radarbanyuwangi.jawapos.com – City Branding Institute bekerja sama dengan Pemkab Banyuwangi menggelar Executive Education Program City Branding pada Jumat (1/8) hingga kemarin (2/8). Program ini mengusung misi besar menjadikan Banyuwangi sebagai center of excellence dalam penerapan city branding di Indonesia.
Digagas oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) RI 2022-2024 Abdullah Azwar Anas dan Yuswohady, program ini menghadirkan tokoh-tokoh berpengalaman seperti Menteri Pariwisata (Menpar) RI periode 2014–2019 Arief Yahya serta Founder Jazz Gunung Sigit Pramono.
“City branding bukan sekadar slogan, tapi strategi membangun daya saing daerah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan,” ujar Bupati Banyuwangi periode 2010-2021 yang sukses membawa kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini dikenal di tingkat nasional dan internasional.
Sementara itu, Yuswohady menekankan bahwa branding kota yang kuat harus memiliki narasi yang membumi namun visioner. “Untuk membuat kota dikenal global, branding-nya harus inklusif: menyentuh warga lokal, wisatawan, dan investor secara bersamaan,” jelasnya.

BANGUN DAYA SAING: Penggagas City Branding Institute Abdullah Azwar Anas menyampaikan pemaparan kepada peserta Executive Education Program pada Jumat (1/8). (CITY BRANDING INSTITUTE UNTUK RABA)
Mengapa City Branding Penting?
City branding menjadi alat strategis untuk memosisikan daerah di tengah persaingan global. Arief Yahya mengungkapkan, peningkatan reputasi daerah sebesar 10 persen mampu mendorong kunjungan wisata hingga 11 persen dan investasi hingga 2 persen.
Selain itu, city branding yang konsisten dapat memperbaiki persepsi publik, memperkuat kebanggaan warga, dan membuka peluang pasar baru. “City branding yang tepat mampu mengubah sebuah daerah dari biasa-biasa saja menjadi destinasi unggulan dunia,” tambah mentor City Branding Arief Yahya.
Selama dua hari, 30 peserta dari beberapa kabupaten dan kota mengikuti pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning), memanfaatkan template strategi praktis, dan melakukan kunjungan ke destinasi unggulan Banyuwangi untuk mempelajari penerapan nyata city branding.
Sementara itu, Bupati Ipuk Fiestiandani menjadi pembicara kegiatan city branding class di pendapa Sabha Swagata Blambangan pada Jumat malam (1/8). Ia menekankan bahwa membangun perubahan yang baik dalam birokrasi tidak bisa dilakukan sendirian. Dibutuhkan ruang diskusi dan komunikasi yang efektif antara pemimpin dan tim kerja.
Ipuk menyebut kegiatan city branding sebagai wadah yang tepat untuk memperkuat hubungan dan sinergi tersebut. “City branding ini menjadi media yang baik untuk membangun komunikasi antara pimpinan dan jajarannya,” tuturnya.
Ipuk menambahkan, pola komunikasi terbuka seperti ini sudah mulai terbentuk dengan baik di lingkungan Pemkab Banyuwangi. Ia menegaskan bahwa branding daerah tidak cukup hanya dengan memiliki nama atau citra tertentu, melainkan harus melalui proses panjang yang konsisten dan berkelanjutan. “Branding itu bukan sekadar punya brand, tapi soal proses, konsistensi, dan yang paling penting adalah komitmen dari pemimpinnya,” pungkasnya. (cw5/sgt)
Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi