radarbanyuwangi.jawapos.com – Suasana duka masih menyelimuti korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya.
Tak terkecuali keluarga pasangan suami istri Bintang Nur Hidayat, 28 dan Nindy Elly Rosita Zulpri, 22, di Dusun Krajan, Desa Lemahbangkulon, Kecamatan Singojuruh. Keberadaan pasutri tersebut sampai sekarang masih bersaput msiteri.
Bintang sehari-harinya bekerja sebagai sopir truk asal Singojuruh. Dia mengajak istrinya, Elly, 22, yang sedang hamil lima bulan, untuk ikut dalam perjalanan mengirim barang ke Bali. Selain kirim barang, Bintang sekaligus mengajak sang istri tercinta berlibur ke Bali.
Namun, keduanya menjadi korban dalam tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (2/7).
Cita-cita sederhana Bintang tak muluk-muluk. Ia hanya ingin membahagiakan istrinya yang tengah mengandung buah hati pertama mereka.
Lima bulan usia kandungan Elly dan untuk pertama kalinya, keduanya merencanakan pergi ke Bali. Menggabungkan urusan pekerjaan dengan sejumput waktu liburan berdua.
Namun, takdir berkata lain. Perjalanan itu berakhir di dasar Selat Bali bersama karamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada Rabu (2/7).
Salah satu keluarga Bintang, Ema Novitasari, menuturkan, Bintang sehari-harinya bekerja sebagai sopir truk logistik sembako Bali.
Sejak lulus SMA, Bintang sudah mahir mengemudi truk. Kebiasaanya pun tumbuh menjadi profesi yang ia geluti hingga kini.
Ema sendiri mengenal sosok Bintang merupakan anak yang dermawan, pekerja keras yang tak kenal lelah mencari nafkah dengan truk andalannya.
“Sejak lulus SMA, dia sudah sering kirim barang ke Bali. Sampai akhirnya dia dipercaya bosnya untuk membawa truk sendiri kirim sembako ke Bali,” ucap Ema yang merawat Bintang sedari kecil itu.
Ketika petaka terjadi, Bintang melakukan perjalanan yang berbeda. Istrinya, Elly, ikut serta. Bintang menyelipkan harapan kecil, yakni membahagiakan istrinya yang sedang hamil lima bulan.
Mungkin bagi Elly ini adalah momen bahagia bisa berlibur bersama suami sebelum sang buah hati lahir.
“Elly sendiri yang minta ikut malam itu. Katanya mungkin ini hormon ibu hamil yang lagi gamau jauh-jauh sama pasangan. Saya maklumi saja karena mereka masih pengantin baru,” tutur Ema dengan suara berat.
Page 2
Bintang dan Elly naik KMP Tunu Pratama Jaya dari Pelabuhan Ketapang dengan harapan akan menginjakkan kaki di Pulau Dewata dalam beberapa jam ke depan.
Namun, kapal itu tenggelam di perairan Selat Bali setelah dilaporkan mengalami gangguan mesin. Hingga kini, keduanya belum ditemukan.
Sekitar pukul 03.00 dini hari, Ema menjadi keluarga pertama yang mendapat kabar bahwa Bintang turut menjadi penumpang kapal yang karam malam itu.
Sahabat Bintang yang malam itu telah panik berusaha membangunkan Ema dari jendela kamarnya.
“Jendela kamar saya digedor jam 3 pagi sama Obbie (sahabat Bintang). Katanya Bintang tenggelam, saya langsung panik,” ujar Ema.
Ema yang sudah menjadi seperti ibu bagi Bintang dan Elly mengaku tak kuasa menahan air mata saat mendengar berita buruk tersebut.
Pagi itu, Ema bersama suaminya meluncur ke Pelabuhan Ketapang tanpa membawa bekal apa-apa. Dia hanya berharap bahwa kedua keponakannya tersebut dapat kembali dengan selamat.
Hari pertama mereka datang dengan pakaian seadanya dan wajah yang dipenuhi kebingungan. Tak satu pun terdengar kabar kedua keponakannya selamat. Namun Ema tetap berharap muncul keajaiban.
“Kalau boleh memilih, kami ingin mereka pulang. Tak harus lengkap, asalkan bisa dimakamkan dengan layak agar kami bisa mengikhlaskan dengan tenang,” ujar Ema lirih. (Dalila Adinda/aif)
Page 3
radarbanyuwangi.jawapos.com – Suasana duka masih menyelimuti korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya.
Tak terkecuali keluarga pasangan suami istri Bintang Nur Hidayat, 28 dan Nindy Elly Rosita Zulpri, 22, di Dusun Krajan, Desa Lemahbangkulon, Kecamatan Singojuruh. Keberadaan pasutri tersebut sampai sekarang masih bersaput msiteri.
Bintang sehari-harinya bekerja sebagai sopir truk asal Singojuruh. Dia mengajak istrinya, Elly, 22, yang sedang hamil lima bulan, untuk ikut dalam perjalanan mengirim barang ke Bali. Selain kirim barang, Bintang sekaligus mengajak sang istri tercinta berlibur ke Bali.
Namun, keduanya menjadi korban dalam tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (2/7).
Cita-cita sederhana Bintang tak muluk-muluk. Ia hanya ingin membahagiakan istrinya yang tengah mengandung buah hati pertama mereka.
Lima bulan usia kandungan Elly dan untuk pertama kalinya, keduanya merencanakan pergi ke Bali. Menggabungkan urusan pekerjaan dengan sejumput waktu liburan berdua.
Namun, takdir berkata lain. Perjalanan itu berakhir di dasar Selat Bali bersama karamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada Rabu (2/7).
Salah satu keluarga Bintang, Ema Novitasari, menuturkan, Bintang sehari-harinya bekerja sebagai sopir truk logistik sembako Bali.
Sejak lulus SMA, Bintang sudah mahir mengemudi truk. Kebiasaanya pun tumbuh menjadi profesi yang ia geluti hingga kini.
Ema sendiri mengenal sosok Bintang merupakan anak yang dermawan, pekerja keras yang tak kenal lelah mencari nafkah dengan truk andalannya.
“Sejak lulus SMA, dia sudah sering kirim barang ke Bali. Sampai akhirnya dia dipercaya bosnya untuk membawa truk sendiri kirim sembako ke Bali,” ucap Ema yang merawat Bintang sedari kecil itu.
Ketika petaka terjadi, Bintang melakukan perjalanan yang berbeda. Istrinya, Elly, ikut serta. Bintang menyelipkan harapan kecil, yakni membahagiakan istrinya yang sedang hamil lima bulan.
Mungkin bagi Elly ini adalah momen bahagia bisa berlibur bersama suami sebelum sang buah hati lahir.
“Elly sendiri yang minta ikut malam itu. Katanya mungkin ini hormon ibu hamil yang lagi gamau jauh-jauh sama pasangan. Saya maklumi saja karena mereka masih pengantin baru,” tutur Ema dengan suara berat.