JANGAN terkecoh sama judul di atas. Saya tidak sedang berjualan, tidak juga sedang mempromosikan dagangan. Terlebih juga kolom ini bukan tempat untuk berjualan atau tempat untuk mempromosikan suatu produk atau dagangan.
Juga tidak sedang menggoda kaum muslimin yang sedang beribadah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan dengan makanan kerupuk.
Kerupuk Ramadan bukan sebuah dagangan makanan kerupuk dengan label atau merek kerupuk Ramadan. Kerupuk Ramadan di atas sengaja saya buat untuk judul artikel.
Namun, kata kerupuk di atas bukan kerupuk seperti yang biasa kita makan sehari-hari. Kata kerupuk saya buat sebuah filosofi, yaitu: kerukunan yang dipupuk (kerupuk).
Sebagaimana kita ketahui, tahun ini lintasan waktu membawa kita semua khususnya warga muslim di seluruh penjuru dunia ke gerbang pintu Ramadan. Bulan Ramadan tahun ini terjadi di awal tahun, tepatnya bulan ketiga yaitu Maret 2025.
Sebagaimana kita ketahui bersama pada Maret tahun ini ada hari besar keagamaan lain. Sebut saja, umat agama Hindu sedang melaksanakan ibadah Nyepi, di tanggal 28 Maret 2024. Tanggal 31 Maret umat muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Sebagaimana semboyan bangsa Indonesia yang tertulis dalam lambang negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, semboyan ini diambil dari kitab Sutasoma karangan dari sang Mpu Tantular.
Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan konsep bahwa meskipun negara Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras dan budaya, bangsa Indonesia tetap menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, semuanya hidup rukun berdampingan. Keberagaman tersebut diakui, dihargai, dan disatukan dalam semangat persatuan.
Di bulan Maret tahun ini, selain adanya momen suci acara keagamaan dari agama yang berbeda seperti agama Hindu dengan acara suci Nyepi, agama Islam menjalankan ibadah puasa dan Hari Raya Idul Fitri.
Meskipun momen hari besar agama Hindu dan Agama Islam waktunya berdekatan pada akhir Maret, namun masyarakat harus saling menghargai dan saling menjaga.
Kita kembali pada kerupuk Ramadan, filosofi kerukunan yang dipupuk (kerupuk) penerapannya terjadi di bulan suci Ramadan tahun ini. Di mana kita sebagai umat muslim saling menerima, saling menghargai, dan saling menghormati segala bentuk perbedaan.
Bukankah puasa di bulan Ramadan termasuk melatih diri secara pribadi maupun kelompok untuk berbuat toleransi dan saling menghargai satu dengan lainnya.
Ibadah puasa bukan untuk memisahkan atau mempolarisasi antara yang puasa dan yang tidak puasa, antara ibadahku dan ibadahmu. Ibadah puasa justru dapat dijadikan pembelajaran bagi setiap umat manusia bahwa antara hak asasi dan kewajiban manusia harus berjalan beriringan.
Bulan suci Ramadan ini mari kita jadikan sebagai momentum untuk selalu terus memupuk kerukunan dan menghapus sikap egois, dendam, benci, serta menonjolkan kepentingan pribadi dan golongan yang akhir-akhir ini menyeruak pasca pemilihan kepala daerah.
Page 2

