detik.com
Di usianya yang baru menginjak tujuh tahun, Naura sudah terbiasa mencuci baju sendiri, merapikan tempat tidur, hingga membersihkan asrama. Rutinitas itu menjadi bagian dari kesehariannya di Sekolah Rakyat Banyuwangi, yang menanamkan disiplin dan kemandirian sejak dini.
Sekolah yang berada di Desa Tamansari, Kecamatan Licin itu menjalankan sistem pendidikan berbasis asrama. Sekolah ini menjadi rumah pertama bagi ratusan siswa yang siap dicetak menjadi generasi emas berkualitas.
Naura Masita merupakan siswi kelas 1 SD di Sekolah Rakyat. Ia telah beradaptasi dengan kebiasaan baru tanpa dampingan kedua orang tua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Siang itu, Naura tengah berjalan santai sembari menenteng gantungan baju. Bocah 7 tahun asal Desa Paspan, Kecamatan Glagah itu terlihat ceria sembari berlari kecil membopong tumpukan baju kering yang ia pungut dari jemuran.
“Mau ke kamar naruh baju bersih yang sudah dicuci. Belajar cuci sendiri sambil diajari kakak dan Bu Guru,” ungka Naura polos.
Tiap hari, Naura dibantu kakak asuhnya yang merupakan siswa SMA, belajar mencuci dan menjemur pakaian sendiri.
Tidak hanya Naura, sejumlah siswi lainnya juga terlihat mengambil baju di jemuran yang telah kering, sembari memanfaatkan waktu istirahat sekolah sebelum memulai Salat Zuhur berjemaah dan makan siang bersama.
“Kita ajarkan mereka untuk disiplin, memanfaatkan waktu yang ada. Meski begitu, mereka masih ada waktu untuk bermain,” kata Kepala Sekolah Rakyat Banyuwangi, Chitra Arti Maharani, Jumat (8/8/2025).
Chitra mengatakan, saat ini anak-anak masih dalam masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) hingga akhir Agustus. Pembelajaran akademik baru akan dimulai pada awal September.
“Selama sebulan ini kita ajarkan dulu kebiasaan di sini. Mereka juga kita ajari life skill, seperti mencuci, menyapu, hingga membersihkan kamar,” kata Chitra.
Aktivitas mereka, kata Chitra, diawali dari pagi hari. Diawali dari Salat Subuh berjemaah, dilanjutkan olahraga selama 30 menit. Kemudian persiapan mandi, untuk pukul 06.30 WIB mereka apel pagi, lanjut salat Dhuha.
Pelajaran dimulai tepat pukul 07.00 WIB. Untuk jam pulangnya, kelas 1 sampai 3 SD selesai pukul 12.00 WIB, kelas 4 hingga 6 SD hingga pukul 13.30 WIB.
Lalu, untuk pelajar SMP dan SMA hingga pukul 15.00 WIB. Namun, setiap pukul 11.30 WIB, mereka istirahat untuk Salat Zuhur lanjut makan siang.
Usai pembelajaran sekolah, para siswa tersebut mengikuti kegiatan ekstra. Seperti ekstra penguatan Bahasa Inggris, Teknologi Informasi dan Komunikasi, mengaji, hingga kepanduan.
![]() |
“Kalau Sabtu mereka mengikuti ekstrakurikuler pilihan mereka. Ada yang milih silat, tari, juga ada hadrah. Minggu waktunya istirahat dan bersih-bersih asrama serta lingkungan sekitar. Minggu juga jadwal dikunjungi keluarga,” kata Chitra.
“Selain guru pengajar, mereka juga diawasi sembilan wali asuh dan dua wali asrama,” imbuhnya.
Perlahan, para siswa sudah menunjukkan perubahan positif dalam hal kedisiplinan, kemandirian, dan semangat mengikuti kegiatan. Bahkan mereka mulai aktif terlibat dalam berbagai aktivitas di sekitar lingkungan sekolah.
“Anak-anak juga senang dilibatkan berbagai kegiatan luar ruang seperti paskibra, gerak jalan kecamatan, dan jalan sehat desa untuk memeriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI,” sambungnya.
Ia menambahkan, asupan gizi anak-anak juga diawasi ketat. Makanan disiapkan tiga kali sehari, ditambah dua kali snack siang dan malam. Semua proses penyajian diawasi langsung oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi.
“Kami memastikan makanan yang diberikan higienis dan kebutuhan gizi anak-anak tercukupi,” pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Beda Kurikulum Sekolah Rakyat dengan Sekolah Biasa “
[Gambas:Video 20detik]
(erm/hil)