KOMPAS.com – Sepekan lebih menunggu di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, Yatini (55) akhirnya mendapat kepastian bahwa sang suami, Fauzey bin Awang (60), warga negara Malaysia, menjadi salah satu korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.
Fauzey ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di wilayah perairan Jembrana, Bali, pada Kamis (10/7/2025). Kepastian ini diterima Yatini setelah delapan hari penuh penantian yang penuh harap dan doa.
“Iya, benar. Saya dapat kabar kemarin sore,” ujar Yatini saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/7/2025).
Penantian Panjang di Pelabuhan Ketapang
Yatini mengisahkan bahwa sejak malam kejadian, Rabu (2/7/2025), ia telah menunggu sang suami di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Fauzey saat itu menaiki kendaraan travel dan menumpang KMP Tunu Pratama Jaya untuk menyeberang ke Bali, sebelum melanjutkan perjalanan udara ke Malaysia dari Bandara I Gusti Ngurah Rai pada Kamis siangnya.
Baca juga: Nama Suaminya Tak Ada di Manifes, Yatini Tetap Setia Menunggu di Pelabuhan Ketapang
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id

Namun takdir berkata lain. Kapal yang ditumpangi sang suami tenggelam di tengah perairan Selat Bali, membawa serta puluhan penumpang dan kendaraan.
“Saya menunggu di Ketapang selama seminggu. Tapi di hari ke delapan, saya memilih pulang. Saya pikir di rumah saya bisa lebih khusyuk beribadah dan terus mendoakan suami ditemukan dalam kondisi apa pun,” ucapnya lirih.
Kamis siang, Yatini mendapat telepon dari pihak kepolisian. Petugas meminta foto sepatu dan pakaian terakhir yang dikenakan suaminya. Ia segera mengirimkan data yang diminta, sambil menahan harapan yang belum padam.
Beberapa jam kemudian, ia menerima kiriman unggahan media sosial yang menunjukkan jasad seorang pria dengan identitas Fauzey bin Awang.
“Saya langsung histeris. Walaupun saya sudah ikhlas, tapi sebenarnya saya masih berharap ada keajaiban suami saya ditemukan selamat,” kata Yatini.
Baca juga: Warga Malaysia Korban Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan Meninggal di Perairan Jembrana
Malam harinya, ia segera menuju RSUD Blambangan, Banyuwangi untuk memastikan kebenaran kabar tersebut. Hatinya makin terguncang saat mengenali dompet milik suaminya yang masih ada di saku bagian depan jasad.
“Itu memang kebiasaannya. Dia selalu meletakkan dompet di saku depan, bukan di belakang,” ucap Yatini dengan suara bergetar.
Setiba di rumah sakit, harapan terakhir Yatini untuk melihat wajah sang suami terakhir kalinya pupus. Pihak rumah sakit tidak memperkenankan dirinya melihat jasad karena jenazah sudah dibungkus dan dimasukkan ke dalam peti.
“Sebenarnya saya ingin melihat dalam kondisi apa pun. Tapi jasadnya sudah dibungkus, sudah dalam peti,” tuturnya.
Hingga Jumat siang, Yatini masih belum memastikan di mana jasad Fauzey akan dimakamkan. Ia menunggu keputusan dari keluarga suaminya di Malaysia yang saat ini tengah dalam perjalanan ke Banyuwangi.
Page 2
“Saya sudah berusaha ikhlas, walau belum sepenuhnya bisa,” katanya pelan.
Baca juga: 3 Korban KMP Tunu Pratama Jaya Teridentifikasi, 2 Jasad Remaja dan 1 WN Malaysia
Menurut data manifest, KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru kapal, serta membawa 22 unit kendaraan. Namun, Fauzey dan beberapa penumpang lainnya tidak tercantum dalam daftar manifest.
Fakta ini memperumit proses pencarian dan identifikasi korban. Tenggelamnya kapal motor penumpang di Selat Bali ini menjadi salah satu tragedi laut yang menyita perhatian, khususnya karena menyangkut penumpang non-manifest yang sulit dilacak keberadaannya
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga penyebab tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya adalah pintu kamar mesin yang dalam kondisi terbuka, sehingga air laut masuk saat kapal berlayar di tengah gelombang tinggi.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Sub Komite Keselamatan Pelayaran KNKT, Anggiat PTP Pandiangan, menjelaskan bahwa pintu geladak menuju ruang mesin seharusnya tertutup saat kapal beroperasi.
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id

Namun dalam insiden ini, pintu tersebut terbuka, membuat air laut masuk dengan mudah.
“Di geladak kapal ini ada akses untuk turun ke kamar mesin. Saat itu pintunya dalam kondisi terbuka, sehingga air masuk dan menyebabkan kapal miring ke kanan,” kata Anggiat dalam Rapat Kerja Komisi V DPR RI, Selasa (8/7/2025).
Baca juga: Update KMP Tunu Pratama Jaya: Jenazah Berpakaian Kotak-kotak Ditemukan di Pelabuhan
Ia juga menyebutkan bahwa kapal jenis ini memiliki freeboard rendah, sehingga saat muatan berlebih, benaman kapal bertambah dan air laut lebih mudah masuk ke geladak.
“Muatan yang ada juga menambah benaman kapal, sehingga mengurangi freeboard-nya. Pintu ini seharusnya selalu tertutup ketika kapal berlayar,” tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.