Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Diincar Beberapa Klub Renang Jatim

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

diincarPrestasi Pengkab PRSI Banyuwangi tidak lepas dari peran dua perenang muda, Mariesca Regina Ratuwishally, 11, dan Arin Nahda Zhafi ra, 10. Seperti apa kisah dan perjuangan keduanya.

SUPEL, dinamis, dan energik. Ke san itulah yang tergambar dari per temuan pertama dengan dua perenang cilik itu. Usia keduanya pun terbilang masih cukup muda. Mes ki masih berusia belia, Arin dan Shally bisa dibilang bukan anak sem barangan. Keduanya dikenal sebagai atlet renang dan sudah menorehkan seabrek prestasi. Potensi yang tentu saja datang tidak begitu saja dan diperoleh atas kerja keras yang berkelanjutan.

Salah satu prestasinya, Arin berhasil me nyabet predikat perenang terbaik di Kejurprov Jatim 2012. Sementara itu, Shally baru saja menjadi pe renang terbaik dalam kejuaraan renang Wali Kota Madiun 2013. Tidak he ran, dengan potensi yang dimiliki, ke duanya menjadi incaran sejumlah klub renang di Jawa Timur. Saking seringnya tampil bersama da lam beberapa kejuaraan berskala regional maupun open, Shally dan Arin sering dijuluki sebagai kakakberadik.

Mereka juga mendapat julukan rising star masa depan dunia re nang Banyuwangi “Kita dulu punya Akbar yang pindah ke Gresik, dan kini ada Arin dan Shally. Potensi keduanya kini tengah dipantau dan di dekati sejumlah klub renang  besar Jawa Ti mur,” beber Joko Triyadni, ketua PRSI Ba nyuwangi, kemarin. Tengok saja perjuangan dan keseriusan ke duanya berlatih dan menempa diri.

Kolam renang di kawasan Mendut Regency men jadi arena penggodokan keduanya hing ga ini. Meski belum standar untuk ka tegori lomba, setidaknya fasilitas yangada cukup membantu keduanya berlatih. Di waktu normal, Arin dan Shally berlatih dua kali sehari. Latihan pertama digelar pagi sebelum sekolah. Latihan kedua di la kukan sore selepas sekolah. Berhubung se karang bulan Puasa, waktu latihan praktis berubah.

Kini latihan hanya digelar sekali sehari. Itu pun dilaksanakan sesudah jam berbuka pu asa. Namun, hal itu tidak menyurutkan ke dua pelajar sekolah dasar itu untuk terus ber latih. Saking terlalu fokus di kolam renang, tidak jarang konsekuensi atas pilihan tersebut muncul. Arin yang tinggal di Jalan Mawar 73, Banyuwangi, misalnya. Dia kerap terlambat ke sekolah lantaran mengikuti latihan pagi.

Itu menjadi hal yang harus diterima. Praktis, dalam beberapa kesempatan, se perti upacara bendera, dia harus me nyak sikannya dari balik pagar sekolah. Oleh guru dan temantemannya, dia dijuluki ma nusia ikan. Bukan hanya itu. Konsekuensi lain juga ha rus dirasakan mereka, di antaranya sering meninggalkan bangku sekolah ka rena mengikuti kejuaraan. Meski begitu, meninggalkan sekolah untuk mengikuti kejuaraan renang bukanlah perkara mudah.

Shally, misalnya, kerap sulit memperoleh izin dari sekolah untuk ikut kejuaraan re nang. Sementara itu, keseriusannya berlatih me nyebabkan mereka berprestasi. Anak su lung pasangan Haris Wibawanto dan Jerini Lukmantari itu mengenal dunia renang se jak usia lima tahun. Lewat sang ibu, Arin sedikit demi sedikit be lajar berenang. Ragam kejadian di tepi dan di kolam pernah dialami. Tidak jarang air kolam terminum saat latihan.

Bukan itu saja, telinga juga kerap sakit karena ke masukan air. Siapa sangka, di kejuaraan pertama yang diikuti, Arin langsung bertaji. Dia berhasil me nyabet medali perak. “Sempat ndredeg sih pas mau lomba, tapi kini sudah biasa,” ujar penikmat nasi goreng pedas itu. Pengalaman serupa juga dialami Shally. Remaja yang tinggal di Jalan Ijen 28, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, itu mulai berkenalan dengan dunia air sebagai sprinter air di usia delapan tahun.

Anak pasangan Ali Sadikin dan Windy Pra tiwi itu langsung moncer. Penampilan per dananya di Porseni berbuah manis. Dia menjadi juara pertama dalam even antar sekolah dasar itu. Kemiripan keduanya pun semakin tampak. Dari empat gaya yang sering dilakoni, Arin dan Shally kompak menyebut gaya kupu-kupu menjadi hal yang perlu dilatih ekstra keras. Meski mampu menorehkan pres tasi di ajang tersebut, tapi gaya kupukupu tetap memiliki tingkat kesulitan ter sendiri. “Gaya kupu-kupu agak sulit. Mungkin karena di dalamnya ada unsur selam, makanya harus sering berlatih agar mahir,” ujar Arin. (radar)