Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Dambakan Banyuwangi Punya Akademi Sepeda

dambakanNama Dadang Haries Poernomo, 40, pernah berkibar sebagai atlet balap sepeda di kategori BMX. Pria kelahiran Banyuwangi 28 April 1973 itu juga pernah mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional. Saat pensiun, dia dipercaya sebagai pelatih tim nasional Indonesia BMX.Tidak mudah bertemu Dadang di Bumi Blambangan. Meski asli Ba nyuwangi, tapi tenaga dan kemam puannya justru lebih banyak ter curah untuk membangun prestasi dae rah lain.

Padahal, sebagai atlet dan kini sebagai pelatih, dia ter golong subur urusan prestasi. Mulai 1989 hingga 1994 me rupa kan fase emasnya sebagai atlet. Se deret pres tasi nasional dan inter nasional di ukir atas namanya. Di antara pres tasi mengesankan itu adalah medali emas Sea Games Ma nila 1991di no mor pursuit. Catatan itu berlanjut di Asian Games Hi roshima Jepang 1994 dengan ma suk lima besar Asia. Di level nasional, Dadang memborong dua medali emas dan dua pe runggu di PON 1989.

Pensiun dari balap, karir bapak dua anak itu semakin moncer. Dia seolah ti dak bisa lepas dari dunia yang mem besar kan namanya Pegawai ne geri sipil di jajaran Pengprov Dae rah Istimewa Jogjakarta ini pun menga lihkan profesi dan dedikasinya di dunia ba lap dengan menjadi pelatih. Pengalaman dan ilmu yang dimilikinya rupanya berbanding lurus dengan prestasinya semasa menjadi atlet. Satu per satu atlet yang mendapat polesannya ber pres tasi.

Memoles kontingen Jogjakarta, satu me dali emas disumbangkan dari pentas PON Sumatera Selatan 2004 di nomor downhill. Empat tahun kemudian, Dadang sebagai pe latih kembali merengkuh sukses de ngan mempersembahkan lima medali emas, satu perak, dan tiga perunggu, di PON Kalimantan Timur 2008. Tahun 2012, di PON Riau, dia turut andil dalam mem persembahkan dua medali emas, tiga pe rak, dan dua perunggu bagi Jogjakarta. Ki prah kepelatihan Dadang pun semakin teruji.

Medan internasional menjadi pertaruhan re putasi pria yang juga memiliki Warung Sego Penyetan di Jogjakarta itu. Atas capaian itu, dia pun ditunjuk sebagai pelatih tim nasional balap sepeda di kategori BMX. Pengalaman pertama menukangi tim nasional dirasakannya tahun 2007-2008 di ke las road race dan track.

Penunjukan itu di tujukan untuk persiapan menghadapi ke juaraan Asia Junior 2008 di Kalimantan Timur. Bukan itu saja, Dadang pun meraih ser tifi kasi sebagai pelatih internasional. Tidak tang gung-tanggung, predikat terbaik dari In ternational Olympic Committee (IOC) se bagai pendidikan pelatih internasional level 1 tahun 2008 pernah disandangnya. Ke percayaan yang diberikan rupanya dibalas dengan rasa profesionalitas pria yang kini beralamat di Jalan Dayu Baru Ngaglik, Jog jakarta, itu.

Hasilnya lumayan, nama Dadang bisa di sejajarkan dengan pelatih top kenamaan in ternasional. Di kejuaraan Asia tahun 2007 di Th ailand, satu medali perunggu men jadi start bagus bagi karir kepelatihan in ternasionalnya. Sejak itu polesan dan ra cikan strategi yang diberikan kepada pem balapnya terus mengalir. Donasi medali terus diraih kontingen In donesia di pentas internasional. Di SEA Ga mes Indonesia tahun 2011, dia turut mem persembahkan dua medali emas, satu perak, dan perunggu, bagi kontingen tuan rumah.

Kini di tengah prestasi yang te rus melejit, Dadang pulang ke tanah kelahirannya, Banyuwangi. Bermodal semangat dan tekad mengabdi, dia ingin membangun potensi balap sepeda di Banyuwangi. Tidak hanya sekadar ilmu ke pelatihan, Dadang juga menggagas bike center sebagai tonggak kebangkitan olahraga di Banyuwangi. “Aku mau nama atlet dan prestasi balap sepeda Banyuwangi se jajar dengan daerah lain, bahkan bisa goin ternational,” tekadnya.

Bike center yang digagas itu bermakna luas bagi dunia balap sepeda. Di sana tidak ha nya terfokus pada sisi bisnis dengan me majang berbagai tipe dan corak sepeda. Di sana juga ada misi sosial dan olahraga yang bisa diperoleh penggemar sepeda di Ba nyuwangi.Sebagai misi sosial, bike center akan bergerak  mirip sebuah sekolah informal. Berkonsep akademi sepeda, pengunjung bisa memperoleh ragam informasi terkait se peda, mulai posisi setang, tinggi rendah sa del, hingga cara mengendarai yang baik bisa diperoleh di sini.

“Naik sepeda tidak bisa asal-asalan. Kalau itu dilakukan bisa ce dera nanti,” katanya. Misi selanjutnya adalah olahraga. Dadang menekankan di bike center nanti pe ngunjung bisa memperoleh ilmu caramen jadi atlet, gizi, hingga aturan atau regulasi sebuah perlombaan dari instruktur yang terpilih. Harus diakui banyak atlet tidak paham tentang aturan lomba yang di ikuti. Imbasnya, protes yang tidak perlu sering dilayangkan.

Untuk melengkapi konsep bike centre ter sebut, Dadang juga mempersiapkan  bike park di depan bike centre-nya nanti. Itu nanti akan menjadi arena tontonan me narik bagi penggemar sepeda. Lalu, kapan bike center tersebut berdiri? “Sejauh ini tempatnya masih dicari. Se moga tidak lama lagi bisa ter wujud,” ujarnya. (radar)