Detik.com
Mendaki Gunung Raung di Banyuwangi Jawa Timur bukanlah pendakian biasa. Gunung itu memiliki medan yang berat dan memiliki jalur terekstrem di Jawa.
Dari Serang, saya bertolak menuju stasiun Pasar Senen, Jakarta dan harus menuju ke Stasiun Kalibaru di Banyuwangi. Tetapi, tidak ada kereta langsung dari Jakarta ke Banyuwangi maka saya transit dan berganti kereta api di Stasiun Gubeng Surabaya.
Setelah sampai di Stasiun Kalibaru, saya naik ojek menuju basecamp Bu Soeto dengan ongkos sebesar Rp 50 ribu. Tempat itu adalah tempat berkumpul dan beristirahat sebelum ataupun sesudah mendaki. Setelah perjalanan jauh dan melelahkan, malam ini kami beristirahat sembari repacking dan memastikan kelengkapan untuk pendakian esok hari.
Suhu lumayan dingin, masuk dan tidur di dalam sleeping bag adalah keputusan yang tepat agar dapat beristirahat tidur dengan nyaman, anggaplah recharge energy. Pendakian kami lakukan mulai 25 Agustus 2023. Kami memilih memulai perjalanan pada pagi hari, selesai berbenah dan sarapan.
Dengan menggunakan ojek kami menuju sekretariat untuk melakukan briefing. Kami dijelaskan informasi tentang Gunung Raung, tentang aturan-aturan selama pendakian.
Selesai briefing, dengan menggunakan ojek tadi, kami menuju pondok Pak Sunarya (paket pendakian sudah include diantar ojek hanya sampai titik ini), namun jika ingin lanjut sampai warung terakhir (dekat pos satu) kita harus membayar lagi Rp 50 ribu. Jalur dari pondok Pak Sunarya sampai pos satu masih landai dan di dominasi oleh kebun kopi milik masyarakat setempat.
Sesampai di pos dua akhirnya saya dapat menyusul teman-teman pendaki yang sebelumnya memilih untuk naik ojek sampai warung terakhir. Di pos dua saya bertemu dengan the Nelly si kaki lincah dari Bandung, pak Guru Arif dari Kalteng, pak Polisi Hutan Aris dari Kalsel, Fajar PNS pajak di Bali, bu dokter hewan Martha aka Nia Ramadani yang awalnya bekerja menyuntik ayam sekarang di Aussie menjadi tukang potong ayam, Selly dari Liwa Lampung si juragan kopi dan merica dan Ihsan softboi dari Batam.
Setelah beristirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan. Pos dua ke pos empat jalur masih landai dan rimbun. Vegetasi masih rapat dengan pepohonan yang berukuran besar dan tinggi. Jalur seperti ini cukup menyenangkan karena sepanjang jalan terasa teduh dan sejuk.
Sesampai di pos empat, jalur semakin menanjak. Beberapa titik terpasang webbing atau tali untuk membantu para pendaki. Jalur yang lumayan menguras tenaga. Rombongan semakin terpisah, ada yg berjalan jauh di depan. Saya Marta dan Fajar berjalan agak tertinggal di belakang. Tidak masalah, tujuan kami hari ini adalah sampai di pos tujuh, yakni camp ground tempat kami beristirahat dan bermalam sebelum summit esok pagi-pagi buta.
Akhirnya, kami semua sampai di pos tujuh. Hari sudah sore, kami sempat menikmati sunset dengan pemandangan yg sangat indah dari pos tujuh. Angin dingin mulai menusuk, kami harus masuk ke tenda. Segera makan malam dan beristirahat lebih awal karena pukul 02.00 WIB kami harus melanjutkan perjalanan untuk menggapai puncak gunung Raung.
Pukul 01.00 WIB, geliat aktivitas pendaki mulai terdengar dari balik tenda. Ada yang menyiapkan peralatan, mengisi perut, menyiapkan bekal dan lain sebagainya. Pukul 02.00 WIB, dipimpin oleh mas Sapri sebagai tim leader, kami dibriefing dilanjutkan berdoa bersama. Setelah siap semua, kami pun memulai perjalanan menuju puncak Raung.
Pendaki mulai jalan beriringan, deru napas berpacu dengan derap langkah. Di awal kami sudah dihadapkan dengan jalur yang menanjak. Kepul debu dari pendaki di posisi depan membuat napas semakin sulit. Saya pun memutuskan untuk jalan lebih cepat karena tidak tahan dengan debu yang begitu tebal jika saya berjalan di belakang.
Saya menunggu di pos sembilan, karena ini pos tempat berkumpul sebelum menuju puncak seperti yang diarahkan oleh tim leader. Di pos sembilan juga kita memakai harnest dan helm yg sudah dibagikan. Jam 3.30 WIB saya sudah sampai di pos sembilan. Terlalu cepat, sehingga saya harus menunggu lama hingga teman-teman yg lain tiba.
Angin begitu dingin menusuk tulang, di timur langit mulai tampak jingga keemasan pertanda mentari akan segera terbit. Indah sekali. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya tim sampai di pos sembilan. Perlengkapan safety sudah lengkap dan terpasang semua, saatnya lanjut menggapai puncak gunung Raung.
Puncak pertama yang kita gapai adalah puncak Bendera. Sebagai informasi, gunung Raung memiliki 4 puncak, yakni puncak Bendera, puncak 17, Tusuk Gigi dan puncak Sejati 3344 mdpl. Tepat di puncak Bendera, mentari pagi terbit begitu mempesona. Samudra awan, Gunung Agung tampak begitu cantik di sisi timur. Sedangkan di sisi barat kita juga dapat melihat jajaran Gunung Semeru yang begitu gagah dan gunung Argopuro.
Puas menikmati sunrise di puncak Bendera, kami melanjutkan berjalan menuju puncak selanjutnya. Di sinilah jalur ekstrim dan menantang itu dimulai. Harus tetap fokus, kanan kiri jurang, salah melangkah nyawa taruhannya. Jalur yang sudah sangat terkenal di kalangan pendaki jalur yang diberi julukan ‘jembatan Sirotol Mustaqim’. Pemandangan yang bikin ngeri, kami harus mengantri menunggu satu per satu melewati jalur ini. Belum lagi hempasan angin dingin yg menusuk tulang.
Beberapa saat sampailah di puncak kedua, yaitu Puncak 17. Teh Nelly dan pak Polhut Aris yang memutuskan menuju puncak 17, saya dan teman yg lain memutuskan menyisir dinding sebelah kanan dari puncak 17. Ya, jalur persis di tebing jurang. Kami harus mengaitkan karabiner sebagai pengaman untuk melewatinya. Berjalan perlahan, melewati jalur ekstrim lagi, kanan kiri jurang puluhan meter. Kami harus fokus, salah langkah fatal akibatnya.
Lanjut menanjak tebing berbatu dengan kemiringan yang ekstrim, kami akan menuju puncak Sejati. Beberapa lama berjalan dengan usaha yang keras mengalahkan rasa takut akan ketinggian, walaupun tebing jurang menganga puluhan meter sampai dasar. Akhirnya kami sampai di puncak Sejati, puncak tertinggi gunung Raung 3344 mdpl.Dari puncak Sejati, kaldera menganga luas terpampang di depan mata.
Puas menikmati puncak Sejati, kami menuju ke puncak Tusuk Gigi sebelum lanjut turun ke pos tujuh. Puncak dengan bebatuan raksasa yg berdiri gagah menjulang ke atas.
Sangat ikonik. Singkat cerita, kami turun dengan bermalam di pos tujuh. Esok harinya kami kembali ke basecamp dengan selamat.