RADAR BANYUWANGI – Minyak jagung memiliki kandungan lemak yang tinggi. Padahal, buah jagung sejatinya tidak memiliki kandung lemak yang tinggi.
Karena itu, dibutuhkan proses panjang untuk bisa mengubah jagung menjadi minyak. Minyak jagung dikenal memiliki kualitas untuk penggorengan yang lebih baik dibandingkan minyak dari bahan sawit.
Minyak jagung ini dikenal tidak mudah gosong hingga berubah warna saat digunakan. Ini membuatnya cocok untuk menggoreng dengan teknik memasak deep fry.
Selain itu, minyak jagung juga dikenal memiliki beberapa manfaat. Misalnya seperti membantu mencegah risiko penyakti kronis, hingga menjadi sumber energi.
Baca Juga: Polisi Telusuri Kaitan Mayat Mengapung di Bimorejo dan Gantung diri di Wongsorejo Banyuwangi
Akan tetapi, meski banyak memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan, perlu diwaspadai ambang batas konsumsi minyak jagung yang aman. Sebab bila berlebihan mengonsumsi minyak jagung, dampaknya juga kembali ke kesehatan.
Ini tidak lepas dari kandunga lemak dalam minyak jagung, seperti lemak omega-6. Meski bermanfaat, konsumsinya tidak boleh terlalu banyak.
Kelebihan kadar omega-6 bisa menimbulkan ketidakseimbangan antara asam lemak omega-6 dan omega-3.
Baca Juga: Buka Puasa Bersama Lintas Elemen di Pendapa Banyuwangi, Sinta Nuriyah Wahid Serukan Solidaritas Kebangsaan
Dampaknya bisa berujung pada berbagai masalah pada tubuh seperti obesitas, gangguan fungsi otak, penyakit jantung, atau depresi.
Sementara itu, proses pengolahan yang sangat panjang membuat minyak jadi lebih mudah teroksidasi. Senyawa oksidasi yang tinggi malah akan meningkatkan risiko terhadap penyakit tertentu.
Pemanasan saat proses pembuatannya menghasilkan antinutrien bernama akrilamida. Akrilamida yaitu senyawa bersifat reaktif dan memiliki potensi karsinogen, yang menjadi penyebab kanker dan masalah saraf. (nic/bay)