Kerupuk Ramadan
Jumat, 14 Maret 2025 | 06:00 WIB

Puasa dan Pertarungan Nafsu
Kamis, 13 Maret 2025 | 03:00 WIB

Perang Khandaq dan (Refleksi) Puasa Kita
Rabu, 12 Maret 2025 | 07:00 WIB

Masjid, Jantung Peradaban Islam
Selasa, 11 Maret 2025 | 03:30 WIB

Ramadan dan Recharge Tri-Dimensi Ibadah
Sabtu, 8 Maret 2025 | 06:30 WIB

Puasa NPD
Jumat, 7 Maret 2025 | 03:30 WIB

Menciptakan Dai Cilik yang Profesional
Kamis, 6 Maret 2025 | 04:30 WIB

Program Mabur Banter di Bulan Ramadan
Rabu, 5 Maret 2025 | 05:00 WIB

Memikirkan Masjid Ramah Anak
Senin, 3 Maret 2025 | 02:30 WIB

Dampak Gawai untuk Anak-Anak
Kamis, 6 Februari 2025 | 12:11 WIB

Bully di Balik Study Tour
Senin, 3 Februari 2025 | 10:41 WIB
Page 3
JANGAN terkecoh sama judul di atas. Saya tidak sedang berjualan, tidak juga sedang mempromosikan dagangan. Terlebih juga kolom ini bukan tempat untuk berjualan atau tempat untuk mempromosikan suatu produk atau dagangan.
Juga tidak sedang menggoda kaum muslimin yang sedang beribadah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan dengan makanan kerupuk.
Kerupuk Ramadan bukan sebuah dagangan makanan kerupuk dengan label atau merek kerupuk Ramadan. Kerupuk Ramadan di atas sengaja saya buat untuk judul artikel.
Namun, kata kerupuk di atas bukan kerupuk seperti yang biasa kita makan sehari-hari. Kata kerupuk saya buat sebuah filosofi, yaitu: kerukunan yang dipupuk (kerupuk).
Sebagaimana kita ketahui, tahun ini lintasan waktu membawa kita semua khususnya warga muslim di seluruh penjuru dunia ke gerbang pintu Ramadan. Bulan Ramadan tahun ini terjadi di awal tahun, tepatnya bulan ketiga yaitu Maret 2025.
Sebagaimana kita ketahui bersama pada Maret tahun ini ada hari besar keagamaan lain. Sebut saja, umat agama Hindu sedang melaksanakan ibadah Nyepi, di tanggal 28 Maret 2024. Tanggal 31 Maret umat muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Sebagaimana semboyan bangsa Indonesia yang tertulis dalam lambang negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, semboyan ini diambil dari kitab Sutasoma karangan dari sang Mpu Tantular.
Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan konsep bahwa meskipun negara Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras dan budaya, bangsa Indonesia tetap menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, semuanya hidup rukun berdampingan. Keberagaman tersebut diakui, dihargai, dan disatukan dalam semangat persatuan.
Di bulan Maret tahun ini, selain adanya momen suci acara keagamaan dari agama yang berbeda seperti agama Hindu dengan acara suci Nyepi, agama Islam menjalankan ibadah puasa dan Hari Raya Idul Fitri.
Meskipun momen hari besar agama Hindu dan Agama Islam waktunya berdekatan pada akhir Maret, namun masyarakat harus saling menghargai dan saling menjaga.
Kita kembali pada kerupuk Ramadan, filosofi kerukunan yang dipupuk (kerupuk) penerapannya terjadi di bulan suci Ramadan tahun ini. Di mana kita sebagai umat muslim saling menerima, saling menghargai, dan saling menghormati segala bentuk perbedaan.
Bukankah puasa di bulan Ramadan termasuk melatih diri secara pribadi maupun kelompok untuk berbuat toleransi dan saling menghargai satu dengan lainnya.
Ibadah puasa bukan untuk memisahkan atau mempolarisasi antara yang puasa dan yang tidak puasa, antara ibadahku dan ibadahmu. Ibadah puasa justru dapat dijadikan pembelajaran bagi setiap umat manusia bahwa antara hak asasi dan kewajiban manusia harus berjalan beriringan.
Bulan suci Ramadan ini mari kita jadikan sebagai momentum untuk selalu terus memupuk kerukunan dan menghapus sikap egois, dendam, benci, serta menonjolkan kepentingan pribadi dan golongan yang akhir-akhir ini menyeruak pasca pemilihan kepala daerah.