Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Menelusuri Asal Usul Banyuwangi Lewat Pameran Memorabilia Sri Tanjung – TIMES Banyuwangi

menelusuri-asal-usul-banyuwangi-lewat-pameran-memorabilia-sri-tanjung-–-times-banyuwangi
Menelusuri Asal Usul Banyuwangi Lewat Pameran Memorabilia Sri Tanjung – TIMES Banyuwangi

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Bagaimana sebuah kisah cinta tragis menjelma menjadi nama sebuah kota? Jawabannya bisa ditemukan dalam Pameran Memorabilia Sri Tanjung yang digelar di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Banyuwangi, yang mengajak pengunjung menyelami jejak legenda di balik lahirnya nama Banyu Wangi, Air Harum.

Pameran yang digeber mulai 6–12 September 2025, ini menjadi bagian dari rangkaian konservasi naskah kuno Lontar Sri Tanjung hasil dukungan UNESCO melalui The Asia/Pacific Regional Committee for the Memory of the World Program (MOWCAP).

Kegiatan tersebut, merupakan kolaborasi antara Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) dan komunitas lokal seperti Komunitas Pegon dan Pesinauan, Sekolah Adat Osing.

Pameran Memorabilia Sri Tanjung, menampilkan perjalanan panjang kisah Sri Tanjung dalam berbagai medium, mulai dari manuskrip, relief candi, seni pertunjukan, hingga budaya populer.

Melalui koleksi itu, publik diajak menelusuri narasi legenda yang diyakini sebagai asal-usul nama Banyuwangi alias air yang harum.

Beragam koleksi dipamerkan, antara lain catatan manuskrip Lontar Sri Tanjung, koleksi Perpusnas RI, Universitas Leiden, Universitas Indonesia, serta naskah koleksi pribadi masyarakat Banyuwangi milik Thomas Racharto (Omahseum) dan Wahyu Naga Pratala.

Pameran-Banyuwangi-2.jpgPegawai Dispusip menjelaskan kepada pengunjung Pameran Memorabilia Sri Tanjung. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

Ada juga dokumentasi relief Candi Penataran dari masa Majapahit yang disandingkan dengan gambar naratif bergaya Bali yang dihimpun oleh H.N. Van Der Tuuk, pada abad ke-19.

Dari seni pertunjukan, terdapat dokumentasi wayang kulit lakon Sri Tanjung karya seniman muda Banyuwangi, Abdhillio Gitaloka Premadasa.

Sedangkan di ranah identitas kota, dipamerkan lambang resmi Banyuwangi pada awal abad ke-20 yang menampilkan keris Sidapaksa dan air harum.

Transformasi kisah ini dalam budaya populer turut ditunjukkan lewat komik karya Mohammad Radjien, tahun 1962 hingga narasi Sri Tanjung dalam Banyuwangi Ethno Carnival 2016.

Ketua Manssa, Dr. Munawar Holil, menegaskan pentingnya pameran ini sebagai momentum bagi bangsa Indonesia. Menurutnya, Sri Tanjung bukan hanya cerita Banyuwangi, melainkan bagian dari ingatan kolektif bangsa yang harus dijaga bersama.

“Pameran ini adalah bentuk perlawanan terhadap lupa. Kita meneguhkan bahwa warisan leluhur tidak hanya dipelihara, tetapi juga terus hidup dan memberi arah bagi masa depan,” tegas Holil, Kamis (11/9/2025).

Sementara itu, Koordinator Pelaksana, Wiwin Indiarti, mengatakan bahwa pameran ini adalah ruang partisipasi yang menumbuhkan kebanggaan generasi muda. Melalui pameran tersebut, pihaknya ingin anak-anak muda merasakan langsung bahwa Sri Tanjung adalah bagian dari diri mereka.

“Sri Tanjung bukan dongen masa lalu, tetapi sumber identitas, energi budaya, sekaligus alasan untuk mencintai tanah Banyuwangi dengan lebih dalam,” ujarnya.

Dengan dukungan UNESCO, Pameran Memorabilia Sri Tanjung menempatkan Banyuwangi dalam peta warisan dunia.

Setelah pada 2024 ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional, Lontar Sri Tanjung kini dpresentasikan lebih luas, membuka ruang dialog antara sejarah lokal, masyarakat, dan komunitas Internasional. (*)

Pewarta : Muhamad Ikromil Aufa
Editor : Ferry Agusta Satrio