Radarbanyuwangi.id – Bantaran Sungai Apur di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Siliragung ambrol. Sejumlah bangunan milik warga yang ada di daerah itu ikut tergerus dan rusak.
Satu rumah rusak cukup parah, satu jembatan putus, dan tujuh ruko terancam rusak karena tergerus.
Bantaran sungai yang ambrol itu sudah mulai terjadi sejak H-7 Lebaran. Saat itu, turun hujan yang cukup deras. Kondisinya semakin parah pada H-5 Lebaran karena hujan masih terus terjadi.
“Hujan deras air di sungai meluap, bantaran sungai meluap,” cetus Mustakim, 53, warga sekitar sungai.
Menurut Mustakim, di daerahnya itu ada dua sungai, yaitu Sungai Apur dan Sungai Kanal. Kedua sungai itu selama ini digunakan petani untuk mengaliri sawahnya.
“Sungai Apur ini buangan dari aliran air di atasnya. Sungai Apur ini sebenarnya tidak pernah lebar dan airnya juga tidak pernah besar,” terangnya.
Gara-gara hujan deras membuat bantaran sungai ambrol dan terus mengalami erosi. Dua sungai Apur dan Kanal, kini menjadi satu.
Satu rumah yang berada di sisi kanan sungai milik Sariyanto, 54, mengalami kerusakan cukup parah di bagian belakang. Selain itu, juga ada jembatan penghubung putus, dan tujuh ruko di pinggir sungai mulai tergerus.
banjirBaca Juga: Banjir Rob Terjang Kawasan Pesisir Muncar Banyuwangi, Ini Imbas yang Ditimbulkan
“Erosi pada bibir Sungai Apur itu semakin parah sejak H-5 Lebaran,” terang pemilik rumah, Sariyanto, 54.
Bapak tiga anak itu menjelaskan, longsor di tanah pada bibir sungai itu semkain parah karena hujan yang deras masih sering terjadi.
Dan itu diperparah kondisi tanah yang berpasir, sehingga erosi meluas. “Waktu malam takbir itu hujan deras, pagi sekitar pukul 05.00, saya melihat gudang rumah tempat menyimpan peralatan sound system dan tenda sudah hancur dan harus dievakuasi,” terangnya.
Untuk meminimalisir erosi tanah, jelas dia, warga gotong royong membuat tanggul sementara. Tanggul itu terbuat dari karung yang berisi pasir dan ditumpuk dengan ditambah gabungan tong untuk saluran air.
“Awal ada sekitar dua dum truk pengangkut pasir membantu pembuatan tanggul sementara. Sekarang ada sekitar 300 karung pasir untuk membuat tanggul itu,” terangnya.
Karena rumahnya yang rusak, Sariyanto bersama sang istri, Endang Lestari, 45, untuk sementara mengungsi ke rumah kerabat yang tidak jauh dari rumahnya. Endang mengaku trauma akibat kejadian tersebut.
Page 2
“Saya melihat sendiri ketika longsor terjadi. Ini kali pertama selama delapan tahun saya menempati rumah yang informasi dari pemilik sebelumnya dibangun sejak 1973,” ucapnya.
Endang berharap, ada bantuan dari pemerintah terkait kondisi sungai tersebut. Sebab, kontur tanah berpasir menjadi momok bagi masyarakat sekitar apabila erosi tanah semakin parah.
“Kalau tidak dibenahi, wilayah Kampung Baru ini akan habis, karena kondisi tanah dan air sungai deras saat hujan,” cetusnya.
Salah satu pemilik ruko Hadi Sutrisno, 42, asal Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Siliragung mengungkapkan, bantaran sungai itu ambrol sejak H-7 Hari Raya Idul Fitri.
Mulanya, jembatan kecil penghubung antara sisi kiri sungai dengan sisi kanan sungai putus. “Sebelumnya ada jembatan yang digunakan siswa SMP Kartika menuju sekolah. Warga sekitar juga memanfaatkannya,” ujarnya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Karena sungai meluap dan erosi, jelas dia, kontur tanah yang berpasir semakin lama menggerus pondasi bawah jembatan dan ambrol.
Selanjutnya merembet ke sisi bantaran sungai lainnya. “Malam takbir (Selasa, 9/4) turun hujan deras hingga pada hari raya pertama (Rabu, 10/4) erosi tanah semakin parah hingga longsor besar di bantaran Sungai Apur,” lanjutnya.(rei/abi)
Page 3
Radarbanyuwangi.id – Bantaran Sungai Apur di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Siliragung ambrol. Sejumlah bangunan milik warga yang ada di daerah itu ikut tergerus dan rusak.
Satu rumah rusak cukup parah, satu jembatan putus, dan tujuh ruko terancam rusak karena tergerus.
Bantaran sungai yang ambrol itu sudah mulai terjadi sejak H-7 Lebaran. Saat itu, turun hujan yang cukup deras. Kondisinya semakin parah pada H-5 Lebaran karena hujan masih terus terjadi.
“Hujan deras air di sungai meluap, bantaran sungai meluap,” cetus Mustakim, 53, warga sekitar sungai.
Menurut Mustakim, di daerahnya itu ada dua sungai, yaitu Sungai Apur dan Sungai Kanal. Kedua sungai itu selama ini digunakan petani untuk mengaliri sawahnya.
“Sungai Apur ini buangan dari aliran air di atasnya. Sungai Apur ini sebenarnya tidak pernah lebar dan airnya juga tidak pernah besar,” terangnya.
Gara-gara hujan deras membuat bantaran sungai ambrol dan terus mengalami erosi. Dua sungai Apur dan Kanal, kini menjadi satu.
Satu rumah yang berada di sisi kanan sungai milik Sariyanto, 54, mengalami kerusakan cukup parah di bagian belakang. Selain itu, juga ada jembatan penghubung putus, dan tujuh ruko di pinggir sungai mulai tergerus.
banjirBaca Juga: Banjir Rob Terjang Kawasan Pesisir Muncar Banyuwangi, Ini Imbas yang Ditimbulkan
“Erosi pada bibir Sungai Apur itu semakin parah sejak H-5 Lebaran,” terang pemilik rumah, Sariyanto, 54.
Bapak tiga anak itu menjelaskan, longsor di tanah pada bibir sungai itu semkain parah karena hujan yang deras masih sering terjadi.
Dan itu diperparah kondisi tanah yang berpasir, sehingga erosi meluas. “Waktu malam takbir itu hujan deras, pagi sekitar pukul 05.00, saya melihat gudang rumah tempat menyimpan peralatan sound system dan tenda sudah hancur dan harus dievakuasi,” terangnya.
Untuk meminimalisir erosi tanah, jelas dia, warga gotong royong membuat tanggul sementara. Tanggul itu terbuat dari karung yang berisi pasir dan ditumpuk dengan ditambah gabungan tong untuk saluran air.
“Awal ada sekitar dua dum truk pengangkut pasir membantu pembuatan tanggul sementara. Sekarang ada sekitar 300 karung pasir untuk membuat tanggul itu,” terangnya.
Karena rumahnya yang rusak, Sariyanto bersama sang istri, Endang Lestari, 45, untuk sementara mengungsi ke rumah kerabat yang tidak jauh dari rumahnya. Endang mengaku trauma akibat kejadian tersebut.