TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Di balik gemuruh sepeda yang melaju kencang dan sorak sorai penonton di lintasan Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) 2025, ada sosok-sosok yang tak terlihat tapi sangat berperan penting. Mereka bukan atlet, bukan panitia utama, tapi menjadi penghubung krusial yang memastikan segalanya berjalan mulus. Merekalah para Liaison Officer (LO).
LO merupakan penghubung vital antara atlet, tim official, dan panitia penyelenggara. Mereka bertugas mendampingi pembalap sejak tiba di Banyuwangi, memastikan kebutuhan para peserta serta menjamin kelancaran komunikasi selama rangkaian acara berlangsung.
Tugas LO terbilang tidak mudah. Mereka dituntut memiliki ketelitian, kepedulian tinggi, dan kemampuan komunikasi yang mumpuni.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Banyuwangi, M Alfin Kurniawan, mengatakan bahwa partisipasi sebagai LO dalam TdBI bukan hanya sekadar pengalaman berharga, tetapi juga membuka peluang bagi para relawan untuk berkembang secara profesional.
“Manfaat yang akan didapat diantaranya dapat memberikan nilai tambah dalam CV atau portofolio, membangun relasi dengan (panitia, peserta, dan pembicara profesional), dan meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal,” kata Alfin, sapaan akrabnya.
Menurut Alfin, pengalaman ini juga dapat mengasah keterampilan adaptasi dalam menghadapi situasi tak terduga sekaligus melatih profesionalisme di bawah tekanan.
Lebih lanjut, para relawan juga akan mendapatkan kesempatan untuk belajar etika kerja, manajemen waktu, serta tanggung jawab dalam menjalankan tugas.
“Selain itu, manfaat lainnya adalah dapat memberikan citra positif sebagai pemuda Banyuwangi yang aktif dan dapat mempromosikan Kabupaten Banyuwangi di kancah Internasional,” ujar Alfin.
Koordinator LO TdBI 2025, Aekanu Hariyono, mengatakan bahwa para LO pada dasarnya adalah relawan yang memiliki semangat untuk mempromosikan Banyuwangi. Mereka mencintai daerahnya dan ingin menunjukkannya ke dunia, salah satunya melalui keterlibatan mereka di ajang TdBI ini.
“Para LO ini mendampingi peserta dari berbagai negara yang sebelumnya tidak mengenal Banyuwangi. Di situlah peran mereka sebagai penghubung yang mempererat hubungan dan komunikasi, baik dalam hal logistik, maupun kebutuhan teknis lainnya,” ujarnya.
Dikatakan Aekanu, LO bertugas mengkomunikasikan berbagai kebutuhan peserta kepada panitia. Misalnya, jika ada kekurangan atau keperluan mendesak dari tim peserta, mulai dari belanja kebutuhan harian hingga kebutuhan teknis lomba LO harus sigap menanganinya.
“Kami bahkan pernah menghadapi situasi darurat saat peserta mengalami kecelakaan. Saya tanya ke LO nya, ‘Kamu takut darah nggak?’ Dia jawab, ‘Nggak,pak.’ Nah, itu yang kami butuhkan. Mereka harus siap menghadapi situasi tak terduga, termasuk membawa korban ke rumah sakit jika dibutuhkan,” ceritanya.
Sementara itu, Annisa Rosalina, mengaku bahwa pengalaman menjadi LO merupakan momen berharga yang memberikan banyak pelajaran berharga. Ia ditugaskan mendampingi tim dari Victorie Hirosima asal Jepang, selama penyelenggaraan berlangsung.
Menurut Annisa, sapaan akrab Annisa Rosalina, menjadi bagian dari LO membuatnya belajar pentingnya komunikasi yang efektif, koordinasi cepat, dan kemampuan menyelesaikan masalah dalam waktu singkat. Terlebih, semua dilakukan dalam suasana yang serba dinamis dan penuh tekanan.
“Ini adalah kesempatan. Saya merasa bangga bisa ikut serta memperkenalkan Banyuwangi kepada peserta mancanegara,” tutur volunteer yang sudah menjadi bagian LO dua edisi TdBI ini.
Annisa juga menambahkan bahwa menjadi LO bukan hanya soal mendampingi peserta, tetapi juga tentang membangun koneksi antarbudaya dan menjaga citra positif daerah di mata dunia.
“Setiap hari kami dituntut untuk tanggap dan profesional. Dari urusan transportasi, konsumsi, bahkan hingga hal-hal kecil seperti mencarikan kebutuhan pribadi peserta. Tapi justru dari situ saya belajar bagaimana menjadi pribadi yang lebih sigap, sabar, dan bertanggung jawab,” ungkapnya.
Ia berharap, pengalaman ini bisa menjadi bekal penting untuk karier masa depannya, sekaligus memperluas jaringan di tingkat internasional.
Sebagai informasi, sebanyak 20 LO mengawal 99 pembalap dari 24 negara yang tergabung dalam 20 tim. Mereka bertugas penuh sejak kedatangan para peserta di Banyuwangi, mendampingi selama masa persiapan, hingga para pembalap kembali pulang usai berlaga dalam TdBI yang digelar pada 28 hingga 31 Juli 2025.
Dengan peran penting yang dijalankan oleh para LO, kehadiran mereka menjadi salah satu kunci di balik kelancaran dan suksesnya Tour de Banyuwangi Ijen 2025.
Dedikasi mereka tak hanya membantu jalannya kompetisi, tetapi juga turut memperkuat citra Banyuwangi sebagai tuan rumah ajang olahraga internasional yang profesional dan ramah. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |