KOMPAS.com – Kepala Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Sutoyo, mengerahkan belasan perahu nelayan untuk mencari putranya, Richo Krafsanjani, yang menjadi salah satu korban dalam insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Rabu (2/7/2025).
Informasi mengenai tenggelamnya kapal penyeberangan KMP Tunu Pratama Jaya diterima Sutoyo dari saudaranya yang bekerja di pelabuhan sekitar pukul 23.00 WIB. Saat itu, Sutoyo panik karena mengetahui anaknya bekerja sebagai kelasi di kapal tersebut.
“Saya langsung telepon untuk dikerahkan semua cari anak saya,” ujar Sutoyo saat ditemui di kediamannya, Sabtu (5/7/2025).
Tanpa membuang waktu, sejak tengah malam, sedikitnya belasan perahu milik nelayan mulai menyusuri perairan Selat Bali. Pencarian dilakukan hingga mendekati wilayah Pulau Bali.
Baca juga: Kisah Pilu Toni yang Selamat dari Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya, Lima Jam Peluk Jasad Ayah di Selat Bali
Namun, pencarian tersebut terkendala gelombang tinggi sehingga belum membuahkan hasil.
“Malam itu saya siapkan sembilan jeriken bahan bakar untuk kapal-kapal itu,” tambah Sutoyo.
Dengan perasaan cemas, Sutoyo terus menunggu kabar di Posko Terpadu di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Bahkan, ia sempat pingsan karena kelelahan dan tekanan emosional, hingga harus diberi bantuan oksigen.
Harapan Sutoyo akhirnya terjawab pada Kamis (3/7/2025) sekitar pukul 06.30 WIB. Richo Krafsanjani ditemukan dalam kondisi selamat setelah berhasil mendarat di kawasan pantai Banyu Biru, Bali.
Ia bahkan diketahui turut menyelamatkan 16 penumpang lainnya yang ikut dalam pelayaran nahas itu.
“Kapal sampai di sana. Tapi Ricko tidak boleh langsung dibawa pulang karena harus didata terlebih dulu bersama korban lain,” kata Sutoyo.
Baca juga: 29 Korban Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali Masih Dalam Pencarian
Kini Richo telah kembali ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Sutoyo pun memutuskan agar anaknya tidak lagi bekerja di laut. Pengalaman nyaris kehilangan sang anak membuatnya merasa khawatir jika Richo kembali bekerja sebagai awak kapal.
Harapan Keluarga Korban Lain
Hingga hari ketiga pasca-tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, sebanyak 29 penumpang dan kru masih dinyatakan hilang. Sejumlah keluarga korban masih bertahan di Posko Terpadu di Pelabuhan Ketapang, berharap mendapatkan kabar baik.
Salah satunya adalah Ririn, warga Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Ia kehilangan kontak dengan anak pertamanya, Ridho Anggori (29), yang bekerja sebagai sopir travel dan sedang mengantar wisatawan ke Bali saat kapal tenggelam.
“Kalau firasat itu ada, cuma orang tua ya mbak, tapi orang tua sudah mengingatkan. Sekarang kan hari naas. Tapi Ridho bilang, ‘aku golek rejeki, golek blai’ (Saya mencari rezeki, bukan mencari kesialan),” tutur Ririn sambil menahan air mata.
Baca juga: Biddokkes Polda Jatim Terima Laporan 39 Nama Korban Insiden KMP Tunu Pratama Jaya
Sebelum berangkat, Ririn sempat menggelar selamatan dengan menyajikan bubur jenang dan memintanya untuk memakannya sebagai bentuk doa keselamatan.
Page 2
Meski sempat melarang Ridho bekerja hari itu karena merasa tidak enak hati, sang anak tetap bersikeras berangkat demi mencari nafkah.
“Dari kejadian saya nangis terus. Sekarang sudah kering. Sudah tiga hari, mana ada manusia bisa bertahan tiga hari di dalam air,” ungkapnya lirih.
Ririn mengaku kini hanya bisa pasrah dan berharap adanya mukjizat. Ia juga mengatakan bahwa meski sulit menerima kenyataan, ia mencoba mengikhlaskan bila itu memang sudah menjadi takdir.
“Kalau mau dibilang ikhlas ya tidak ikhlas, tapi kalau dipikir-pikir ya takdir ya mbak. Harapannya mukjizat itu wes,” tambahnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan sejumlah keluarga korban masih bertahan di Posko Penanganan Kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya. Mereka sebelumnya hanya beralaskan tikar, namun saat ini fasilitas telah diperbaiki.
Baca juga: Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya Diduga Terdeteksi di Dasar Laut Selat Bali
Pihak berwenang telah menyiapkan matras untuk beristirahat, posko informasi, hingga area bermain untuk anak-anak korban.
Kapolres Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi para keluarga korban yang menunggu di posko. Polres Banyuwangi juga memberikan bantuan logistik tambahan, seperti selimut dan matras.
“Kami prihatin dengan keluarga korban yang sedang menunggu di tempat fasilitas posko yang diberikan, sehingga kami perlu menambah selimut dan matras,” ujarnya.
Selain bantuan logistik, Polres Banyuwangi juga menurunkan tim trauma healing yang terdiri dari personel dengan latar belakang psikologi. Tim ini bertugas memberikan pendampingan, konseling, dan dukungan moral kepada keluarga korban.
“Juga melakukan proses pendampingan, konseling sebagai bentuk wujud empati. Sekaligus mencoba untuk mengangkat moril, emosional, dan mental mereka,” pungkasnya.
Baca juga: Diduga Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan, Lokasinya 40-50 M di Bawah Permukaan Laut
Pencarian terhadap korban hilang tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan yang melibatkan Basarnas, TNI, Polri, serta masyarakat setempat. Fokus pencarian diperluas ke berbagai titik di Selat Bali, baik di permukaan maupun bawah laut.
Artikel ini telah tayang di Tribun Jatim.com dengan judul Kisah Kades di Banyuwangi Kerahkan Belasan Perahu Cari Anaknya dalam Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.