Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bupati Anas Paparkan 20 Prinsip Kreatif Kembangkan Daerah

Foto: banyuwangikab
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: banyuwangikab

BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan 20 prinsip kreatif pengembangan daerah di depan ratusan peserta Konferensi Kota Kreatif yang digelar di Ternate.

“Ya baru saja diundang ICCN (Indonesia Creative Cities Network), kita paparkan soal prinsip-prinsip kreatif mengembangkan daerah. Kira-kira ada 20 prinsip kreatif,” ujar Bupati Anas seperti dilansir dari banyuwangikab, Sabtu (8/9/2019).

“20 prinsip kreatif itu ya kira-kira hasil rangkumanlah dari perjalanan menjadi bupati Banyuwangi. Program berhasil, program kurang sukses, semuanya kita cari benang merahnya. Lalu ada 20 prinsip kreatif itu,” imbuhnya.

Bupati Anas mengatakan, 20 prinsip kreatif itu bisa dikluster dalam tiga bagian besar, yaitu inovasi, pemasaran daerah, dan kepemimpinan.

Dalam bagian inovasi, terdapat enam prinsip kreatif. Di bagian pemasaran daerah ada tujuh prinsip kreatif. Adapun di bagian kepemimpinan ada tujuh prinsip.

Enam prinsip kreatif dalam bagian inovasi antara lain prinsip paradoks, daya saing, mencipta, ATM (amati, tiru, modifikasi), fokus, dan proaktif.

Bupati Anas mengaku, untuk prinsip kreatif paradoks, misalnya Puskesmas di ubah dari pelayanan orang sakit menjadi mall orang sehat. Lalu di coba mengubah bukan semata-mata PAD, namun program untuk penggerak PDRB.

“Misalnya dalam prinsip fokus, yang kami lakukan adalah semakin terbawah, maka semakin menjadi prioritas teratas,” tutur Bupati Anas.

Sehingga lahir program Rantang Kasih yang mendistribusikan makanan gratis setiap hari untuk lansia miskin, uang saku dan tabungan untuk pelajar dari keluarga kurang mampu, dan sebagainya.

Lalu tujuh prinsip kreatif di bidang pemasaran adalah prinsip semua pemasar, produk, reposisi, endorser, moment of truth, kearifan lokal, dan branding.

Bupati Anas menyebutnya prinsip-prinsip itu sebagai “anti-mainstream marketing”.

“Misalnya prinsip semua pemasar, kami memposisikan semua dinas adalah dinas pariwisata. Ini bukan berarti sektor lain tidak diurus tapi lebih ke soal pengemasan,” papar Bupati Anas.

Misalnya juga Dinas Pertanian tetap mengurusi pengembangan pertanian, namun kemudian difestivalkan. Hal ini ada kaitannya dengan prinsip produk, yaitu semua lokasi adalah destinasi dan semua program adalah atraksi. Maka lahir agrotourism yang dikembangkan Dinas Pertanian.

“Contohnya prinsip reposisi. Itu penting karena kami harus membalik keadaan, maka lahirlah program smart kampung. Untuk itulah, anggapan orang tentang Banyuwangi yang klenik dan terbelakang sekarang berubah karena pelayanan hingga ke desa sudah berbasis teknologi,” jelas Bupati Anas.

Adapun dalam bagian kepemimpinan, ada tujuh prinsip, yaitu prinsip inspirasi, kecepatan memanfaatkan momentum, eksekusi detil, kolaborasi, pemenang, manusiawi, dan modal sosial.

Bupati Anas kembali mencontohkan pada prinsip kolaborasi, yang pihaknya menghilangkan ego sectoral dan seluruh ASN melebur menjadi satu. Sementara yang menjadi fokus adalah outcome, bukan rebutan siapa pelaksananya.

“Dengan prinsip-prinsip itu, kinerja pembangunan Banyuwangi meningkat,” imbuh Bupati Anas.

Pendapatan per kapita rakyat melonjak dari Rp 20 juta menjadi Rp 48 juta per orang per tahun. Angka kemiskinan yang sebelumnya selalu dua digit, kini tinggal 7,8 persen.

Sementara itu, Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki Satari mengatakan, Banyuwangi diundang tampil di Konferensi Kota Kreatif karena dianggap berhasil dan sangat kreatif dalam setiap program pembangunannya.

“Banyuwangi telah membuktikan bahwa kreativitas hadir menjadi solusi, tidak hanya untuk pariwisata, tapi untuk sosial-ekonomi warga, termasuk kemiskinan,” papar Fiki.

“Kreativitas Banyuwangi telah berdampak pada meningkatnya kesejahteraan warga,” pungkasnya. (KabarBanyuwangi)