Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Melihat Simpul Persaudaraan di Sekolah Rakyat Banyuwangi, Saat Pelukan Suci Tenangkan Naura…

melihat-simpul-persaudaraan-di-sekolah-rakyat-banyuwangi,-saat-pelukan-suci-tenangkan-naura…
Melihat Simpul Persaudaraan di Sekolah Rakyat Banyuwangi, Saat Pelukan Suci Tenangkan Naura…

BANYUWANGI, KOMPAS.com – Seorang siswa bernama Naura menangis dengan keras. Suaranya nyaring jika dibandingkan dengan rekan-rekannya yang tengah tertawa saat menyaksikan penampilan Seniman Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi, Sabtu (20/9/2025).

Kala itu, para siswa tengah menyaksikan pertunjukan seni saat seorang pria berambut putih panjang berjalan di antara kerumunan mereka dengan gestur menyeramkan, mendalami akting yang tengah ditampilkan.

Naura berada di antara para siswa sekolah rakyat yang menjerit karena kaget, kemudian siswi kelas 1 sekolah dasar itu menangis dengan keras.

Tak lama, seorang siswi lainnya yang berusia lebih besar dari Naura, Suci Olifia, segera berlari menghampiri Naura, memeluk, dan menggendongnya keluar ruangan untuk menenangkannya.

Baca juga: Cara Seniman Sentuh Hati Siswa Sekolah Rakyat Banyuwangi lewat Pertunjukan Wayang

Di teras aula, dua siswa sekolah itu saling berpelukan.

Naura membenamkan wajahnya ke jilbab yang dikenakan Suci untuk meredakan rasa takutnya.

“Tidak apa-apa Naura, orangnya tidak nakutin beneran, cuma lagi ngajak kita main,” kata Suci berupaya memberi penjelasan kepada Naura.

Namun, Naura masih enggan mendengarkan;

ia memeluk Suci lebih erat karena masih butuh waktu untuk mencerna yang tengah terjadi.

Hujan sedang turun rintik-rintik di luar ruangan dan udara sangat dingin, terlebih gedung sekolah rakyat Banyuwangi yang berada di Kecamatan Licin itu juga berada di dataran tinggi, dinginnya cukup terasa ke kulit.

Namun, pelukan Suci menghangatkan hati Naura.

Pelan-pelan, dengan digendong Suci ke dalam ruangan, ia bersedia mendengarkan cerita dalang yang tengah memainkan peran wayang bambu.

Naura dan Suci, siswa sekolah rakyat Banyuwangi tengah berpelukan.KOMPAS.COM/Fitri Anggiawati Naura dan Suci, siswa sekolah rakyat Banyuwangi tengah berpelukan.

Tiba saatnya, budayawan Banyuwangi Samsudin Adlawi membagikan wayang bambu kepada anak-anak termasuk Naura.

Namun, ia masih takut.

Tak memaksa, Samsudin memberi waktu Naura untuk melihat dan memastikan bahwa wayang bambu adalah permainan yang menyenangkan.

 

Page 2

Begitu juga dengan seniman yang sempat membuat Naura takut, meminta maaf kepada bocah kecil itu, sehingga meski masih enggan jauh dari Suci, Naura mulai bersedia bermain, bahkan ia memiliki dua wayang favorit yang terus dipegangnya ke mana-mana.

Baca juga: Kiat Bupati Banyuwangi Antisipasi Kemungkinan Dana Transfer Daerah Dipangkas

“Kami tidak sekamar. Saya kamarnya di belakang berdelapan, kalau Naura di depan, tapi dia sering main ke (kamar) belakang,” terang Suci.

Suci adalah bungsu dari lima bersaudara asal Desa Banjar, Kecamatan Licin.

Ibunya buruh tani, sementara ayahnya telah meninggal dunia.

Suci mengaku tak tega apabila melihat siswa sekolah rakyat yang lebih muda usianya dari ia menangis.

Suci menyebut selalu ingin menenangkan mereka.

Di sekolah rakyat, Suci terlibat di OSIS bidang tari dan berpartisipasi untuk melatih teman-temannya menari.

“Saya sejak TK suka tari. Di sini melatih teman-teman tari gandrung, ada 20 yang biasanya latihan bersama,” tuturnya.

Selain tari gandrung, Suci juga mengikuti kegiatan hadrah.

Ia mengaku senang, sebab selain diajarkan disiplin dengan bangun pukul empat pagi setiap harinya, ia juga mengikuti banyak kegiatan setiap harinya.

Baca juga: Siswa Sekolah Rakyat Menangis di Pelukan Bupati Banyuwangi, Ungkap Rindu pada Ibu

“Kita semua jauh dari rumah. Saya senang di sini karena disiplin, teman juga banyak, semuanya seperti kakak dan adik-adik saya,” ucapnya.

Sementara itu, Naura adalah anak kedua dari tiga bersaudara asal Desa Paspan, Kecamatan Glagah yang masih duduk di kelas 1 SD.

Tubuhnya lebih pendek jika dibandingkan tinggi badan anak seusianya, tetapi ia memiliki kepribadian yang aktif karena tak malu untuk berinteraksi dengan orang-orang baru.

Naura mengaku rindu rumah. Dia tidak jarang menangis rindu ibunya, tetapi ia juga mengaku cukup senang tinggal di sekolah rakyat sebab memiliki teman-teman yang peduli padanya.

“Semuanya baik, Naura senang,” ucapnya singkat.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini