Radarbanyuwangi.id – Seiring panen raya di sejumlah daerah di Banyuwangi, harga beras di Pasar Genteng dan Pasar Kalibaru mulai turun. Harga beras kualitas C hanya Rp 11 ribu per kilogram, sedangkan harga beras premium Rp 14.500 per kilogram.
Salah satu pedagang di Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Rindi Kusumawati, 34, mengaku penurunan harga beras sudah terjadi sejak sepekan lalu.
Sebelumnya, beras kualitas C dijual Rp 12 ribu per kilogram, harga beras kualitas B Rp 14 ribu per kilogram, dan harga beras kualitas A Rp 15 ribu per kilogram. “Sudah turun lama, harga dari petani juga turun,” ujarnya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Menurut Rindi, penurunan harga beras ini disambut baik oleh para pembeli. Bahkan, pembelian beras terbilang cukup meningkat. “Sebelumnya warga hanya membeli satu hingga dua kilogram, sekarang bisa membeli hingga lima kilogram,” katanya.
Rindi mengaku saat ini menjual beras mulai dari Rp 11 ribu hingga Rp 14.500 per kilogram. Bahkan, harga beras premiun Rp 14.500 per kilogram itu terbilang sudah murah. “Premium turunnya memang tidak signifikan, tapi bagi pembeli sudah terasa,” katanya.
Penurunan harga beras juga terjadi di Pasar Genteng 2, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng. Titin Sumarni, 48. Salah satu pedagang beras mengaku beras desa yang diambil dari petani dijual dengan harga Rp 10.500 per kilogram. Sedangkan harga beras premium Rp 14.500 per kilogram.
“Dari petani ini beras hasil penggilingan gabah milik sendiri. Jadi harganya lebih murah,” ucapnya.
Harga beras di Pasar Genteng 2 menurun sejak lima hari yang lalu. Meski harga sudah turun, tapi jumlah penjualan beras tidak naik signifikan. “Meski harga beras turun, tidak banyak yang beli, tetap sama saja,” ungkapnya.
Harga beras turun disambut baik oleh penjual nasi pecel di Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Rubinah, 50. Menurunnya, harga beras mengurangi biaya pembelian bahan untuk jualan.
“Senang meski turunnya tidak banyak, setidaknya sekarang bisa beli beras lebih banyak buat jualan nasi pecel,” katanya.
Penurunan harga beras terjadi seiring dengan harga gabah yang murah. Penyebab harga gabah yang mulai “miring”, karena padi ambruk, tidak ada panas, dan lainnya.
“Tidak heran harga beras turun, karena harga gabah juga turun,” kata salah satu petani, Miswan, 57, asal Dusun Krajan, Desa Setail, Kecamatan Genteng.(rei/abi)