RADAR BANYUWANGI – Keputusan mengejutkan datang dari Dairy Farm Margo Utomo Desa Kalibaru Kulon, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi.
Peternakan ini secara mendadak menarik diri dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan inisiatif unggulan pemerintahan Prabowo Subianto.
Keputusan ini disampaikan oleh manajer peternakan, Sugeng Hariyanto, dalam sebuah wawancara dengan Jawa Pos Radar Genteng, Selasa (11/3).
Sugeng menjelaskan, bahwa salah satu alasan utama peternakan yang telah berdiri sejak 1943 ini mundur dari kemitraan sebagai penyedia susu untuk program MBG adalah ketidakberkesinambungan permintaan susu.
Baca Juga: Mundur dari Program MBG, Ini Profil Dairy Farm Margo Utomo Kalibaru Banyuwangi
“Pada paparan awal, saya menangkap bahwa permintaan susu ini dilakukan terus menerus, karena setahu kami di susunan menu ada susunya,” ujarnya.
Namun, kenyataannya, pengiriman susu hanya dilakukan sesuai permintaan dari pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Awalnya, Dairy Farm Margo Utomo diminta untuk mengirim 1.000 botol susu ukuran 115 mililiter (ml) untuk program tersebut.
“Kami diminta mengirim dari Senin sampai Jumat ke dapur yang ada di Rogojampi,” terangnya.
Namun, setelah tiga hari pengiriman, pada hari keempat, susu yang telah dikirim ditolak dengan alasan tidak ada permintaan susu dalam menu MBG.
Baca Juga: Dukung Ketahanan Pangan, Polresta Banyuwangi Gandeng Warga Kembangkan Pertanian Lokal
“Alasannya susu ini cepat basi dan rawan menimbulkan masalah jika dikonsumsi anak-anak,” jelas Sugeng.
Sugeng mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan investasi besar untuk menyambut program ini, termasuk mengeluarkan modal sebesar Rp 50 juta hanya untuk persediaan botol kemasan susu.
“Kami sudah habis modal banyak untuk kemasan saja, kalau tidak sustain, ya sulit untuk kami lanjut,” tegasnya.
Page 2
Selain itu, Sugeng juga menyoroti tantangan dalam memenuhi permintaan mendadak untuk kemasan susu, yang memerlukan waktu semalaman dan melibatkan banyak tenaga kerja.
Baca Juga: Gunung Raung di Banyuwangi Kembali Erupsi Kamis Pagi, Semburkan Asap Tebal Setinggi 1.500 Meter
“Kami merasa dipermainkan, karena tiba-tiba ditolak dengan alasan tidak ada order,” ujarnya.
Sugeng juga menambahkan bahwa penerapan standar kemasan yang tidak sesuai dengan harga pokok penjualan (HPP) menjadi masalah lain.
“Satu kemasan saja Rp 800, sedangkan pagu harga hanya Rp 2.000 per pouch. Tidak nutut kalau harganya segitu,” katanya.
Dengan berbagai kendala yang dihadapi dalam pengurusan program MBG, Sugeng menyatakan bahwa mereka terpaksa mundur dari kemitraan tersebut.
Ironisnya, seharusnya pada Maret 2025, 100 ekor sapi dari Australia akan tiba di peternakan untuk mendukung program ini.
“Karena kami mundur, impor sapi juga langsung kami batalkan,” pungkasnya.
Keputusan ini tentunya akan berdampak pada ketersediaan susu segar dalam program MBG dan menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan program tersebut di masa mendatang. (*)
Page 3
RADAR BANYUWANGI – Keputusan mengejutkan datang dari Dairy Farm Margo Utomo Desa Kalibaru Kulon, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi.
Peternakan ini secara mendadak menarik diri dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan inisiatif unggulan pemerintahan Prabowo Subianto.
Keputusan ini disampaikan oleh manajer peternakan, Sugeng Hariyanto, dalam sebuah wawancara dengan Jawa Pos Radar Genteng, Selasa (11/3).
Sugeng menjelaskan, bahwa salah satu alasan utama peternakan yang telah berdiri sejak 1943 ini mundur dari kemitraan sebagai penyedia susu untuk program MBG adalah ketidakberkesinambungan permintaan susu.
Baca Juga: Mundur dari Program MBG, Ini Profil Dairy Farm Margo Utomo Kalibaru Banyuwangi
“Pada paparan awal, saya menangkap bahwa permintaan susu ini dilakukan terus menerus, karena setahu kami di susunan menu ada susunya,” ujarnya.
Namun, kenyataannya, pengiriman susu hanya dilakukan sesuai permintaan dari pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Awalnya, Dairy Farm Margo Utomo diminta untuk mengirim 1.000 botol susu ukuran 115 mililiter (ml) untuk program tersebut.
“Kami diminta mengirim dari Senin sampai Jumat ke dapur yang ada di Rogojampi,” terangnya.
Namun, setelah tiga hari pengiriman, pada hari keempat, susu yang telah dikirim ditolak dengan alasan tidak ada permintaan susu dalam menu MBG.
Baca Juga: Dukung Ketahanan Pangan, Polresta Banyuwangi Gandeng Warga Kembangkan Pertanian Lokal
“Alasannya susu ini cepat basi dan rawan menimbulkan masalah jika dikonsumsi anak-anak,” jelas Sugeng.
Sugeng mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan investasi besar untuk menyambut program ini, termasuk mengeluarkan modal sebesar Rp 50 juta hanya untuk persediaan botol kemasan susu.
“Kami sudah habis modal banyak untuk kemasan saja, kalau tidak sustain, ya sulit untuk kami lanjut,” tegasnya.