RADARBANYUWANGI.ID – Orang tua dulu sering berpesan “Jangan pernah menaruh kursi kosong menghadap langsung ke pojok tembok. Itu bukan tempat duduk sembarangan.”
Tapi seperti banyak nasihat leluhur lainnya, kalimat itu sering terdengar seperti larangan yang terlalu mistis untuk dipercaya, sampai seseorang mengalaminya sendiri.
Narasi ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata. Identitas dan lokasi persisnya sengaja disamarkan.
Di sebuah desa kecil di pinggiran Banyuwangi, ada sebuah warung tua yang berdiri di sisi jalan tanah berbatu. Warung itu sudah tutup sejak pandemi, tapi dulu, tempat itu selalu ramai oleh suara anak muda yang nongkrong hingga larut malam.
Warung itu berada tepat di samping rumah kosong yang konon pernah terbakar sekitar tahun 1990-an.
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana kebakaran itu terjadi, tapi warga bilang penghuninya hanya tinggal berdua, seorang janda tua dan cucunya yang bisu.
Suatu malam di bulan Mei, lima pemuda desa sebut saja Rangga, Dito, Aldi, Ferdi, dan Yoga berkumpul di depan warung.
Malam itu mereka sedang seru-serunya membahas rencana mendaki ke Kawah Ijen.
Baca Juga: Cerita Horor dari Alas Purwo Banyuwangi, Gamelan dan Perempuan yang Menari
Namun karena bangku yang biasa mereka pakai terbatas, salah satu dari mereka, Aldi, memutuskan masuk ke rumah kosong sebelah untuk mengambil kursi tambahan. Rumah itu tidak dikunci, dan pintunya sudah copot sejak lama.
Di dalam, gelap dan berdebu. Bau arang masih terasa samar di udara, meski kebakaran itu sudah puluhan tahun berlalu.
Di ruang tengah, tersembunyi di antara jendela reyot dan pecahan genteng, ada sebuah kursi kayu tua.
Kursinya tampak biasa saja, tapi yang aneh adalah posisinya. Itu diletakkan rapi, menghadap ke pojok tembok kosong. Tidak ada meja, tidak ada jendela. Hanya tembok kosong di depannya.
Aldi membawa kursi itu keluar, tanpa pikir panjang. Tapi Yoga menghentikannya.
Page 2

Kumpulan Peristiwa Bersejarah Tanggal 5 Juni
Kamis, 5 Juni 2025 | 00:35 WIB

Jenis-Jenis Rumput Yang Menjadi Standar FIFA
Rabu, 4 Juni 2025 | 23:55 WIB

Arti Mimpi Dikejar Kambing Secara Umum
Rabu, 4 Juni 2025 | 15:35 WIB

Beberapa Peristiwa Bersejarah Tanggal 4 Juni
Rabu, 4 Juni 2025 | 14:35 WIB
Page 3
“Serius, bro. Jangan bawa itu. Kursi yang ngadep pojok kayak gitu sering disebut kursi panggilan. Katanya sih… buat tempat duduk yang dipinjam makhluk halus.”
Rangga tertawa. “Udah, jangan lebay. Yang penting kita bisa duduk semua.”
Malam itu berjalan biasa. Tertawa, rokok, kopi. Tapi sejak kursi itu diletakkan di lingkaran mereka, suasana menjadi… aneh.
Anjing di ujung jalan menggonggong terus ke arah mereka. Lampu neon warung yang biasanya temaram kini berkedip tak menentu.
Udara dingin, meski seharusnya bulan Mei tidak terlalu menusuk.
Lalu Ferdi mulai merasa ada sesuatu yang berdiri di belakangnya. Ia menoleh cepat, tapi tidak ada siapa-siapa.
Aldi, yang duduk di kursi dari rumah kosong itu, tiba-tiba mengeluh pusing dan merasa seperti ditatap dari jarak dekat.
Mereka mengabaikannya. Pulang larut malam.
Baca Juga: Punya Nyali? Sebut Nama Sundari di Kawasan Mitos Banyuwangi Ini Jika Berani
Namun keesokan harinya, Aldi tidak masuk kerja. Ibunya bilang ia tidak mau bicara. Matanya kosong, wajahnya pucat. Ia hanya duduk di pojok kamarnya… menghadap tembok.
Malam berikutnya, Rangga dan Yoga memutuskan mengembalikan kursi itu ke rumah kosong.
Tapi ketika mereka masuk kembali, mereka mendapati ada dua kursi yang kini menghadap pojok.
Salah satunya identik dengan kursi yang mereka ambil, yang satu lagi… tampak lebih baru. Seperti kursi plastik biasa yang mereka gunakan sehari-hari.
Mereka tidak bicara. Tidak membahas. Hanya meletakkan kursi kayu itu, mundur pelan, dan menutup pintu rumah itu dengan batu bata besar.
Setelah kejadian itu, Aldi perlahan pulih. Tapi ia tak pernah menceritakan apa yang ia lihat malam itu.