Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jembatan Putus, Siswa SDN 2 Kandangan Terpaksa ke Sekolah Seberangi Sungai

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

PESANGGARAN, Jawa Pos Radar Genteng – Para siswa SDN 2 Kandangan yang berasal dari Afdeling Paal Empat dan Afdeling Paal Enam, Dusun Sumberjambe, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, harus berjuang keras untuk bisa sekolah. Selain jalan kaki sejauh empat kilometer, mereka masih harus menyeberangi sungai setelah jembatannya jebol, Jumat (12/5).

Para siswa yang kini sudah kelas VI itu, harus masuk karena ada tryout di sekolahnya. Di antara para siswa itu, biasanya ada yang ke sekolah naik motor, tapi setelah jembatan di Sungai Karangtambak jebol diterjang banjir pada Selasa (9/5), mereka harus jalan kaki karena motor tidak bisa melintas.  “Kalau airnya tinggi, sepeda motor tidak bisa dipakai, ya harus jalan ,” kata salah satu siswa SDN 2 Kandangan, Sheril Febriana Putri,13.

Sheril mengaku tak punya pilihan lain saat ke sekolah menantang bahaya dengan menyeberangi Sungai Karangtambak. Sebab, pada Senin (15/5) harus mengikuti ujian semester. “Sekarang ada tryout, sebentar lagi ujian,” ungkapnya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Setelah menyeberangi sungai, Sheril mengaku masih harus berjalan kaki menuju sekolahnya yang berlokasi di Afdeling Sumbergandeng. Dari jembatan yang putus itu, para siswa harus jalan kaki lagi sepanjang dua kilometer dengan jalan yang naik turun. “Kalau airnya tidak tinggi, bapak berani mengantar pakai motor. Sekarang air sungai agak tinggi, kita ke sekolah jalan kaki,” ucapnya polos.

Salah satu guru SDN 2 Kandangan, Nur Hamidah membenarkan para siswa kelas VI harus berangkat ke sekolah karena ada program tryout. “Tryout hari pertama (saat jembatan putus) itu libur, karena sangat membahayakan siswa,” katanya.

Sedang kelas I sampai kelas V, masih kata Hamidah, untuk sementara sekolah memberi keringanan dengan belajar di rumah secara daring (dalam jaringan). “Tetap kami beri penugasan. Apabila kondisi memungkinkan, siswa masuk dengan catatan diawasi orang tua saat menyeberang sungai,” ucapnya.

Hamidah menyebut kegiatan belajar dan mengajar (KBM) secara daring dianggap kurang efektif dilakukan di sekolahnya. Selain kesulitan akses internet, siswa di SDN 2 Kandangan itu banyak yang tidak bisa membaca. “Calistung (baca, menulis dan berhitung) masih harus dibimbing, makanya harus tatap muka,” katanya

Menurut Hamidah, sebagian siswa di skeolahnya berasal dari Afdeling Paal Empat dan Afdeling Paal Enam. Dari 70 siswa di sekolahnya, 60 anak berasal dari dua afdeling itu. “Persentasenya mencapai 90 persen,” pungkasnya.(sas/abi)

source

Kata kunci yang digunakan :