Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bermodal Rp 65 Juta, BUMDes Raih Juara Provinsi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANGOREJO – Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Salah satu kegiatan BUMDes adalah simpan pinjam yang diperuntukkan bagi masyarakat desa setempat. Tentu saja, hal itu sangat menguntungkan bagi warga Desa Temurejo. Bahkan, adanya BUMDes yang dulu disebut Gardu Taskin itu disambut antusias. Betapa tidak, sejak dibentuk pada 2007 lalu, hingga kini banyak yang memanfaatkan adanya simpan pinjam yang dikelola oleh masyarakat desa atau di luar pemerintah desa.

Semula, modal pertama hanya Rp 65 juta. Tapi, lambat laun BUMDes terus berkembang cukup pesat. Saking oke-nya, BUMDes itu dinobatkan sebagai peraih nomor satu di tingkat Jawa Timur tahun 2011 lalu. Dengan predikat itu, desa tersebut sering dikunjungi aparatur pemerintah maupun anggota DPRD. Bahkan, perkembangan BUMDes itu pernah dikunjungi pemerintah luar daerah. Misalnya, Jombang, Sampang, dan Probolinggo.

Kepala Desa Temurejo, Nasokan menuturkan, bahwa proses simpan pinjam presentase bunga sangat kecil. Sebab, pinjaman itu memang diutamakan bagi warga kurang mampu atau miskin. ’’Yang jelas, bunga dibawah koperasi,’’ ungkap Nasokan ditemui di kediamannya kemarin (16/5). Menurut dia, BUMDes selama ini juga bekerja sama dengan masyarakat. Misalnya, kerja sama membuat batako dan pembuatan pupuk organik. ’’Jadi, BUMDes itu benar-benar dirasakan banyak manfaat bagi masyarakat,’’ terangnya.

 Sebab, kata dia, tujuan BUMDes adalah guna membantu masyarakat dari himpitan ekonomi.Sebab, masyarakat bisa melakukan pinjaman uang dan bisa bekerja. ’’Masyarakat tidak lagi menganggur,’’ papar mantan anggota TNI yang memilih pensiun dini itu. Karena pengelolaan yang baik, BUMDes tersebut ternyata menjadi percontohan bagi daerah lain. ’’Banyak pihak dari luar Banyuwangi yang studi banding untuk melihat langsung BUMDes di sini.

Tim dari Surabaya juga langsung meninjau pada tahun 2012 lalu,’’ katanya. Setelah menemui beberapa pejabat itu, dia mengenang bahwa kalangan luar daerah itu mengaku takjub dengan BUMDes itu. Pasalnya, desa tersebut merupakan kawasan pelosok. ’’Mereka tidak habis pikir kok desa terpencil mampu mengelola BUMDes sampai terbaik di Jawa Timur,’’ terangnya. Sampai saat ini, terang dia, BUMDes masih terus berjalan. Jika aset semula hanya Rp 65 juta, kini sudah mencapai Rp 500 juta. ’’Semua itu semata-mata untuk kepentingan masyarakat,’’ pungkasnya. (radar)