya keluarga Kepakisan di empat tempat yaitu diantaranya Pasuruan, Blambangan, Bali dan Lombok mereka berasal dari keturunan Kerajaan Kediri yang sengaja ditempatkan di tempat-tempat tersebut untuk menjadi Raja bawahan daripada Kerajaan Majapahit.  Setelah Kerajaan Majapahit terjadi perang saudara maka kerajaan Blambangan tidak ikut memihak salah satu daripada keluarga Majapahit yang sedang bertikai tersebut. Dan berdiri kerajaan sendiri walaupun Kerajaan Majapahit sampai pada saat keruntuhannya. Jadi kerajaan Blambangan itu sudah ada di waktu Majapahit berdiri dan Jaya sampai runtuhnya.

Bedah buku Blambangan kuno ini bersamaan dengan ulang tahun  Thomas Racharto yang ke-80 tahun dan juga syukuran dari isterinya Umi Kulsum  yang nyaleg kemarin terpilih kembali menjadi anggota DPRD Banyuwangi.

20240307_123432

Setelah ucapan ulang tahun kepada Thomas Racharto kemudian doa yang dipimpin oleh Ahmad Sayuri kemudian ramah tamah sambil menikmati makan siang masakan khas Banyuwangi yaitu tumpeng perangkap pecel pitik.

Setelah makan bersama dan ramah tamah kemudian acara dilanjutkan dengan tanya jawab yang dilakukan oleh oleh para peserta kepada narasumber tentang Kerajaan Blambangan kuno dan berdirinya kerajaan, faktor budaya yang mempengaruhi kerajaan Blambangan Kuno yang berhububgan dengan Kerajaan Madjapahit. (AM)